Setelah puas makan durian di pinggir telaga Ngebel, naik perahu santai, dan menikmati sajian laut di rumah makan pinggir telaga, kami pun pergi ke Mloko Sewu. Katanya Mloko Sewu ini tempatnya bagus. Pengunjung bisa melihat telaga Ngebel dari ketinggian. Saya dan keluarga sempat penasaran, sebagus apakah? Memang ada apa di sana?

Setelah diberi petunjuk oleh teman Bapak yang kebetulan ke Ngebel, kami pun pergi ke Mloko Sewu. Kami melewati jalan-jalan yang di sampingnya banyak sekali hotel dan villa. Kemudian kami masuk ke dalam hutan. Di kanan kiri banyak sekali pohon durian. Ada yang siap jatuh dan ada juga yang masih kecil.

 

Akses jalan Mloko Sewu

Jalan menuju ke Mloko Sewu cukup jelek, muat dua mobil ngepres, dan jalanan terus menanjak. Bagi yang ingin kesini harus jeli melihat papan penunjuk jalan menuju Mloko Sewu. 500 meter dari jalur masuk telaga sebelah selatan ada pertigaan masuk desa gondowido (arah air terjun toyomerto). dari situ naik sekitar 3 km melewati hutan, sampai ketemu jalur bercabang setelah makam ambil kiri (gapura masuk desa pupus) dari gapura sekitar 50 meter mentok pertigaan belok kiri (jalan cor) sekitar 15 meter masuk jalan tanah

Terkadang, kami bisa melihat telaga Ngebel dari jalanan. Namun, kami belum sampai Mloko Sewu. Perjalanan sampai ke Mloko Sewu sekitar 15-20 menit. Andaikan jalannya bagus mungkin lebih cepat. 

Saya pun membatin dalam hati, duh jalan sejelek begini kalau obyek wisatanya juga kurang menarik sih sama saja. Sayang banget sudah jauh-jauh, ternyata cuma gitu-gitu aja. Tapi kalau saya lihat di foto yang ada di penunjuk jalan sih kayaknya lumayan bagus tempatnya.


IG @yazid_el_zaada93

Kami pun sampai di perkampungan penduduk. Jalanannya yang cukup sempit baru saja selesai di plester. Sayangnya, parit di kiri kanan jalan terbuka sehingga kalau ada dua mobil berpapasan, maka dua mobil itu nggak bisa jalan karena ada parit yang terbuka.

Parkir Kendaraan

Setelah tidak terlihat ada penunjuk jalan, kami bertanya pada warga yang ada di sana. Ternyata lokasinya tidak jauh dari tempat kami. Setelah itu, kami menanyakan tempat parkir mobil. Ternyata tempat parkirnya masih berupa tanah dan di lapangan kecil sebelah rumah penduduk. Kapasitasnya cukup kecil mungkin hanya sekitar 5 mobil.



 

Tiket Masuk dan Jam Buka Mloko Sewu

Tiket masuknya menurut saya cukup murah. Tiket masuk dibagi menjadi tiket masuk, tiket selfie dan tiket terusan. Kalau tiket masuk ke Mloko Sewu cukup murah hanya 5.000 rupiah. Tiket selfie Mloko Sewu juga 8.000 rupiah. Tiket terusan hanya 10.000 rupiah.




Tiket selfie untuk berfoto di balon udara, pintu langit dan ayunan. Sedangkan tiket terusan itu untuk selfie tapi juga tiket masuk. Nah, bapak saya belinya tiket terusan. Saat saya masih asyik berfoto, saya sempat melihat sekilas bapak mempertanyakan jenis tiketnya itu. Waktu itu saya sempat melihat bapak bingung tapi akhirnya bayar tiket terusan. Lah saya baru ngeh juga saat saya nulis blog ini. Apa bedanya tiket selfie dengan tiket terusan? Toh tiket selfie juga pasti bisa masuk. Saya juga nggak tanya waktu itu masuk itu maksudnya masuk kemana. Haha. Ambigu ya.

