Tampilkan postingan dengan label Semarang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Semarang. Tampilkan semua postingan

Minggu pagi, saya dan keluarga bergegas-gegas check out dari Hotel Kesambi Hijau. Rasanya badan saya sudah lebih segar karena beristirahat semalam di hotel bintang dua yang cukup nyaman di Semarang itu. Memang sudah saya jadwalkan untuk minggu pagi ini kami berangkat dari hotel paling lambat jam setengah tujuh pagi. Tujuan wisata keluarga kali ini adalah ke Museum Kereta Ambarawa.

Sebenarnya sekitar tahun 2011 atau 2012, waktu saya kuliah di Semarang, saya sudah pernah mengunjungi museum ini. Sayangnya dulu terlalu siang jadi saya tidak sempat naik kereta yang ada di Museum Kereta Ambarawa.
Memang apa menariknya?

Apalagi kalau sudah mendengar kata museum, pasti sangat membosankan karena isinya begitu-begitu saja. Tak ada yang menarik. Tapi Museum Kereta Ambarawa ini punya daya tarik yang membuat banyak sekali pengunjung yang pergi ke sana.

Jadi, setelah saya menelusuri tentang wisata semarang di google, kok ada yang bercerita tentang wisata museum di kota Ambarawa itu. Saya pun tertarik apalagi anak saya suka sekali dengan kereta. Saya juga sempat bertanya-tanya dengan teman saya yang tinggal di Semarang tentang wisata ke Museum Kereta Ambarawa. Teman saya malah menyarankan untuk datang gasik (pagi-pagi) agar tidak kehabisan tiket kereta. Ketika saya tanya, gasiknya jam berapa? Katanya sekitar jam setengah delapan.

Oh, okelah. Makanya saya dan keluarga check out dari hotel Kesambi Hijau jam setengah tujuh paling lambat karena perjalanan ke Ambarawa anggap saja paling lama satu jam. Belum nyasar-nyasarnya.

Lokasi

Dua tahun tinggal di Semarang ternyata nggak menjamin kalau saya bisa hapal jalanan kota Semarang dan sekitarnya. Alhasil, saat perjalanan menuju Museum Kereta Ambarawa saya mengaktifkan Google Map sepanjang jalan. Itu adalah kesalahan saya. Pada akhirnya baterai saya sudah tinggal separuh saat tiba di museumnya. Wkwkwk.

Museum Kereta Ambarawa ini berada di Jl. Stasiun No. 1, Panjang, Ambarawa, Panjang Kidul, Panjang, Ambarawa, Semarang.
Ketika saya perjalanan kesana, saya sempat nyasar untung belum jauh. Begitu sampai museum, saya sudah melihat ada dua mobil dan satu motor yang antri di depan gerbang masuk padahal belum jam delapan pagi. Gerbang masih ditutup dan belum ada tanda-tanda petugas di dalam museum.

Gerbang Museum Kereta Ambarawa


Di depan museum, pasar telah ramai didatangi pengunjung. Penjual bubur ayam dan roti goreng termasuk penjual yang ramai dikunjungi.

Lima belas menit kemudian, terlihat sudah ada petugas-petugas yang mulai datang. Pengunjung pun sudah mulai ramai memadati gerbang museum kereta. Pak satpam sudah terlihat berdiri di depan gerbang.

Uniknya, menurut pegawai kantor, ketika gerbang dibuka, akan ada pengunjung yang berlari-lari menuju loket untuk mengambil antrian dan pengunjung yang naik kendaraan seperti di sirkuit.

Gerbang pun dibuka. Semua berebut ingin mendapatkan antrian di loket. Eh, ternyata loketnya masih belum dibuka. Saya pun mendapatkan antrian yang kelima.

Pintu Masuk Loket Museum

Tiket

Begitu sampai di depan petugas loket, saya menjawab, "dua dewasa, satu  anak-anak". Harga tiket masuk museum saja :
Anak (3-12 tahun) : Rp. 5.000,-
Pelajar (berseragam) : Rp. 5.000,-
Dewasa : Rp. 10.000,-
Wisman : Rp. 15.000,- (ehm. Semoga saya nggak salah lihat ya, hehe)

Begitu kami masuk dalam museum, kami segera ke loket kereta wisata untuk antri lagi. Ibu-ibu banyak yang harus lari-lari menuju loket agar tidak kehabisan. Ckckck. Padahal dua gerbong kereta wisata dijatah untuk 100an orang. Dan kita pagi itu belum sampai 100 orang, hehe.

