Tampilkan postingan dengan label Urban & Regional Planning. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Urban & Regional Planning. Tampilkan semua postingan
Perkuliahan di tata kota (planologi) mengharuskan mahasiswanya melakukan studi di luar kota, seperti yang aku rasakan. Di Fakultasku, jurusanku lah yang paling terkenal suka ‘jalan-jalan’ alias ‘survey’! jurusan lain sih menganggap itu enak banget bisa jalan-jalan. Enak sih enak, tapiiii... ngeluarin duit lumayan banyak buat survey dan laporan. Laporan juga ngga nanggung-nanggung, padahal udah disingkat masih aja tuebel banget. Bisa sampai 400an lembar tuh.

Kalian kalau pilih kuliah di perencanaan wilayah kota (PWK) harus siap-siap mengeluarkan uang buat beli kertas, printer yang 'tangguh' dan kopi buat melekan. Haha. Pastinya laptop dengan spek tinggi untuk software pemetaan seperti AutoCAD dan ArcGIS.

Pengalaman sih kalau pas membuat peta dengan software itu berat, file juga besar apalagi ArcGIS. Belum lagi kalau ada mata kuliah Perancangan Kota yang harus membuat desain 3D bangunan-bangunan.

Bahkan kami harus prin peta di kertas A0 terus petanya diwarna sesuai legendanya secara manual biar murah. Mewarnainya bisa bermalam-malam. 

Survey perumahan
Studio paling epik haha ngga tau sekarang masih gini gak

Aku sekarang mikir, kenapa sih dulu itu prin kertas sampai ratusan lembar. Databasenya yang banyak sebenarnya. Coba dulu aku buat lebih hemat gitu. Entah font dikecilin, jarak agak dimepetin. Padahal prin kertas sebanyak itu bukan bagian dari pelestarian lingkungan mungkin bisa diringkas ya tulisannya bahkan sebenarnya yang penting itu analisisnya.

Itu dulu yaa.. nggak tahu sih kalau sekarang. Harusnya sih sekarang udah lebih aware sih sama lingkungan apalagi perubahan iklim semakin kerasa.

Nggak cuma siapkan uang untuk beli kertas dan printer, kalian juga siapkan uang untuk survey karena survey itu butuh uang cukup banyak ya meskinya patungan sih. 

Rencana finansial memang penting banget.

Survey pertama sih di malang-malang aja (waktu itu studio permukiman kota atau APPK). 

Satu kelas dibagi menjadi beberapa sektor itu. Nanti setiap sektor melakukan survey sesuai yang sudah didata. 

Aku dan teman-teman melakukan survey satu kelurahan sesuai sektornya masing-masing. 

Seperti sektor perumahan tugasnya mendata rumah-rumah, kepemilikan, jarak antar rumah, dll.

Sektor jaringan jalan tugasnya mendata jenis jaringan jalan, status jalan, lebar jalan, trafik lalu lintas, fasilitas jaringan jalan, dll.

Sektor air bersih tugasnya mendata sumber air bersih, jumlah penduduk yang pakai air pdam, air sumur, dll.

Sektor persampahan dan sanitasi yang mendata tentang jalur petugas persampahan, lokasi TPS, lokasi TPA, proses pengolahan sampah, dll. Dan aku dapat sektor persampahan. Sampai sekarang sampah tuh kayak ngga lepas dari blog ini, seperti food waste, limbah minyak jelantah.

Survey persampahan
Survey sampah. Bauuu

Sektor drainase mendata tentang jenis drainase, lebar drainase, debit air hujan, dll. Sektor drainasr ini terkenal paling susah karena harus tergantung pada alam. Saat hujan, kelompok sektor ini harus survey ke drainase. 

Di akhir semester, setiap perwakilan sektor akan persentasi di depan para perwakilan perangkat desa. 

Lucu banget pas persentasi ini pas giliranku yang waktu itu juga jadi koordinator studio. Alu ngantuk banget. Pas aku persentasi aku menjelaskan sambil ngantuk. Haha. Aku nggak begitu sadar karena aku merasa mataku sudah 5 watt. Pas menjelaskan pin mungkin kayak orang ngigau. Wong sampe dosenku bilang "presenternya ngantuk." Wkwk

Survey kedua untuk mata kuliah Perencanaan Desa Terpadu di desa terpencil di kabupaten Malang yang notabenenya jauh dari pusat kota dan di bawah kaki gunung. 

