Seberapa seringkah kalian mencuci mukenah kalian?

Hayo, teman-teman bakal menjawab berapa lama? Ada yang sampai satu tahun? Hihihi. Saya kayaknya pernah deh. Apalagi pas masih gadis, masih belum peduli nyuci sendiri. Terus kalau nggak sampai hitam jamuran nggak bakal dicuci. Eh, kalau sudah hitam jamuran sih biasanya susah dibersihkan. Padahal Allah suka dengan sesuatu yang bersih. Masak iya kita menghadap Allah tapi badan dan pakaian kita kotor?
Mukenah (foto Tribunnews)

Sebenarnya kenapa sih bisa jamuran seperti itu?

Saya dulu waktu masih gadis suka pakai mukenah dengan kondisi kepala yang masih basah. Terus pas pakai mukenah jadi ikut basah. Lama-kelamaan, di bagian kepala pasti hitam-hitam berjamur. semenjak itu, saya selalu membersihkan bekas wudhu dengan handuk. Kalaupun mukenah saya basah, saya jemur atau minimal saya gantung di gantungan paku sampai benar-benar kering. Pokoknya jangan sampai lembab. Meski sampai sekarang, jamur-jamur bintik hitam itu masih menempel di mukenah saya, tapi nggak secepat kalau wudhu tanpa pakai handuk.
Terus, saya paling nggak suka kalau ada orang pinjam mukenah tapi kepalanya nggak dibersihkan dulu. Soalnya agak gimana gitu abis dipakai orang terus basah gitu. Nggak nyaman aja pas sholat. Apalagi pas lagi sholat di luar terus mukenah dipakai orang dengan kondisi basah, sholat jadi nggak nyaman ditambah bau-bau lembab mukenah. Untung saja karena pakai jilbab jadi mukenah yang basah nggak kena kepala langsung. Endel ya. Hahaa.

Cara menghilangkan jamur pada mukena?

Saya pernah mencoba menghilangkan bintik-bintik hitam pada pakaian dengan cara-cara yang digunakan di internet. Beberapa pakaian memang nggak berhasil, tapi di beberapa jenis pakaian yang lain berhasil. Saya nggak tahu apakah karena yang berhasil itu belum lama berjamurnya jadi gampang dicucinya. Menurut saya juga, jenis kain juga mempengaruhi hilangnya bintik hitam.

Kalau warna pakaiannya putih, memang lebih mudah kita memakai pemutih terus di sikat dengan kayu. Kalau yang ini saya belum berhasil. Tapi saya pernah membersihkan kain stroller anak saya, sudah ada bintik-bintik jamurnya. Langsung deh saya bersihkan pakai deterjen atau sabun mandi terus saya sikat. Eh, alhamdulillah hilang. Saya juga pernah coba pakai baking soda pada pakaian anak saya yang banyak bintik hitam, juga nggak pengaruh.

Kalau baca di internet sih katanya pakai jeruk nipis, cuka, atau garam. Namun saya belum mempraktekkannya di mukenah. Ada yang sudah coba?

Terus kalau nggak bisa hilang jamurnya?

Yaudah, kayaknya memang harus beli baru. Hehe, maksa ya! Nggak maksa juga sih. Menurut saya perlu aja tuh sesekali beli mukenah lagi. Allah kan menyukai keindahan dan kebersihan. Jadi, ketika kita berjumpa dengannya dalam sholat, usahakan pakaian kita bersih dan kita dalam keadaan suci.

Nah, apa pertimbangan teman-teman memilih mukenah?

Sebagai Muslimah di Indonesia yang beriklim tropis, tentunya kita bisa mengevaluasi sendiri mukenah yang cocok buat kita yang seperti apa. Saya pernah memakai mukenah berbahan tipis sekali sampai-sampai kalau ada angin lewat, mukenahnya melayang-layang. Kalau jenis seperti itu memang cocok untuk dibuat travelling karena bahannya ringan. Kalau kena basah pun cepat keringnya. Kalau di tempat yang banyak anginnya kayaknya enak aja tuh, karena angin bisa masuk dari sela-sela mukenah. Haha. 

Saya juga punya mukenah katun, kainnya tebal. Kado dari seseorang saat saya baru menikah. Menurut saya kainnya enak. Namun lama keringnya kalau kena basah. Meski bahannya adem, tetap saja saya kepanasan karena saya tinggal di Sidoarjo yang panas. Hehe.

Nah, katanya ada kain mukenah yang nyaman saat dipakai alias bahannya adem, dan tidak menerawang. Namanya kain rayon. Saya pun baru tahu ada jenis ini. Jenis kain ini pun berbeda tingkatannya. Ada yang sangat tipis. Ada juga yang cukup tebal. Jenis kain rayon ini yang paling dicari di tahun 2018 silam loh!