Oiya untuk beli tiket kereta wisata harus menunjukkan karcis masuk museum. Dan untuk 1 orang pembeli karcis hanya boleh membelikan karcis kereta wisata maksimal 4 orang. Rombongan lebih dari 20 orang harus melakukan sewa/reservasi ke Unit Pengusahaan Aset Daop 4, PT. KAI Daop 4 Semarang. Harga tiket kereta wisata sebesar 50.000 rupiah per orang baik anak-anak (diatas 3 tahun) maupun dewasa.

Kereta wisata yang digunakan pengunjung adalah kereta wisata regular (diesel) dengan model vintage dan kereta uap. Untuk kereta wisata mesin diesel dilayani tiap hari sabtu, minggu, dan hari libur nasional.

Sedangkan kereta wisata yang saya naiki adalah kereta wisata regular (diesel). Sedangkan kereta uap hanya boleh disewa maksimal 20 orang per gerbong dengan harga sekitar (Rp 6.000.000,-). Memang kereta uap ini lebih mahal. Bayangkan saja, mau naik kereta, bahan bakarnya kayu yang dibakar sampai mesin panas karena keluar uapnya.


Jam Buka

Loket masuk museum sudah dibuka pukul 08.00 begitu juga untuk loket tiket kereta wisata. Pembelian tiket juga bisa untuk jam keberangkatan kapan pun. Waktu saya kesana, hari minggu, jam keberangkatan kereta wisata adalah jam 10.00, 11.00, 12.00, dan 14.00.


Rute kereta

Rute kereta wisata ini adalah Ambarawa – Tuntang atau Ambarawa – Bedono. Waktu saya beli tiket, rute kereta adalah Ambarawa – Tuntang. Sayangnya saya juga nggak menanyakan untuk rute Ambarawa – Bedono kapan saja.

Apa saja yang ada di Museum Kereta Api Ambarawa?

Poster Sejarah

Masuk museum kereta, kita akan disuguhkan poster-poster tentang sejarah museum kereta Ambarawa. Dulu, museum ini bernama Stasiun Willem I tahun 1787 sebagai wujud penghormatan terhadap Kerajaan Belanda. Stasiun Willem I dulunya melayani Yogyakarta sampai Semarang melewati Ambarawa. Jalur ini cukup penting untuk membawa pasukan-pasukan Belanda.

Di Museum Kereta Ambarawa juga dipajang poster yang panjang untuk menjelaskan sejarah perkeretaapian secara singkat.

NISM adalah perusahaan kereta api pertama di Indonesia. Sejarah transportasi massal berawal dari Desa Kemijen, Semarang tahun 1864 dimana pembangunan rel kereta api dimulai. Hingga terowongan Wilhemina yang terkenal panjang tapi sudah tidak pernah digunakan lagi.

Lokomotif Jaman Dulu

Jaman dulu memang kereta api masih menggunakan mesin uap. Bayangkan saja jika ingin menggunakan kereta api harus dipanaskan dulu dengan cara dibakar kayunya untuk mendapatkan uap panas agar bisa jalan.  Betapa merepotkan, ya.

Di museum ini terdapat sekitar 20an lokomotif uap yang sudah dimuseumkan. Jenisnya pun macam-macam. Tapi saya nggak hapal, hehe. Tak lupa, saya dan keluarga berfoto-foto di depan lokomotif.


Suasana Stasiun Jaman Dulu

Karena museum ini dahulunya ada stasiun sehingga suasana yang ditawarkan juga jadul. Desain arsitektur museum jaman kolonial menambah suasana jaman dulu. Disini kita bisa berfoto-foto.

  



Barang Peninggalan Stasiun

Barang-barang peninggalan stasiun kereta api jaman dulu dipamerkan di museum ini (yang sempat terekam oleh kamera) seperti loket kereta, mesin cetak tiket, timbangan barang, mesin hitung, lampu handsign, lemari tiket, semboyan, topi dinas, telegraf, peneng asongan, telepon ladang.





Saya terbayang bagaimana penumpang dulu naik kereta. Setiap akan naik kereta, mereka siap menyerahkan tiket. Dari tiket itu, petugas kereta akan memeriksa karcis menggunakan mesin cetak tiket. Mesinnya pun besar.

Yang unik menurut saya adalah lampu handsign yang digunakan untuk memberi tanda bagi masinis di malam hari. Ada lagi peneng asongan yang bertugas untuk meminta pedagang asongan agar memberitahu kalau mereka harus turun dari kereta karena akan berangkat.