Taman bunga

Kalau lihat konsepnya, wisata Mloko Sewu ini sama seperti wisata Coban Rais hanya saja jauh lebih sederhana dan lebih murah. Setelah kita membayar tiket di loket, kita akan melihat taman bunga. Sayangnya, waktu saya kesana bunganya belum bermekaran, jadi masih kuncup begitu. Tapi tak apalah, namanya juga penasaran. Taman bunga ini berada di antara pohon-pohon pinus. Jadi tetap tidak panas walau berkunjung saat siang hari.

Gardu Pandang

Saya juga melihat ada dua gardu pandang dari kayu, kalau nggak salah. Yang pertama untuk melihat taman bunga dan sekitarnya. Yang kedua kedua untuk melihat telaga Ngebel dari atas. Untuk naik ke atas, pakai tangga bambu.

Warung kecil

Di dekat gardu pandang itu ada warung ngopi dengan tempat duduk berupa kayu. Bagi yang ingin menghangatkan badan atau mengisi perut bisa beli di warung ini.

Balon Udara, Pintu Langit dan Ayunan

Saya belum sempat menjelajah Pintu Langit dan Ayunan yang katanya bagus buat foto selfie. Saya cuma sempat lihat Balon Udara sampai satu kejadian yang membuat kami harus segera keluar dari tempat wisata itu.

Sumber www.tripzilla.id

Gara-gara saya nyuruh orang tua saya berfoto di balon udara bersama anak-anak saya. Balon udara ini bagus banget buat foto-foto. Si kakak sudah digendong mbahnya. Si adek masih belum digendong. Saya sedang pegang kamera hape untuk mengambil foto agak jauh dari mereka. Pintu balon udara udah saya tutup tapi ternyata didorong anak saya hingga dia terjatuh dan giginya menatap bebatuan di bawah. Sedihhhh. Giginya goyang. Gusi dan bibirnya berdarah. Huaahhh...
Pada akhirnya kami membawanya ke rumah sakit di kota yang waktu tempuhnya sekitar 1 jam. Dalam perjalanan itu, dia nangis-nangis karena nggak bisa menyusu. Darahnya nggak berhenti-henti. Miris lihatnya. 

Saat di rumah sakit, dokternya nggak ada dan untungnya ditelepon. Dokternya mau datang sekitar 15 menit. Dan terpaksa dokter gigi harus mencabut giginya yang baru tumbuh. Hiks. Setelah itu, dia udah nggak merasa kesakitan lagi jadi udah nggak nangis lagi setelah dikasih balon berbentuk tangan. Padahal waktu pertama datang ke Mloko Sewu, si kecil senang banget berjalan dengan ketawa-ketiwi. Pulang-pulang udah nangis-nangis. Hiksss...

Jadinya nggak bisa menikmati rekreasi di Mloko Sewu. Kalau saya ke Ngebel, kira-kira perlu datang lagi nggak ya ke Mloko Sewu? Apalagi jalannya menanjak dan cukup rusak. Mengingat kejadian itu yang bikin miriissss.... #crying
Read More

Sempat Gagal Mudik

Sedih ya? Ya lah. Nggak cuma saya saja yang sedih, mbahnya yang lagi kangen si Raceqy dan Ghalib pun juga begitu. Kecewa.

Jadi, waktu itu ada libur hari kejepit, saya manfaatkan mengunjungi orang tua yang kebetulan waktu itu ada di Ponorogo, tempat asalnya Bapak. Nah, waktu itu kok ya pas sekali tol Caruban banjir, dan di beberapa daerah termasuk Ponorogo juga banjir. Kami pun tahunya pas dengerin radio E100. Waktu itu qodarullah mobil kami baru sampai di Krian. Alhasil, kami berhenti di Krian dan mencari informasi dari Bapak.