Namanya desa Ngajum. Ini enak banget survey di sini. Udara dingin, sejuk, segar. Pemandangan oke. Tenang banget. Dikasih makan enak-enak sama yang punya rumah. Kita tinggalnya di rumah penduduk. Tapi ya itu... sampai dikira ibuku mau ikut pesugihan. Hahaha. 

Survey ketiga untuk Studio Perencanaan Desa di desa kabupaten Pasuruan. Survey di desa dengan cuaca yang panas. Makanannya juga enak-enak. Makanan pesisir gitu. Yang disurvey terkait sektor yang mendukung perekonomian desa seperti pertanian, perkebunan, perikanan tapi di desa itu aja. Hampor mirip dengan perencaan desa terpadu aebelumnya.

Survey perikanan
Survey Desa naik kapal mau lihat tambak

Survey keempat dan kelima untuk mata kuliah Studio Perencanaan Kota dan Studio Transportasi di kota Madiun. Aku lupa-lupa ingat pas studio ini tuh pas puasa ramadhan apa ya? Mungkin temen2 PWK 06 bisa komen di bawah ya. Cuaca panas tapi kotanya nggak ramai dan sepi. 

Di sini kita survey dua studio sekaligus. Aku inget kami sewa tempat menginap di Madiun di mess pabrik gula Rejoagung. Satu kamar luas diisi orang 15an. Udah kayak di pepes gitu. Haha.

Yang kami survey terkait dengan perdagangan jasa, perumahan, permukiman, pendidikan, perkantoran, fasilitas kesehatan, ruang terbuka hijau, dan infrastruktur.

Sedangkan survey transportasi khusus jaringan jalan, terminal, stasiun, trafik kendaraan. Dari trafik dan lebar jalan bisa diketahui apakah jalan tersebut perlu diperlebar atau nggak. Sayangnya, kenyataannya tergantung politik aja. Hehe.

Survey keenam untuk mata kuliah Studio Perancangan Kota di kota Jogja. Ini juga seneng banget soalnya survey di kota yang didamba-damba para mahasiswa untuk menuntut ilmu. Malioboronya yang terkenal. Sungai Code yang sangat khas. Bahkan Jogokariyan yang terkenal dengan lagunya. MasyaAllah. 

Yang disurvey sih udah lebih detail dan hanya di ruas tertentu, seperti tinggi bangunan, lebar bangunan, lebar jalan, pepohonan, reklame, telekomunikasi, listrik, air bersih, pokoknya yang ada di ruas itu. Nanti hasilnya bikin rencana bangunan dan lingkungan dalam bentuk 3D.

Anak PWK survey jalan
Kelompokku survey jalan di Yogya

Paling bikin gedek-gedek kepala. Kami dari Malang ke Yogya naik motor lewat jalur selatan ramai-ramai. Aku malah minta naik motor sendiri. Ya Allah kok bisa seberani itu. Akhirnya bukan aku sih yang gonceng.  Beberapa teman yang lain naik bus dan motor dinaikkan truk. Sementara yang lain naik motor sendiri karena nggak muat truknya.

Survey ketujuh dan yang terakhir untuk mata kuliah Studio Perencanaan Wilayah di Gresik. Survey ini paling 'soroh' karena panas banget ya di daerah pesisir. Capek juga karena jarak tempat menginap ke tempat survey cukup jauh. Dan kami aurvey nya ke tempat UMKM gitu. Kalo wilayah udah lebih ke perekonomian yang mendukung wilayah yang disurvey.

Studio Perencanaan Wilayah di gresik
Gresik banyak industri jadi cuma foto2 aja

Kami harus keliling kabupaten Gresik yang luas. Kalau studio sebelumnya kan lingkupnya kecil hanya di ruas jalan tertentu atau kelurahan tertentu. Kalau studio wilayah lingkupnya lebih luas jadi 1 kelompok dapat 1 kabupaten.

Nah karena udah pernah di survey, akhirnya skripsiku nyantol di Gresik, tepatnya di kecamatan Driyorejo. Salah satu sobat dan perjuanganku ngambil di Ujungpangkah, Gresik.

Ni pengalaman waktu di pesisir Ujungpangkah. Kita berdua ditemani pemilik perahu dan mbak Rosa sebagai pemilik tempat tinggal. Kita pergi ke tanah oloran di paling ujungnya Ujungpangkah. Padahal warga ujungpangkah sendiri jarang sekali yang pergi kesana. Oiya, pengertian tanah oloran adalah tanah yang terbentuk dari sedimentasi yang ada di muara sungai. Selebihnya gitu deh pengertiannya.

