Setelah Mengenal Forum Lingkar Pena, Aku Jadi Bisa Apa?

6 comments
Setelah mengikuti open recruitment Forum Lingkar Pena (FLP), saya merasa excited karena bisa bergabung dengan organisasi kepenulisan islam yang terbesar di dunia. Sejak sekolah menengah, saya sering sekali membaca karya-karya anggota Forum Lingkar Pena, terutama karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pipiet Senja, dan lain-lain. Karya-karya yang tidak hanya menghibur pembaca tetapi juga menjadi media dakwah. Sejak mengenal karya-karya anggota FLP, saya jadi terinspirasi untuk menulis. Bahkan saya pernah menulis cerita di buku tulis saat masih SMP dengan tulisan jelek penuh coretan tak menarik untuk dibaca. Jangan ditanya buku itu dimana? Karena pasti sudah dibuang. Kalaupun masih ada, saya tak akan mau membacanya dan tak mengijinkan siapapun untuk membacanya.

Banyak Belajar dari Bedah Karya

Dari organisasi itulah saya banyak belajar dalam menulis karya fiksi. Sesuatu hal yang sulit bagi karena harus merubah cara berpikir dan menumpahkan ide yang dulunya adalah non-fiksi menjadi fiksi. Otak ini terbiasa menulis dengan sesuatu yang berlogika, berstruktur, beralasan, nyata, sains, dan penuh data. Pada akhirnya, saya berhadapan dengan karya yang terkadang penuh daya khayal tinggi dan bersifat surealis yang tidak bisa diterima dengan otak saya.

Awal pertemuan saya tidak percaya diri. Saya melihat karya-karya anggota baru cukup bagus. Karya mereka benar-benar bersinggungan dengan sastra. Saya sendiri tidak pernah menulis sastra disuruh menulis sastra dan dibedah. Bagaimana jadinya? Hasilnya saya geli sendiri membaca karya saya. Benar-benar kaku!

Bedah karya tiap minggu memberi saya kesempatan berkenalan dengan senior-senior yang memang jago dalam kepenulisan fiksi. Pengetahuan mereka yang luas membuat saya terkadang harus mencatat nama-nama sastrawan dunia yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Dari mereka, akhirnya pengetahuan sastrawan terkenal dunia jadi bertambah seperti Charles Dickens, Jane Austen, Tolstoy, Rudyard Kipling, dan lain-lain.


Keseruan Bedah Karya

FLP saat jaga stand Pameran di Perpustakaan Kota Malang

Dari mereka pula, saya sedikit-sedikit paham bagaimana teknik menulis fiksi dari karya sastrawan-sastrawan terkenal. Walaupun saat praktek, justru hasil coretan tangan ini tidak seindah para sastrawan itu. Beda sekali saat menulis non-fiksi. Otak kanan benar-benar diasah.

Bahkan saat saya mengalami writer's block dan menyerahkan hasil karya fiksi saya. Mereka memberikan ide-ide yang cemerlang, dari ide realis juga ide surealis. Sayangnya, otak saya belum bisa menerima ide-ide surealis.

Kritik dan saran saat bedah karya memberikan kepercayaan diri saya untuk mengikuti banyak lomba menulis dan mengirimkan tulisan fiksi ke media massa.

Ukhuwah Islamiyah

Senangnya saat bertemu teman baru dengan keunikan masing-masing. Persaudaraan seiman terjalin dan terasa menyenangkan saat saling mengingat diri untuk ibadah kepadaNya. Walaupun perkenalan kami belum lama, saya kadang terharu saat-saat mungkin waktu baru lahir terkena baby blues syndrome, teman FLP datang untuk menghibur. Thx mbak wul, teteh siro, mba zie, afifah, mmuach!


Seft Method

Tak bisa dipungkiri saat pertemuan bedah karya selalu ada cerita yang dibahas di luar materi. Ngga selalu gosip kali ye,... salah satunya adalah metode seft yang saya dapatkan dari Mbak Wulan. Metode yang mengajarkan keikhlasan dan kepasrahan terhadap perasaan-perasaan yang timbul. Eh, bener ya, Mbak ? Hehe.. Saya lupa tepatnya kapan pertama kali Mbak Wulan mengajarkan metode ini.

Lagi marah? Sedih? Kecewa? Deg-degan? nggak tenang? Sakit hati? Sampai penasaran dengan barang yang lupa ditaruh? Coba aja deh seft method ini. Lakukan dengan penuh konsentrasi yak! Insyallah selalu ada aja nemu jalannya.

Motivasi untuk terus aktif

Notifikasi obrolan di whatsapp dan grup Facebook membuat saya tersadar bahwa banyak sekali para pejuang FLP yang terus semangat menulis dan telah menghasilkan karya. Mereka menularkan semangat untuk terus menulis, membaca, dan berpikir. Tidak saja membaca teori tapi juga praktek. Atau praktek tanpa teori juga susah.

Partner Bisnis

Di FLP jugalah saya menemukan partner bisnis. Memang pada awalnya ingin berbisnis, tapi belum tahu berbisnis apa. Kebetulan Mbak Zie yang sedang S2 membutuhkan rekan untuk membantu pengembangan bisnis Pusat Flanel-nya. Akhirnya saya menawarkan diri untuk bergabung dan menyibukkan diri dengan usaha ini.


Bisa Belajar Bahasa Arab

Nggak cuma itu, saya juga menemukan guru untuk belajar bahasa Arab. Alhamdulillah, walau cuma sebentar jadi murid tapi saya bisa jadi guru cukup lama untuk keponakan saya saat akan ujian bahasa Arab di sekolahnya. Sayangnya, guru saya harus kembali ke kampung halaman setelah menyelesaikan sekolah pascasarjananya.

Bisa belajar Bahasa Arab juga


Alhamdulillah, berkat berkecimpung di FLP, satu karya antologi sudah terbit (Jodoh Pasti Bertamu, Penerbit Indiva) dan menjadi pemenang kompetisi blog Good News From Indonesia. Semoga selanjutnya bisa berkarya lebih berkualitas lagi.

Begitulah dua tahunku bersama FLP yang telah memberikan kesan mendalam dan pembelajaran tidak hanya di dunia penulisan tapi juga kehidupan sehari-hari yang insyallah menjadi keberkahan buat kedepannya. 

Setelah mengenal FLP, aku jadi bisa apa? insyallah aku bisa "nulissss"...hehehe


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

6 komentar

  1. seru ceritanya.. jadi kangen kumpul lagi.. :)

    BalasHapus
  2. Wah selamat ya mba untuk antologi Jodoh Pasti Bertamu, FLP emang penuh ilmu dan orang-orangnya menginspirasi

    BalasHapus
  3. weweh, ketemu saya dong salah satunya, wkwkwkwk

    btw itu mas Danang kan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah ketemu dimana mbaa..? maaf sy br brgbung jd blm hapaal personil FLP hehe.. iyaa itu mas danang

      Hapus

Follower