Ternyata memang benar, beberapa daerah di Ponorogo dan Caruban banjir. Well, daripada kami mendatangi lokasi banjir terpaksa kami pending dulu pulang kampungnya. Padahal mbahkung udah kangen banget sama cucunya, si Raceqy. Bahkan sampai ngasih alternatif cara biar kami tetap kesana. Salah satunya mobil dititipin di rumah orang di Caruban terus dijemput Bapak pakai mobilnya yang tinggi. Wkwkwk. Tapi aku emoh. Akhirnya kami balik arah deh.

Sedih, sih tapi mau gimana lagi daripada menerjang banjir. Soalnya pernah tuh mobil menerjang banjir. Nyucinya kesel, terus kopling sempet nggak enak.

Beberapa minggu kemudian, saat ada hari libur kejepit lagi, akhirnya kami berangkat juga ke Ponorogo. Alhamdulillah nggak ada aral melintang.
Udara di desa Singgahan sebenarnya nggak jauh beda sih sama Kota Batu. Sama-sama sejuk soalnya Singgahan berada di kaki pegunungan Wilis. Katanya sih sekarang desa Singgahan udah nggak sedingin dulu tapi menurut saya tetap dingin.

Sekitar hari kedua, di pagi hari, bapak menyarankan kami makan nasi pecel. Bapak udah ngasih ancer-ancer. Cuma karena namanya di desa, nggak ada patokan yang bisa dikenali jadi deh saya sama suami sempat nyasar sampai ke desa yang tinggi sekali. Dan akhirnya gagal makan nasi pecel yang terkenal enak si Desa Singgahan.


TELAGA NGEBEL

Saat weekend, Bapak ngajak kami ke Telaga Ngebel yang nggak jauh dari Singgahan. Perjalanannya menuju Ngebel menurutku indah sekali. Maklum namanya juga orang kota jarang banget lihat pemandangan alam hehe. Kami melewati jalanan yang sempit, berkelok-kelok dan terus naik. Meski banyak jalan yang rusak, tapi pemandangannya sawah nan hijau.

Akses jalan 

Sebenarnya akses jalan untuk pergi ke Telaga Ngebel ini bisa lewat kota yang kayaknya jalannya lebih mulus. Tapi karena saya ada di desa jadi lebih dekat lewat terabasan. Dari Singgahan kami ke arah Pulung kemudian sampai pertigaan sebelum Pasar Pulung belok ke kanan. Nah, ikuti jalan saja. Setelah itu, saya nggak hapal. Haha. Memang lebih aman lewat kota saja. Karena jalannya banyak yang rusak dan cukup terjal. Namun, setelah dekat ke telaga, jalanan lebih banyak menurun. Oiya, karena jalan di telaga Ngebel cukup sempit jadi dibuat satu arah. Kita harus benar-benar memperhatikan tandanya ya.

Tiket Masuk dan Jam Buka

Enaknya, wisata murah meriah di Ponorogo tidak perlu tiket masuk. Kita pun bisa berkunjung kapan saja karena wisata Telaga Ngebel tidak ada jam buka dan jam tutup. Hanya saja untuk permainan yang ada di Telaga Ngebel seperti perahu santai, speedboat baru buka sekitar pukul 08.00.

Ngapain aja ke Telaga Ngebel?

Terakhir ke Telaga Ngebel itu tahun 2017. Waktu itu saya belum sempat keliling Telaga Ngebel. Ketika bulan lalu saya kesana lagi, saya melihat beberapa perubahan dalam pengembangan wisata keluarga tersebut. Telaga Ngebel sekarang memiliki landmark yang bertuliskan "Telaga Ngebel" di pinggir danau.

wisata keluarga di Ponorogo, wisata murah meriah di Ponorogo, wisata alami di Ponorogo, tempat wisata murah, Ponorogo, Wisata Telaga Ngebel, Ngapain aja di Telaga Ngebel, Pergi ke Telaga Ngebel, Tiket masuk Telaga Ngebel,
Patung di Telaga Ngebel

Selfie or Wefie Asyik!