Sekian ya cerita pengalaman survey jadi mahasiswa PWK. Sebenarnya seru banget sih jalan-jalan mulu. Secara ya masih mahasiswa masih doyan jalan-jalan. Ada yang tertarik kuliah di PWK? Atau ada yang bingung jurusan PWK kerjanya apa? Kalau itu dibahas nanti aja deh ya.

Read More


 Pernahkah terbayang bagaimana kehidupan masyarakat yang tinggal dekat dengan Tempat Penampungan Sampah (TPS) atau Tempat Penampungan Akhir (TPA) Sampah?

Dulunya, di wilayah timur kota Surabaya, terdapat kampung yang terkenal kumuh dan dekat dengan eks TPA. Namanya Kampung Keputih Tegal Timur Baru, Sukolilo. Sekarang menjadi Kampung Berseri Astra Surabaya.

Dulu, kondisi bangunan tidak sesuai standar kenyamanan, keamanan, kesehatan dan lainnya. Penyediaan air minum yang terbatas karena tidak ada perpipaan PDAM. Pengelolaan persampahan buruk. Sampah-sampah berserakan. Pengelolaan air limbah buruk. Lingkungan kampung Keputih Tegal Timur Baru terlihat gersang. Tak ada tanaman yang meneduhi lingkungan mereka. 

Wilayah ini terisolasi dari hiruk pikuknya Kota Surabaya. Sebuah kampung yang tak banyak dikenal oleh masyarakat luas, khususnya Surabaya. Penduduknya merupakan golongan prasejahtera dengan mata pencaharian buruh, pemulung, dan lainnya. 

Hingga muncul pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat untuk membuat perubahan yang lebih baik pada kampung Keputih Tegal Timur Baru.

Bagaimana agar kampung ini menjadi lebih baik sehingga dikenal orang?

Bagaimana agar orang mau berkunjung ke kampung mereka?

Musyawarah antar warga pun dilakukan. Mereka mulai berembug pada setiap permasalahan penataan lingkungan di Kampung Keputih Tegal Timur Baru. Masyarakatnya sendiri siap menjadi agent of change untuk hidup yang lebih baik.

Seberapa jauh kampung Keputih Tegal Timur Baru bisa menjadi agent of change?

Gapura KBA Keputih


Sampah Tak Lagi Berceceran

Mereka harus memikirkan bagaimana agar masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan, bagaimana agar lingkungan mereka bebas sampah, bahkan bisa menghasilkan.

Sebagai daerah yang jauh dari pusat kota membuat petugas sampah dari Dinas Kebersihan tidak mengangkut sampah di kampung mereka. Masyarakat kampung Keputih Tegal Timur Baru, Sukolilo, berinisiatif menyediakan petugas sampah dari kampung mereka. Biayanya diperoleh dari hasil iuran kebersihan warga. Bisa dibayangkan, golongan prasejahtera itu masih harus membayar iuran kebersihan. Mereka tetap berkomitmen untuk membuat lingkungan mereka bersih dan layak dikunjungi.

Tak hanya menyediakan petugas sampah sendiri, masyarakat sudah paham bahwa sampah-sampah yang mereka hasilkan setiap hari masih bisa dijual kembali. Tentunya, ini bisa menambah penghasilan masyarakat.

Mereka belajar mengelola Bank Sampah. Pihak kecamatan melatih mengelola Bank Sampah pada masyarakat kampung Keputih Tegal Timur Baru. Awalnya, memang susah untuk memisahkan sampah basah, sampah kering dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Seiring berjalannya waktu, kebiasaan memilah sampah membuat masyarakat tidak lagi kesulitan.

Hasil pemilahan sampah mampu sedikit tambahan pendapatan masyarakat kampung Tegal Timur Baru untuk kebutuhan sehari-hari.

Gayung pun bersambut, PT. Astra International Tbk memberikan bantuan kepada Kampung BERSERI Astra Keputih Tegal Timur Baru Surabaya (Bersih, Sehat, Cerdas, dan Mandiri),  untuk merenovasi bangunan Bank Sampah yang sudah ada ditambah dengan papan nama Bank Sampah.

