Sebenarnya aku memang udah pernah dengar tentang wisata 1000 topeng ini tapi belum pernah berkunjung kesana. Kalau lihat informasinya di internet sih jauh. Pada suatu ketika, ada kompetisi esai foto dan video di instagram yang akhirnya nggak menang haha, dan tiba-tiba berminat pengen ngebahas ini. Untungnya mas bojo mau dibujuk buat nganterin kesana, hehe.
Kekurangannya adalah nggak ada papan penunjuk yang jelas mengenai lokasinya. Jadi berasa kita mau offroad ke hutan-hutan. Ternyata emang harus melewati jalanan bebatuan, tanah, hutan, kebun bahkan kuburan. Hehe. Kebayang betapa seramnya. Aku kira aku memang tersesat. Ternyata setelah mengikuti jalan di google maps, akhirnya sampai juga. Itupun aku parkir di depan rumah warga dan masih harus jalan kaki melewati pepohonan tinggi buat masuk ke tempat wisatanya. Untung saja kesana pas siang hari jadi nggak begitu seram-seram amat, hehe.
Begitu kita masuk ke kampung ini, kita akan ngeliat banyak banget topeng-topeng dipajang di sana. Nggak hanya topeng kecil tapi juga topeng besar. Dua topeng besar yang menjadi ikon kampung wisata ini. Dua topeng raksasa ini adalah sosok Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji.
Dua sosok ini adalah sepasang kekasih dari dua kerajaan besar di Jawa Timur. Sayangnya, Dewi Sekartaji akan dijodohkan dengan pilihan ayahnya dan akhirnya ia pun meninggalkan kerajaan dan pergi ke gunung kemudian menyamar menjadi wanita lain. Ia bertemu dengan Panji Asmoro Bangun yang menyamar jadi kera. Mereka pun jadi akrab hingga akhirnya mereka menunjukkan keaslian mereka. Pada akhirnya mereka pun menikah.
Kampung wisata topeng ini sebenarnya dibuat oleh Pemerintah Kota Malang untuk mengentaskan para gelandangan dan pengemis di Kota Malang. Mereka difasilitasi tempat tinggal dan usaha topeng agar bisa mandiri secara finansial dan tidak menjadi gelandangan dan pengemis lagi.
Rumahnya memang tidak besar, ukurannya mungkin sekitar 3x4 meter tapi setidaknya mereka tidak lagi tidur di latar toko sambil menahan dinginnya udara Malang. Selain itu, mereka juga dibina selama tiga bulan dan diberi modal usaha.
Kalau mau beli souvenir topeng malangan, tempat wisata ini ada Omah Topeng yang menjual berbagai macam souvenir khas malang seperti gantungan kunci topeng, baju, dan topeng malangan. Kalau mau belajar melukis topeng juga bisa disini tapi waktu ke sana nggak minta sama orang sana jadi cuma lihat-lihat saja.
Di sana ada juga bank BNI mungkin untuk warganya yang ingin membuka usaha dan menabung uang di bank itu. Atau untuk memberi pinjaman modal bagi yang ingin membuka usaha.
Uniknya, setiap rumah juga dicat warna-warni dan ada gambar topeng di setiap rumahnya. Di depan rumah penduduknya juga ada taman mini yang nggak hanya ada tanaman tapi juga topeng-topeng mini. Seorang ibu-ibu yang jadi warga disana bercerita dengan semangat bahwa mereka dulunya sering pindah-pindah di daerah Muharto, Sukun, Gadang.
Ia bercerita dengan ekspresi bahagia. Rasanya pemerintah sudah menyenangkan hati mereka karena mereka nggak lagi hidup gelandangan. Ia juga bercerita kalau sebentar lagi ada permainan-permainan seperti flying fox, dan lain-lain (aku lupa mainan apa aja, hehe).
"Jadi lebih seru, Mbak. Ntar kalau udah jadi, datang kesini aja mbak." Dari ceritanya ia sangat berharap banyak pengunjung yang datang. Tentunya, semakin banyak pengunjung semakin besar yang membeli makanannya.
Memang, penduduknya ada yang membuka usaha makanan, sepert mie ayam, tempura, bakso. Kalau pas lagi lapar, nggak perlu khawatir karena disana ada yang jual makanan juga. Walaupun nggak banyak, tapi setidaknya bisa menahan lapar, hehe. Selain jualan di depan rumah, ada juga pujasera yang menjual makanan dan minuman. Sayangnya pas kesana pujaseranya tutup jadi nggak tahu makanan yang dijual apa saja.
Di dekat pujasera juga ada toilet untuk pengunjung. Pas lagi asyik lihat-lihat sederetan rumah penduduk, hujan turun. Aku dan suami berteduh di musholla. Karena dikit lagi adzan ashar dan alhamdulillah hujan sudah mereda, akhirnya kami memutuskan pulang saja daripada nanti jalanan becek malah nggak bisa lewat.