Sayangnya, pengunjung hanya bisa berfoto di depan landmark itu ketika menaiki perahu santai atau speedboat. Penumpang bisa meminta sang nahkoda mendekati landmark demi sebuah foto. Tak hanya itu, saya melihat gapura berbentuk Reog dan patung yang mengarah ke telaga sebagai tempat untuk berfoto. Selain itu, terdapat bangunan terbuka untuk tempat duduk di pinggir telaga. Di sini anginnya sepoi-sepoi ditambah lokasi Telaga Ngebel yang berada di dataran tinggi membuat udaranya cukup sejuk.

Makan durian, nyammmm!

Kalau datang ke Telaga Ngebel saat musim durian yaitu sekitar bulan Maret atau April, maka teman-teman akan melihat banyak sekali penjual durian yang menggunakan pick up atau yang diletakkan di depan warung-warung bambu pinggir Telaga. Jadi jangan lewatkan kesempatan makan durian dari Ngebel ini.

Qodarullah saya dapat daging durian yang manis, lembut dan harum. Harganya saya kira sesuai lah sama enaknya durian sekitar 35.000 rupiah! Pas saya ke masjid ternyata memang banyak sekali pohon durian di dekat telaga Ngebel bahkan saat saya mau ke Mloko Sewu, tempat asyik melihat sunset juga banyak sekali pohon durian.

Wisata Kuliner juga!

Memang di beberapa titik, banyak warung bambu sebagai tempat menikmati kopi dan pemandangan telaga. Sayangnya, tempat itu lebih enak dikunjungi saat menggunakan motor karena tidak ada tempat parkir yang cocok untuk mobil. Kalaupun ada, tempatnya dekat permainan perahu santai dan speedboat.

Tak hanya warung bambu, di dekat pintu masuk perahu santai banyak sekali warung-warung berderet di pinggir danau. Makanan yang dijual pun beraneka ragam mulai dari gorengan, mie instan, kopi, teh, sampai nasi dan ikan bakar. Kita tinggal milih mau makan di warung atau rumah makan. Kalau rumah makan masih jalan lagi.

wisata keluarga di Ponorogo, wisata murah meriah di Ponorogo, wisata alami di Ponorogo, tempat wisata murah, Ponorogo, Wisata Telaga Ngebel, Ngapain aja di Telaga Ngebel, Pergi ke Telaga Ngebel, Tiket masuk Telaga Ngebel,
Warung Sederhana pinggir telaga Ngebel.

Fasilitas Tempat Wisata Telaga Ngebel

Tempat wisata murah meriah ini juga menyediakan banyak fasilitas agar pengunjung merasa nyaman berwisata ke Telaga Ngebel.

Warung dan Restaurant: Kuliner Asyik Menghadap Telaga

Pengunjung tak perlu risau jika kelaparan saat berwisata ke Telaga Ngebel karena banyak sekali yang menjual makanan di Telaga Ngebel, seperti bakso, gorengan, mie, ayam bakar, ikan bakar, dan lain-lain. Harganya juga tidak mahal. Pengunjung juga bisa menikmati kuliner ikan bakar di balkon restaurant yang langsung menghadap ke Telaga Ngebel. Pengunjung tinggal memilih restaurant mana yang dituju.

wisata keluarga di Ponorogo, wisata murah meriah di Ponorogo, wisata alami di Ponorogo, tempat wisata murah, Ponorogo, Wisata Telaga Ngebel, Ngapain aja di Telaga Ngebel, Pergi ke Telaga Ngebel, Tiket masuk Telaga Ngebel,
Restaurant Menghadap Telaga Ngebel

wisata keluarga di Ponorogo, wisata murah meriah di Ponorogo, wisata alami di Ponorogo, tempat wisata murah, Ponorogo, Wisata Telaga Ngebel, Ngapain aja di Telaga Ngebel, Pergi ke Telaga Ngebel, Tiket masuk Telaga Ngebel,
Naik Speedboat dari Restaurant

Parkir

Menurutku, fasilitas ini masih kurang teratur karena di beberapa tempat tidak ada parkir untuk mobil padahal pengunjung ingin berhenti di sana. Jika mobil sembarangan berhenti juga akan mengganggu sirkulasi kendaraan mengingat jalan di sana cukup sempit.