Kampung Menjadi Lebih Hijau

Kampung yang dulunya gersang kini disulap menjadi kampung yang asri nan hijau. Awalnya, para masyarakat desa merasa perlu untuk menambah tanaman-tanaman di depan rumah mereka. Mereka membeli tanaman sendiri walaupun hanya tanaman-tanaman kecil. Pot-pot kecil diletakkan di depan rumah masing-masing. Tanaman-tanaman itu pun merupakan hasil swadaya masyarakat.

Kampung yang Asri di Kampung Keputih Tegal Timur Baru



Tak hanya itu, warga bergotong-royong untuk mempercantik kampung dengan memberi pagar dan mengecat bagian pinggir jalanan berpaving, mengecat pot-pot bunga dan pagar bambu di depan rumah.

Tak hanya swadaya masyarakat, PT. Astra International Tbk melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan bantuan yang berwujud Rumah Toga dan beberapa pot-pot untuk diletakkan di depan rumah warga. Tanaman merambat Markisa juga ditanam di depan rumah-rumah warga.

Tanaman Markisa Meneduhi Jalanan di Kampung Keputih (dok.pribadi)

Berdasarkan data dari Khasanah (2015), pembangunan yang Astra laksanakan dari Juni 2013 hingga akhir 2014 berupa pengembangan pusat pembibitan tanaman dengan pemberian 8100 bibit tanaman produktif seperti Cabe, Terong, dan Tomat, dan bibit tanaman hias seperti Markisa dan Anggur.


Air Terbatas, Bukan Alasan Untuk Menyerah

Masalah tak hanya selesai sampai penyediaan vegetasi saja tapi masyarakat mengalami kesulitan air untuk menyirami tanaman. Masyarakat kampung Keputih Tegal Timur Baru berada di daerah yang sulit dijangkau dengan air bersih. Kualitas air pun kurang bagus. Sebenarnya ada Master Meter dari PDAM masuk ke kampung tapi sayanganya debitnya terlalu kecil sehingga saat pagi dan sore masyarakat tidak kebagian. 

Agar tetap bisa hidup, masyarakat harus mengambil dan membeli air di sumber PDAM dengan jerigen atau membeli air pada warga yang dialiri PDAM. Ada juga yang mengambil air di Bumi Marina. Masyarakat pun harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Sebulan bisa sampai ratusan ribu. Kondisi itu berjalan hingga bertahun-tahun lamanya. Bahkan sampai saat ini.

Persediaan air yang terbatas tak membuat mereka menyerah untuk menyediakan vegetasi pada kampung mereka dan menyirami tanaman-tanaman tersebut.

Mengetahui permasalahan tersebut PT. Astra International Tbk bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membangun Water Treatment Plant (Instalasi Pengolahan Air) untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari warga.

Water Treatment Plant di Keputih

Masyarakat membayar delapan jerigen air untuk harga Rp. 2.000,-. Harganya lebih murah daripada harus membeli air dari PDAM seharga Rp. 10.000,- untuk delapan jerigen (Khasanah, 2015).
Warga Kampung Keputih Menampung Air di Jerigen

Kendala penggunaan WTP adalah saat air sungai surut, air di WTP tidak bisa dimanfaatkan karena rasanya asin sehingga masyarakat membeli air di jerigen-jerigen dari wilayah lain. 

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di depan musholla juga membantu masyarakat membuat sisa air wudhu untuk menyirami tanaman.

Air Hasil IPAL untuk Menyiram Tanaman

Menuju Kampung yang Cerdas

Tak hanya ingin mengubah lingkungan menjadi bersih, sehat dan hijau, PT. Astra International Tbk membangun Rumah Pintar untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat. Awalnya bangunan Rumah Pintar itu adalah balai RT. Rumah Pintar pun diresmikan oleh Bu Ani Yudhoyono tahun 2014. Bangunan dua lantai tersebut berisi buku bacaan anak-anak, alat permainan edukatif, pembelajaran audio visual, computer, printer, dan sentra kriya.

Hanya saja, Rumah Pintar ini belum begitu efektif dan masyarakat belum menggunakannya secara maksimal untuk meningkatkan budaya literasi.