"I Ambarawa"

Satu lagi ikon museum kereta Ambarawa yang nggak boleh dilewatkan adalah berfoto di depan tulisan I Ambarawa. Memang enak pagi pas lagi sepi dan ketika matahari belum panas. Kita bisa berfoto tanpa harus berebut dengan pengunjung.


Toilet, Musholla, Arena Bermain

Museum juga menyediakan toilet dan musholla yang nyaman bagi pengunjung. Selain itu, ada arena bermain bagi anak-anak sambil menunggu kereta wisata berangkat.

Piknik Dalam Museum

Bisa banget loh piknik dalam Museum Kereta. Waktu saya kesana saya lihat ada pengunjung bawa tikar juga satu kotak yang saya duga berisi makanan. Benar saja, pas saya masuk ke dalam museum sudah ada pengunjung yang gelar tikar di bawah pohon yang teduh ditambah angin sepoi-sepoi. Soalnya di dalam museum ini nggak ada yang jual makanan, adanya di luar museum dan di samping pagar. Pengunjung biasa beli dari dalam. Mungkin beberapa pengunjung yang tahu tentang hal itu akhirnya membawa makanan dan tikar sendiri untuk dimakan saat siang.

Kereta wisata

Akhirnya tibalah waktunya bagi para pengunjung untuk menikmati pegunungan dengan menaiki kereta wisata atau mountain railway tour. Begitu petugas meminta para pengunjung untuk tidak terlalu dekat dengan jalur kereta, tak lama kereta wisata itu pun tiba. Lokomotif yang berwarna kuning dan menambah kesan vintage sudah terlihat dari kejauhan.

Gerbongnya yang berwarna hijau tua juga pun tak kalah vintage dan sangat mendukung warna lokomotifnya. Pagar kereta di desain seperti kereta jaman dulu.



Pengunjung sepertinya tak sabar untuk segera menaiki kereta tersebut. Begitu kereta berhenti, mereka terburu-buru untuk segera naik kereta. Saya dan suami pun menyusul mereka naik gerbong itu. Saya dan keluarga dapat tempat duduk dekat pintu masuk. Pengunjung lain pun segera menaiki gerbong kereta, sementara lokomotifnya berbalik arah di tempat berputar (aduh namanya apa ya?). Lokomotif kereta jaman dulu belum bisa mundur, jadi harus diputar di tempat khusus. Lokomotif datang dan menyambungkan kembali sambungan ke gerbong penumpang. Kereta pun jalan.

Tujuan perjalanan wisata kereta ini yaitu stasiun Tuntang. Pemandangan sepanjang perjalanan tak hanya memperlihatkan kehidupan pedesaan Ambarawa tapi juga pegunungan, sawah, dan Rawa Pening. Kami melihat aktivitas para petani, penambak, sampai penduduk yang menaiki perahu kecil untuk memancing ikan.



Sekitar setengah jam akhirnya kami tiba di Stasiun Tuntang. Di sana, kereta wisata beristirahat selama 15 menit. Saya dan suami turun dari kereta untuk sekedar melihat-lihat rupa stasiun sementara lokomotif harus berganti posisi lagi untuk kembali ke Ambarawa.

Sambungan antara lokomotif dan gerbong sudah terpasang, para penumpang langsung menaiki kereta kembali. Perjalanan kembali pulang ke Ambarawa.

Selama satu jam akhirnya kami kembali ke Museum Kereta Ambarawa. Dengan waktu selama itu, saya sendiri merasa puas dengan harga tiket pulang pergi seharga Rp. 50.000,-.

Begitu sampai stasiun Ambarawa, banyak pengunjung untuk kloter selanjutnya yang menanti kedatangan kereta kami. Saat kami turun pun, mereka terburu-buru untuk segera naik alhasil kami sempat tidak bisa turun. Petugas pun menghimbau untuk menunggu penumpang turun dulu.
Pengunjung Museum Kereta Ambarawa di hari minggu jam 11.00 siang saja sudah banyak sekali orang. Untung saja saya dan suami sudah sejak tadi pagi tiba di stasiun. Selain udara tidak panas, pengunjung pun belum begitu banyak, jadi saya puas berfoto-foto. Akhirnya kami pun pulang dengan rasa puas karena sudah keturutan, hehe.