Kalau teman-teman ingin cari kain mukenah berbahan rayon ini, kalian bisa cari di website blibli.com di Menu Fashion Wanita kemudian pilih Muslim Kategori Wanita. Selanjutnya pilih Perlengkapan Sholat Wanita. Harganya bervariasi.


Mukenah Wanita

Nggak hanya mukenah jenis rayon, jenis katun pun juga ada. Atau teman-teman mencari mukenah untuk traveling? blibli.com juga menyediakan berbagai macam model dan warna mukenah. Harganya juga bervariasi. Paling murah Rp. 75.000,- dan paling mahal sekitar Rp. 950.000,-.

Tak perlu capek-capek keliling pasar yaa. Langsung cuusss ajaa... Ada yang mau beliin saya nggak? hhehehe

Read More

Pindah kota dengan membawa anak kecil kadang muncul kekhawatiran-kekhawatiran yang terjadi. Saya juga pernah merasakan saat akan pindah ke Sidoarjo dari Malang. Jaraknya sih cukup dekat hanya 2,5 jam namun perbedaan cuaca itu yang membuat saya khawatir. Ternyata pindah kota itu tidak selamanya baik-baik saja. Selain saya yang harus beradaptasi dengan kondisi sekitar, ternyata anak juga mengalami adaptasi. Yang paling terlihat sih anak menunjukkan sikap rewel. Nah kalau rewel ini sebenarnya agak sulit ditelusuri penyebabnya kalau anak masih belum bisa ngomong seperti Raceqy waktu itu.

Saya baru sadar setelah beberapa hari saat mengajaknya keluar rumah. Kulitnya mengalami biang keringat. Mungkin namanya baru pindah ke kota yang panas, jadi kulit anak saya beradaptasi dengan cuaca yang panas. Paling mencolok sih, anak kulit saya banyak ruam-ruam alias biang keringat. Dia nggak betah karena gatal sekali biang keringat itu. Saya kasih bedak, minyak, dan baby cream. Bahkan saya sempat beli sabun cair khusus. Saya sempat mengira karena anak saya tidak cocok dengan airnya. Saya kasih terus pokoknya sampai hilang. Meskipun begitu, biang keringat itu hilang ketika anak saya kembali ke rumah mbahkung dan utinya di Malang. Hehe. Mungkin karena dingin dan jarang berkeringat ya jadinya nggak keluar biang keringatnya. 

Kalau kata tante saya sih biang keringat muncul itu pas kita lagi keringatan terus kita siram air atau mandi. Makanya saya disuruh membersihkan keringat dengan handuk baru kemudian dimandiin.  
Ternyata, saat anak kedua saya lahir di Malang dan saya bawa ke Sidoarjo ketika usianya 1 bulan, dia pun mengalami hal yang sama. Rewel karena biang keringat. Saya merasa kasihan saja karena anak bayi belum bisa cerita sakitnya. 

Belum lagi waktu saya belum sempat beli bak mandi untuk bayi. Saya selalu kebingungan setiap memandikan si bayi tanpa ember. Kasihan euy! Apalagi saya belum berani keluar bawa mobil. Motor pun nggak ada. Adanya sepeda pancal. Kan nggak mungkin banget. Suami juga udah keburu ke kantor.

Akhirnya saya beli di bapak-bapak yang menjual peralatan rumah tangga keliling. Begitu saya tanya perlengkapan mandi bayi seperti bak mandi itu, bapaknya bilang akan dibawakan besok. Melihat beliau antusias kalau saya mencari bak mandi, maka saya mengiyakan saja dan menunggu bak mandi diantar besok. Padahal hari itu juga saya bisa minta suami carikan bak mandi. Tapi yaudahlah nunggu bapak-bapak besoknya.

Jadinya, saya kalau mau beli perlengkapan mandi bayi seperti sabun cair, shampoo, odol dan sikat gigi atau popok ya pas saya berkunjung ke rumah mertua saya di Malang. Repot ya. Haha.

Harusnya sih ibu-ibu gak perlu repot kayak saya. Masalah ibu-ibu yang punya anak kecil dan baru pindah kota nggak usah bingung mau beli perlengkapan mandi bayi dimana.

Ibu-ibu bisa klik blibli.com dan pilih menu Ibu dan Anak kemudian pilih Peralatan Mandi dan Perawatan Kulit. 


Di marketplace ini dijual berbagai merek dan modelnya. Mereknya juga  ternama dan berkualitas seperti Beaba, Beauty Barn, Blooming Bath, Boon, Chuchu Baby, Clevamama, Costly, Haba, Jo-Jo, Johnson’s, Kidsme, Lucky Baby, Mommy’s Helper, Munchkin, My Little Pony, Pororo & Friends, Pumpee, Skip Hop, Soapsox, The First Years, Tokusen, Tommee Tippee, dan Vulli. Ada harga ada kualitas ya Mom. 

Harganya sih menurut saya standar lah. Nggak terlalu mahal dan nggak terlalu murah. Untuk pembayarannya pun bisa dicicil dengan sistem pembayaran cicilan 0% tenor 6 atau 12 bulan dan fasilitas gratis biaya pengiriman barang ke seluruh Indonesia.