Kampung yang Mandiri

Selain pengumpulan sampah kering di Bank Sampah yang bernilai ekonomis, sampah basah dikumpulkan di Rumah Kompos yang kemudian diolah menjadi pupuk kompos. Tentunya dapat menambah penghasilan masyarakat. Menurut Khasanah (2015), Setiap bulannya Rumah Kompos dapat memproduksi 500 kilogram pupuk kompos dengan penghasilan sebesar Rp. 1.000.000,-. Sedangkan setiap bulannya Bank Sampah dapat mengumpulkan 500 kilogram barang bekas (Khasanah, 2015). Tanpa kerja sama dan komitmen masyarakat untuk menjalankan Bank Sampah dan Rumah Kompos, maka bantuan dari Astra tersebut tak optimal memberi manfaat.

Kehadiran Rumah Jamur yang dikelola oleh warga dengan bantuan dari Astra, khususnya RT 8, rupanya memberikan nuansa baru bagi geliat perkembangan perekonomian kampung. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga tumbuh di kampung tersebut, seperti UKM Tempe, UKM Saridele, UKM Kerupuk, dan UKM Binatu (Laundry). 

Sayangnya, usaha pengolahan Markisa tidak berjalan karena tanaman Markisa yang semakin menurun. Harapannya bantuan-bantuan tersebut untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam perekonomian.

Mural Graffiti Pengolahan Buah Markisa

Menuju Masyarakat yang Sehat

Dulunya, banyak warga yang tidak punya kamar mandi sendiri sehingga dibangun MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Komunal. Saat saya kesana, saya melihat MCK Komunal tersebut seperti kurang terawat atau mungkin tidak terpakai dan kurang terjaga kebersihannya.

MCK Komunal di Keputih Tegal Timur Baru

Kampung Keputih Tegal Timur Baru juga memiliki lapangan olahraga yang tak hanya dimanfaatkan untuk berolahraga (futsal, voli, bulutangkis, dan basket) tapi juga untuk kegiatan sosial kemasyarakatan seperti perayaan kemerdekaan Indonesia dan pertemuan lainnya.

Pembawa Perubahan

Bukan sebuah perjalanan yang singkat untuk menjadi Kampung Berseri Astra. Warga bergotong-royong menciptakan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat untuk mengikuti lomba kebersihan tingkat kota Surabaya. Sampah-sampah tidak lagi berserakan. Vegetasi banyak menghiasi sepanjang jalan kampung. Bank Sampah yang dikelola masyarakat mengubah perilaku mereka sedikit demi sedikit untuk lebih memanfaatkan sampah. Walaupun akhirnya masuk dalam peringkat 500 besar tapi lingkungan mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hingga pada akhirnya Kampung Keputih Tegal Timur Baru terpilih menjadi Kampung Berseri Astra yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Astra International Tbk. 

Kenapa bisa terpilih? 

Menjadi Kampung Berseri Astra, sebuah kampung harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kampung Keputih Tegal Timur Baru telah memenuhi kriteria-kriteria seperti tata lingkungan yang baik, memiliki sifat gotong-royong, dan kemudahan akses untuk sosialisasi dan pengawasan program.

PT. Astra International Tbk bersama masyarakat Kampung Keputih Tegal Timur Baru sudah melakukan pengembangan penataan lingkungan yang akhirnya membawa kampung tersebut beberapa kali menjadi pemenang dalam lomba Green and Clean Kota Surabaya.

Sejak Juni 2013, Astra melakukan pengembangan-pengembangan lingkungan agar kampung tersebut menjadi kampung yang bersih, asri dan menjadi pusat edukatif. Dalam jangka 2013-2015, Astra telah memberikan bantuan barang bernilai Rp. 400.000.000,- untuk merenovasi balai RT menjadi Rumah Pintar, membangun Rumah Kompos, membangun WTP, IPAL, Bank Sampah, pembelian mesin pencacah sampah organic, bibit tanaman, pemavingan lapangan, pembelian bamboo untuk batas jalan, polybag, pembangunan gapura, pengecatan bamboo dan gapura, dan peresmian Kampung Berseri Astra Surabaga tanggal 14 Oktober 2014. Harapannya, di tahun 2020, Kampung Keputih Tegal Timur Baru akan menjadi ikon kota Surabaya.

Beberapa penghargaan yang pernah diterima antara lain Pemenang Green and Clean Tema Lingkungan Berbunga Kategori Pemula Tahun 2013, Partisipasi Masyarakat Terbaik Green and Clean Kategori Berimbang Tahun 2014, Pengelolaan Lingkungan Terbaik Green and Clean Kategori Maju Tahun 2015, Partisipasi Masyarakat Terbaik Kategori Maju tahun 2016, dan masih banyak lagi.