Begitu juga saat saya ingin membeli durian di pinggir Telaga. Bapak saya parkir dekat dengan penjual durian. Yang pasti ini tidak merepotkan saya dan keluarga karena tak perlu berjalan terlalu jauh untuk bisa menikmati durian.

Sementara ketika saya ingin ke dermaga kapal untuk naik perahu santai, maka bapak saya cari parkiran di tempat lain yang lebih dekat dan di pinggir jalan. Namun, apa daya, sudah banyak motor-motor parkir pinggir jalan.

Perahu Santai

Saya mengajak anak-anak, suami dna orang tua untuk naik perahu santai tapi si bapak nggak mau jadinya cuma berlima. Harga satu tiket kalau tidak salah 8.000 rupiah. Kita sudah diajak berkeliling telaga Ngebel selama kurang lebih 20 menit. Kita juga bisa foto dengan landmark bertuliskan Telaga Ngebel sayangnyaaa foto dari jarak yang cukup jauh.

wisata keluarga di Ponorogo, wisata murah meriah di Ponorogo, wisata alami di Ponorogo, tempat wisata murah, Ponorogo, Wisata Telaga Ngebel, Ngapain aja di Telaga Ngebel, Pergi ke Telaga Ngebel, Tiket masuk Telaga Ngebel,
Naik Perahu Santai

wisata keluarga di Ponorogo, wisata murah meriah di Ponorogo, wisata alami di Ponorogo, tempat wisata murah, Ponorogo, Wisata Telaga Ngebel, Ngapain aja di Telaga Ngebel, Pergi ke Telaga Ngebel, Tiket masuk Telaga Ngebel,
Foto di Landmark Telaga Ngebel


Speed Boat

Waktu itu saya penasaran pengen naik speed boat keliling Telaga Ngebel tapi kayaknya si kecil Ghalib nggak bisa ditinggal emaknya sepuluh menit aja. Jadi terpaksa saya batalkan. Harga tiketnya 70.000 rupiah. Saya lupa itu untuk per orang atau per kapal. Cuma menurutku harga segitu standar sama seperti speedboat di tempat wisata di Rowo Klampok.

Masjid

Di kawasan Telaga Ngebel ini, terdapat masjid yang cukup besar di pinggir jalan. Jangan kaget kalau pas wudhu airnya dingin bangeett. Masjid ini juga bersih kamar mandinya. Kalau pas weekend, antri kamar mandinya lumayan banyak.

Toilet

Kalau kejauhan menggunakan fasilitas kamar mandi di masjid, di area Telaga Ngebel juga ada toilet. Lihat saja di dekat dermaga perahu. Ada papan kayu bertuliskan toilet. Tapi kayaknya saya lebih suka toilet di masjid.

Villa dan Hotel

Saya cukup heran kalau ternyata di kawasan wisata Telaga Ngebel ini banyak sekali Villa dan Hotel. Ada yang berada di pinggir jalan depan telaga, ada yang harus masuk gang dulu, ada yang agak tinggi. Bangunannya ada yang hanya seperti rumah warga biasa. Saya lihat desain bangunannya nggak modern seperti hotel-hotel di kota. Harganya juga bervariasi mulai dari Rp.100.000,- sampai Rp. 300.000,-.

Ruang Terbuka untuk Panggung

Di tahun 2017 saya kesana pas banget ada acara di Telaga Ngebel. Begitu mau mask ke Ngebel saya ditawari karcis padahal gratis. Karena jalanan cukup sempit, dan banyak kendaraan yang ikut acara, jadinya susah geraknya. Di dekat pusat kuliner Ngebel situ, tepatnya di balik warung, ada ruang terbuka yang sudah di plester dan ada panggungnya.