Jadi, Mom langsung cusss aja yaa ke website-nya.
Read More
Review Buku Kumpulan Puisi “Kepak Cahaya”
Penulis : Rafif Amir
Penerbit : Penerbit Satoe

Suatu ketika, dalam lamunan singkat saya, akan tiba masa saya menghadap-Nya, saya selalu terbayang masa-masa sakaratul maut yang mungkin menyakitkan saat nyawa sampai di tenggorokan. Begitu saya membaca kumpulan puisi pada bab Tuhan, lamunan singkat saya itu tak seberapa dibandingkan lamunan-lamunan panjang penulis yang melahirkan kata-kata pengingat kematian. Syair-syair indah nan menyentakkan hati berhasil membuat bulu kuduk saya berdiri. Bukan masalah ke-horor-annya melainkan bayangan saya akan kematian itu. Berhasil pula mengingatkan saya kembali bahwa sejatinya kita, manusia, harus memperbanyak amal ibadah sebelum penyesalan datang ketika ketetapanNya akan kematian yang  tak bisa diinterupsi itu tiba.
Kumpulan Puisi Kepak Cahaya oleh Rafif Amir

Selain tentang pergolakan batin penulis tentang kematian, syair-syair indah dalam buku Kepak Cahaya ini juga memiliki untaian makna dan pesan yang begitu mendalam. Tak hanya tentang sakitnya sakaratul maut, kemenangan dalam peperangan, penyesalan, kedudukan manusia di dunia, tapi juga pesan tersirat dalam menghadapi cobaan-cobaan duniawi. Bahkan perjalanan dalam menjalani puasa Ramadhan, penulis mampu merangkainya menjadi puisi yang indah. Sungguh, saya menggeleng dan berdecak kagum. Saya iri dan tak mampu menulis syair seperti itu.

Bagian kedua dari kumpulan puisi ini adalah tentang Cinta. Tak hanya cinta kepada kekasih, tetapi juga kepada orang tua dan keluarga. Bab cinta ini cukup mengaduk-ngaduk perasaan saya ketika pertemuan dua insan yang membahagiakan namun juga menyedihkan ketika cinta harus berpisah. Terutama ayah dan ibu. Kerinduan seorang anak kepada ayahnya yang pergi jauh begitu memuncak dituliskan dalam syair dalam kumpulan puisi ini.  #mewek. Penyajian puisi yang berbeda sudut pandang ini membuat saya tahu bahwa harapan orang tua pada anaknya begitu besar. Saya sedih karenanya.

Uniknya, sebuah judul puisi yang menceritakan pernikahan dua insan di keluarga kerajaan Inggris Raya, William and Kate, dengan sudut pandang yang berbeda juga hadir dalam kumpulan puisi ini.

Beberapa protes tentang carut-marutnya negeri ini juga hadir dalam bab Untuk Negara dan Bangsa. Judul pertama dalam bab ini adalah Anak-Anak Bangsa yang menurut saya cukup menarik. Saya pun menyetujuinya pada ide kritik terhadap aturan yang berlaku di dalam masyarakat.

mereka dipenjara matematika
mereka dibelenggu orang tua mereka sendiri
dengan kata-kata sakti,
"Nak, sekolah yang rajin terus kuliah terus kerja dan menikah. Kelak, kau pasti akan bahagia"
(Hal. 110)

Tak hanya itu, penulis juga menuliskan protes terhadap kehidupan bangsa dan negara ini ke dalam kalimat-kalimat yang terkadang jelas maknanya. Namun, beberapa bagian kalimat-kalimat pada judul yang lain, begitu juga dengan bab lain, memang perlu dibaca berulang kali untuk memahaminya. Banyak kata yang saya sendiri masih asing. Tentu itu membuat saya harus membuka KBBI dan akhirnya menambah kosakata baru saya.

Bab terakhir dari buku kumpulan puisi Kepak Cahaya ini adalah Untuk Keluarga dan Sahabat. Sebagian besar judul-judul puisi dalam bab ini adalah nama-nama orang dan sepertinys mengisahkan pengalaman tentang orang itu bersama penulis. Beberapa kisah yang dituangkan dalam puisi tak selalu menyenangkan tapi juga menyedihkan.

Penulis sudah menulis sebanyak 109 judul puisi yang ditulis sejak tahun 2010 (semoga nggak kelewatan) dengan total halaman 181. Dan tahun 2019 ini baru dicetak oleh Penerbit Satoe yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman No. 30, Sidoarjo. Jika kalian berminat beli bukunya, bisa kontak penulis Rafif Amir di IG beliau @rafif_amir atau ke website beliau disini.

Sekian review buku kumpulan puisi dari saya. Semoga memberi pandangan bagi yang ingin membeli bukunya.
Read More

Follower