Astra bersama masyarakat kampung tersebut masih terus mengembangkan lingkungan kampung tersebut agar berhasil mewujudkan Kampung Keputih Tegal Timur Baru menjadi kampung BERSERI atau Bersih, Sehat, Cerdas, dan Mandiri.

Progress is impossible without change, those who cannot change their minds cannot change anything
- George Bernard Shaw -

Perkataan Bernard Shaw, seorang novelis asal Inggris, mungkin benar untuk siapapun yang ingin membuat perubahan lebih baik dalam hidup. Tidak mudah mengubah perilaku yang sudah melekat dalam suatu individu.

Menjadi masyarakat yang bertindak sebagai agent of change di kampung Keputih Tegal Timur Baru adalah sebuah pekerjaan yang tak mudah. Bukan berarti tak mungkin. Masyarakat kampung tersebut memiliki semangat dan kerja keras untuk mengubah lingkungan mereka menjadi lebih baik. Mereka bisa membuktikan dengan mengubah mindset mereka ke arah yang positif. Itulah agent of change.

Tak cukup hanya mengandalkan bantuan dari PT. Astra International Tbk,  keikutsertaan masyarakat kampung Keputih Tegal Timur Baru dalam pengembangan kampung menjadikan kampung tersebut berseri dan lebih hidup.



DAFTAR PUSTAKA
Khasanah, Anisa Nur. 2015. Implementasi Program Corporate Social Responsiility Pt. Astra International Tbk Di Kampung Berseri Astra. Jurnal Publika Vol 3, No 2  Tahun 2015.
Prasetyo, Galih Adi. 2017. Air Jagir Bisa Siap Pakai Dengan WTP. https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20170724/282278140394299




Read More

Generasi Millenial yang Me-Langit-Biru

Generasi millenial atau disebut juga dengan Gen Y adalah generasi yang lahir pada jaman dimana teknologi sudah mulai berkembang, televisi sudah berwarna, gadget berkembang, ketergantungan pada internet, kebutuhan eksistensi. Menurut wikipedia, generasi millenial lahir dalam rentang waktu tahun 1980-2000an.

Pandangan para baby boomers, atau pendahulu, terhadap Gen Y ini terkadang memberi kesan yang buruk. Menurut para baby boomers, mereka lebih menyukai yang instan, tidak mau ribet, seenaknya saja dan tidak mau berusaha keras. Padahal Gen Y ini juga memiliki sisi positifnya yang jika dibimbing dan diarahkan akan memberi pengaruh positif bagi kehidupan kedepannya. Sehingga Gen Y ini memiliki masa depan cerah dan penuh harapan baru.

Kalau dilihat sisi positifnya, pengaruh perkembangan teknologi membuat karakteristik generasi millenial jelas berbeda dengan generasi sebelumnya, baby boomers. Mereka lebih kritis, inovatif dan kreatif. Pengetahuannya tentang teknologi jauh lebih baik dibanding orang tua mereka. Mereka lebih menyukai kepraktisan dibanding cara konvensional pendahulu mereka.

Generasi millenial bisa diarahkan dalam bidang apapun. Salah satu bidang yang menjadi perhatian dunia adalah bidang energi. 

Secara sederhana, kita bisa menjadi generasi Langit Biru. Generasi ini adalah generasi millenial yang mementingkan kualitas hidup untuk masa depan yang lebih baik. 

Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi pada langit biru adalah:

Budayakan jalan kaki pada jarak yang masih bisa ditempuh. Kondisi iklim Indonesia yang panas, penuh debu dan berpolusi memang membuat siapapun malas untuk berjalan kaki. Tapi kita bisa menguranginya kalau ingin menjangkau tempat-tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal kita. Hemat bensin, lingkungan pun berkualitas.

Yuk, gunakan transportasi umum. Transportasi umum di beberapa kota besar memang masih menjadi pilihan penduduknya. Selain fasilitasnya yang sudah memadai, penggunaan transportasi umum ini bisa mengurangi kemacetan juga polusi udara secara tidak langsung.

Penggunaan pertamax sebagai kontribusi pada Langit Biru. Setiap kendaraan selalu ada rekomendasi bahan bakar yang digunakan dan dapat dilihat pada buku manualnya. Dengan oktan tertentu, maka bahan bakar kendaraan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik. Tujuannya agar peforma mesin tetap berjalan baik. Selain itu, penggunaan pertamax dapat mengurangi sisa pembakaran gasoline yang menyebabkan polusi udara.