Ada rencana pergi ke Ponorogo? Kayaknya memang nggak boleh dilewatkan berwisata ke Ngebel dan Mloko Sewu yang akan saya ceritakan di artikel lain.

Read More
Sejak dulu, saat masih kuliah, saya paling sulit berhias diri. Tak hanya urusan make-up wajah tapi juga untuk urusan penampilan. Terkadang adik saya gregetan melihat saya berpakaian seadanya.

"Bajumu itu nah. Kayak orang rembes!"

Begitu protesnya setiap saya dan adik saya akan pergi ke Mall dan saya memakai baju 'rembes' di mata dia. Maksudnya, saya seperti -maaf- pemulung. Sadis kan!

Meskipun menurut saya, penampilan saya itu biasa saja. Pakai celana jeans dan kaos lengan panjang serta jilbab segiempat. Tak cuma sekali, berkali-kali dia suka protes dengan penampilan saya. Tak jarang, ibu juga ikut mengomentari pakaian yang saya kenakan.

Waktu itu, saya ketawa saja. Karena ketika saya nyaman akan sesuatu ternyata menurut pandangan orang itu jelek. Pada akhirnya, saya memasrahkan diri. Saya biarkan adik atau ibu saya memilihkan pakaian jalan untuk saya. Kadang, saya protes dengan pakaian yang mereka pilih karena saya merasa semakin kurus, semakin hitam, dan semakin semakin lah memakai baju yang mereka pilih. Terkadang juga saya menurut saja apa yang mereka pilihkan.

Betapa cueknya saya padahal saya sudah cukup dewasa untuk bisa memilih pakaian yang saya inginkan. Nyatanya, tidak juga.

Ketika di kampus, saya sudah terlepas dari penglihatan adik dan ibu saya, otomatis saya makin bebas dong memakai pakaian yang nyaman menurut saya. Tidak ada lagi yang protes-protes saya mau pakai baju apa.

Namun, kecuekan saya itu tidak berlangsung lama. Saya suka melihat teman-teman saya yang bajunya mengikuti perkembangan jaman. Meski di fakultas teknik, banyak teman-teman saya yang perempuan penampilannya fashionable. Semua chic mulai dari jilbab, baju, tas dan sepatu. Misal hari ini pakai baju hijau, besok baju pink, lusa baju biru.

Sedangkan saya? Baju, jilbab dan sepatu saya banyak sekali yang berwarna netral, seperti hitam, coklat, biru navy. Karena saya ingin menjadi seperti mereka, saya pun pergi ke toko baju.

Lima menit. Sepuluh menit. Lihat baju model A. Lihat baju mode B. Lihat baju berwarna A. Lihat baju berwarna B. Selama satu jam akhirnya saya memutuskan untuk beli baju model Z dengan warna yang tidak jauh beda dengan warna-warna pakaian yang ada di lemari saya. Cokelat muda.
Begitu saya pakai ke kampus, saya merasa aneh karena tidak bisa jadi diri sendiri. Kenapa pula harus mengikuti jaman kalau memang tidak nyaman dan tidak percaya diri?

Sampai suatu ketika, saya penasaran mau coba kosmetik di dokter kecantikan. Dengan biaya cukup murah, kulit wajah saya yang kusam bisa menjadi kinclong, segar dan terasa kenyal seperti karet. #eh. Ada perasaan yang berbeda setiap saya melihat wajah saya saat melewati kaca. Seperti ada yang bersinar. Ciyeh. Beneran.

Wisuda pun tiba. Saya harus memakai kosmetik dari periasnya. Dan kalian tahu apa? Dua hari setelah wisuda, wajah saya langsung jerawatan. BANYAK. Merah-merah. Sampai satu wajah. Jerawat membandel pokoknya. Saya mulai bingung bagaimana menghilangkan jerawat yang banyak dan parah ini.