Dua Topeng Raksasa |
Lokasi
Memang lokasinya masih di Kota Malang tepatnya di Kecamatan Kedungkandang, Desa Tlogowaru. Perjalanan dari kota Malang cukup jauh yaitu sekitar setengah jam. Belum lagi medannya yang cukup jelek membuat aku sempat kurang yakin dengan informasi di internet. Sebenarnya di google maps sudah muncul kok lokasi kampung topeng ini, jadi mau nggak mau aku percaya aja, hehe. Lebar jalannya pun tidak cukup besar, jadi hanya bisa dilewati dua mobil dengan cukup sempit dan harus minggir-minggir.Kekurangannya adalah nggak ada papan penunjuk yang jelas mengenai lokasinya. Jadi berasa kita mau offroad ke hutan-hutan. Ternyata emang harus melewati jalanan bebatuan, tanah, hutan, kebun bahkan kuburan. Hehe. Kebayang betapa seramnya. Aku kira aku memang tersesat. Ternyata setelah mengikuti jalan di google maps, akhirnya sampai juga. Itupun aku parkir di depan rumah warga dan masih harus jalan kaki melewati pepohonan tinggi buat masuk ke tempat wisatanya. Untung saja kesana pas siang hari jadi nggak begitu seram-seram amat, hehe.
Kampung Wisata
Begitu kita masuk ke kampung ini, kita akan ngeliat banyak banget topeng-topeng dipajang di sana. Nggak hanya topeng kecil tapi juga topeng besar. Dua topeng besar yang menjadi ikon kampung wisata ini. Dua topeng raksasa ini adalah sosok Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji.
Dua sosok ini adalah sepasang kekasih dari dua kerajaan besar di Jawa Timur. Sayangnya, Dewi Sekartaji akan dijodohkan dengan pilihan ayahnya dan akhirnya ia pun meninggalkan kerajaan dan pergi ke gunung kemudian menyamar menjadi wanita lain. Ia bertemu dengan Panji Asmoro Bangun yang menyamar jadi kera. Mereka pun jadi akrab hingga akhirnya mereka menunjukkan keaslian mereka. Pada akhirnya mereka pun menikah.
Kampung wisata topeng ini sebenarnya dibuat oleh Pemerintah Kota Malang untuk mengentaskan para gelandangan dan pengemis di Kota Malang. Mereka difasilitasi tempat tinggal dan usaha topeng agar bisa mandiri secara finansial dan tidak menjadi gelandangan dan pengemis lagi.
Rumahnya memang tidak besar, ukurannya mungkin sekitar 3x4 meter tapi setidaknya mereka tidak lagi tidur di latar toko sambil menahan dinginnya udara Malang. Selain itu, mereka juga dibina selama tiga bulan dan diberi modal usaha.
Kalau mau beli souvenir topeng malangan, tempat wisata ini ada Omah Topeng yang menjual berbagai macam souvenir khas malang seperti gantungan kunci topeng, baju, dan topeng malangan. Kalau mau belajar melukis topeng juga bisa disini tapi waktu ke sana nggak minta sama orang sana jadi cuma lihat-lihat saja.
Di sana ada juga bank BNI mungkin untuk warganya yang ingin membuka usaha dan menabung uang di bank itu. Atau untuk memberi pinjaman modal bagi yang ingin membuka usaha.
Uniknya, setiap rumah juga dicat warna-warni dan ada gambar topeng di setiap rumahnya. Di depan rumah penduduknya juga ada taman mini yang nggak hanya ada tanaman tapi juga topeng-topeng mini. Seorang ibu-ibu yang jadi warga disana bercerita dengan semangat bahwa mereka dulunya sering pindah-pindah di daerah Muharto, Sukun, Gadang.
Ia bercerita dengan ekspresi bahagia. Rasanya pemerintah sudah menyenangkan hati mereka karena mereka nggak lagi hidup gelandangan. Ia juga bercerita kalau sebentar lagi ada permainan-permainan seperti flying fox, dan lain-lain (aku lupa mainan apa aja, hehe).
"Jadi lebih seru, Mbak. Ntar kalau udah jadi, datang kesini aja mbak." Dari ceritanya ia sangat berharap banyak pengunjung yang datang. Tentunya, semakin banyak pengunjung semakin besar yang membeli makanannya.
Memang, penduduknya ada yang membuka usaha makanan, sepert mie ayam, tempura, bakso. Kalau pas lagi lapar, nggak perlu khawatir karena disana ada yang jual makanan juga. Walaupun nggak banyak, tapi setidaknya bisa menahan lapar, hehe. Selain jualan di depan rumah, ada juga pujasera yang menjual makanan dan minuman. Sayangnya pas kesana pujaseranya tutup jadi nggak tahu makanan yang dijual apa saja.
Di dekat pujasera juga ada toilet untuk pengunjung. Pas lagi asyik lihat-lihat sederetan rumah penduduk, hujan turun. Aku dan suami berteduh di musholla. Karena dikit lagi adzan ashar dan alhamdulillah hujan sudah mereda, akhirnya kami memutuskan pulang saja daripada nanti jalanan becek malah nggak bisa lewat.