Penanaman vegetasi di perkotaan. Semakin banyak tanaman pada suatu kota maka semakin banyak pula karbon monoksida yang diserap tanaman. Dengan begitu, udara menjadi bersih. Polusi berkurang. Lingkungan menjadi sejuk dan langitpun terlihat cantik karena warnanya yang biru.

Generasi Langit Biru (Sumber gambar : dok pribadi)

Proyek Langit Biru

Sebenarnya Langit Biru adalah proyek Pertamina untuk menjawab permasalahan kilang minyak yaitu menurunnya efisiensi dan fleksibilitas kilang. Akhirnya Pertamina melakukan revitalisasi dan modernisasi kilang eksisting yang ada di Cilacap dengan nama Proyek Langit Biru Cilacap.

Pembangunan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) adalah proyek pembangunan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas RU IV agar setara dengan Euro IV. Selama ini Indonesia memberlakukan standar emisi kendaraan EURO II, sedangkan di Eropa sudah menggunakan standar Euro VI.

Standar emisi kendaraan ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan. Emisi gas kendaraan adalah sisa hasil pembakaran gas buang yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Negara Eropa yang memberlakukan pertama kali standar emisi gas ini tahun 1992. Pemberlakuan standar emisi ini agar lingkungan tetap hijau.

PLBC ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produk BBM dari Premium (RON 88) menjadi Pertamax (RON 92). Nilai RON ini membedakan kualitasnya saat digunakan pada kendaraan. Memang tidak semua tahu perbedaan kedua jenis RON tersebut. Perbedaan jenis RON ini mempengaruhi kinerja mesin. Semakin besar oktan maka bahan bakarnya semakin lama terbakar sehingga menghasilkan residu yang sedikit bahkan tidak sama sekali. Semakin sedikit residu pada kendaraan maka semakin bagus kinerjanya terhadap mesin kendaraan. 

Standar Emisi Kendaraan Ringan (Sumber gambar : dok pribadi)
Selain itu, buangan NOx dan COx pada premium semakin besar dibanding pertamax. Limbah buangan ini yang akan dilepas ke udara dan dikenal sebagai polusi yang membahayakan kesehatan. Itu kenapa pertamax menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dibanding premium.

Dengan program Langit Biru itu harapannya peningkatan kualitas BBM menjadi pertamax juga meningkatkan kualitas udara. PLBC ini mampu menghemat pengeluaran Pertamina sekitar 21 Miliar Rupiah per hari. Direncanakan proyek ini selesai tahun 2018. Setelah PLBC selesai maka gasoline yang dihasilkan seluruhnya memiliki oktan minimum 92 atau minimum jenis Pertamax. Diharapkan Pertamina mampu produksi pertamax di PLBC sebanyak 91000 barel per hari.

PLBC (Sumber gambar : dok pribadi)


Future Blue Sky

Menjadi generasi Langit Biru dan melakukan hal-hal yang mengurangi polusi udara seperti yang disebutkan sebelumnya adalah cara-cara agar kehidupan masa depan menjadi berkualitas.

Aktivitas perkotaan tetap seimbang karena memperhatikan alam.

Udara segar dan polusi berkurang karena aksi penanaman pohon-pohon atau vegetasi yang dilakukan oleh Gen Langit Biru.

Generasi Y atau generasi milenial ini seharusnya mewarisi kehidupan yang berkualitas baik kepada generasi Z sehingga sudah sepatutnya Gen Langit Biru melestarikan langit agar tetap berwarna biru dan melestarikan lingkungan yang berkelanjutan.

Future Blue Sky dan Grey Sky (Sumber gambar : dok pribadi)
Mungkin sekarang lingkungan tempat tinggal kita di perkotaan menjadi lingkungan Grey Sky alias langit abu-abu karena polusi udara. Tapi beberapa tahun ke depan dengan adanya proyek Langit Biru, kita berharap agar lingkungan kita akan berubah menjadi Future Blue Sky sehingga generasi selanjutnya akan selalu lebih baik dari kita dan penuh dengan harapan-harapan baru.





Sumber:
Pertamina
Antara News
Finance detik
Gaikindo

Read More
Previous PostPostingan Lama Beranda

Follower