Saya pun ke dokter kulit (namanya Dokter Rofiq, dokter kulit yang ramai dan terkenal di Malang) dan menceritakan semuanya. Dokter pun menyuruh saya menghentikan memakai kosmetik dari dokter kecantikan itu. Kata beliau, itu yang menyebabkan jerawat. Saya tidak percaya. Masak sih? Namun, karena saya dalam masa pengobatan, saya pun menurutinya. Selama 1,5 tahun akhirnya jerawat saya sembuh!

Semenjak itu, saya tidak berani memakai kosmetik macam-macam. Saya pun kembali ke perawatan sederhana saya. Facial foam, krim siang dan bedak. Setiap saya mau jalan jauh, saya masih bisa pakai krim siang dan bedak. Terkadang juga lipstik. Sama seperti memilih warna baju, saya memilih warna lipstik pun beraninya cuma warna natural.

Setelah menikah, kecuekan saya semakin menjadi-jadi soal penampilan. Awal-awal saya memang masih bisa memperhatikan penampilan setiap mau keluar rumah atau jalan-jalan. Lama-lama saya semakin tak perduli. Saya masih sangat nyaman memakai kaos panjang, celana kain (dulunya celana jeans), jilbab segiempat dan kadang sandal jepit. Apalagi ada dua anak yang aktif, memakai baju yang nyaman dan membuat bebas bergerak masih menjadi pilihan utama.

Urusan berdandan wajah lain lagi. Meski saat SMA, sekolah pernah mengadakan beauty class, saya tidak benar-benar bisa berdandan. Paling-paling pakai facial foam, krim siang, dan bedak. Saat kuliah pun masih bertahan pakai tiga benda itu.


Namun, semenjak 2 tahun belakangan ini, saya jarang pakai facial foam atau krim siang. Bahkan bedak sekalipun. Saya sudah tidak telaten padahal perawatan diri adalah salah satu cara bersyukur kita pada Allah kan ya.

Untungnya, ketidaktelatenan saya tidak diprotes suami. Dia justru tidak suka kalau saya dandan. Pakai lipstik saja diketawain. Katanya aneh. Lah padahal saya pakai lipstik dengan warna natural meski menurut saya warna natural tetap muncul warna merahnya.

Kemudian, beberapa hari lalu, saya  diajak suami ke Tunjungan Plaza. Sebenarnya suami ingin nyari sesuatu di toys kingdom tapi tidak ada. Jadi kami jalan-jalan dari TP 3 ke TP 1. Setiap saya melewati kaca, saya melihat diri saya yang benar-benar 'rembes'. Sepertinya kalau adik saya ada, dia bakal ngomel-ngomel melihat penampilan saya. Tidak cuma masalah pakaian saja, tapi juga kulit wajah.

Tuh kan penampilan saya (kanan) wkwkwk

Saya lihat wajah saya semakin hitam dan kusam, seperti kembali ke jaman SMP. Padahal saya jarang sekali keluar rumah. Saya sampai malu sendiri. Sampai saya bilang ke suami.

"Weh. Weh. Aku kaya keluar dari goa. Kok bisa hitam kayak gini padahal jarang keluar rumah," kataku pada suami. Seperti biasa, suami cuma mesem saja. Dia juga sama. Cuek saja.

Setelah sampai di rumah, saya langsung pakai facial foam, cream cleansing sama tonic. Sepertinya saya harus jalan-jalan begitu dulu biar tergerak hati saya buat membersihkan wajah. Wkwkwk.

Melihat ketidaktelatenan saya, apa teman-teman punya resep khusus biar wajah tetap kinclong tanpa harus ribet perawatan wajah?

Kalau masalah pakaian, sepertinya saya memang belum tergerak untuk bisa tampil fashionable seperti orang-orang di Mall. Wkwkwkwk.

Kalau begitu, sampai kapan saya mulai tergerak memperhatikan penampilan dan merawat kulit wajah?

Read More

Follower