Kalau lagi berwisata ke Semarang, Museum Kereta Api Ambarawa ini adalah salah satu destinasi wisata sejarah yang patut dicoba.
Read More
Setelah berjalan-jalan di Masjid Agung Jawa Tengah, kami pun langsung ke Hotel Kesambi Hijau untuk check in. Dengan bantuan google map, akhirnya kami sampai juga di  Hotel Kesambi Hijau. Menurut web ini,  Hotel Kesambi Hijau dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan dikelola oleh Perusahaan Daerah Cinta Mandiri Jateng (PD TMJT).

Lokasi Hotel Kesambi Hijau

Hotel Kesambi Hijauini berada di Jalan Kesambi, Gajahmungkur. Kalau dari Jalan Pemuda lurus saja sampai ada perempatan merah. Jalannya naik ke atas. Setelah Siranda reservoir dan favehotel Diponegoro, ada Jalan Siranda di sebelah kanan. Kelihatan kok dari jalan ada hotel berwarna hijau seperti nama hotelnya.  Kami masuk aja ke jalan itu. Kebetulan ada plang yang bisa terbaca jelas.

Sampai di halaman hotel yang sangat sepi dari mobil, kami pun memilih parkir yang dinaungi oleh pohon-pohon yang dekat ATM Bank Jateng.
Oiya alamat  Hotel Kesambi Hijau yaitu Jl. Kesambi No.7, Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang.

Check in

Apa yang menjadi kekhawatiranku saat pesan hotel online adalah kamar hotel yang tiba-tiba kehabisan. Saya pernah mendengar keluhan ini terjadi. Jangan sampai deh. Alhamdulillah, itu nggak terjadi pada saya.

Hotel Kesambi Hijau Semarang

Saya pun segera masuk ke bangunan yang berwarna hijau itu. Begitu saya masuk lobi hotel yang nyess alias sejuk, ada sofa berbentuk melingkar di tengah lobi seolah menyambut kami dengan kesegarannya.
Lobi Hotel Kesambi Hijau Semarang


Saya pun langsung menuju ke resepsionis hotel. Dua orang petugas sedang berada di meja resepsionis. Seorang petugas wanita menyambut saya kemudian saya  tunjukkan kode pemesanan yang dikirim via email oleh traveloka. Petugas yang ramah dan cantik itu meminta KTP saya sebagai jaminan. Tak lama, sekitar 3 menit, saya pun dapat kunci kamar hotel. Alhamdulillah.

Seorang petugas hotel laki-laki dengan ramahnya menawarkan diri untuk membawakan barang bawaan kami yang cukup banyak printilannya. Sebagai orang Jawa, saya merasa merepotkan karena sudah membawakan tas kami. Pertama saya menolaknya dengan halus. Tapi petugas hotel bersikeukeuh meminta dibawakan. Yaudah deh nggak apa-apa.

Melewati Garden Resto

Begitu keluar dari lobi hotel, kami berada di taman hotel. Saya melihat ada panggung kecil. Sepertinya akan ada acara live music atau mungkin sudah selesai? Taman itu sebenarnya bisa berfungsi tak hanya untuk live music tapi juga buat garden resto karena banyak gazebo-gazebo taman berbentuk payung di setiap pojok taman. Di depan garden resto ada bangunan sebagai tempat para tamu hotel untuk sarapan. Yap, itu resto hotel yang di dalam ruangan.

Garden Resto yang disulap menjadi panggung

Superior room is Super!

Kami memasuki lift dan menuju ke lantai satu. Petugas hotel menunjukkan kamar kami yang ada di ujung bangunan. Begitu kartu kamar hotel di scan di pintu, kamar pun terbuka. Pak petugas langsung memasukkan kartu hotel ke dalam slot kartu di dalam kamar. Seluruh jaringan listrik dalam kamar pun menyala.

Saya langsung merebahkan si kecil di tempat tidur. Dia langsung ketawa-ketiwi pertanda hatinya yang lega akhirnya bisa tidur di tempat tidur. Raceqy juga bahagia dan minta dinyalakan televisi untuk nonton kartun.
Saya teringat makanan si bayi yang saya buat dari Sragen. Bubur bayi yang saya bekukan. Sampai Semarang mulai melembek, nggak mencair, tapi masih dingin. Soalnya waktu perjalanan saya taruh di laci mobil jadi suhunya tetap dingin. Saya pun memasukkannya ke dalam kulkas walaupun saat itu kulkasnya belum dingin.

Fasilitas Kamar Superior (hape baterai habis jadi pake kamera hape jadul)


Dengan harga yang cukup murah, saya merasa cukup puas dengan fasilitas yang diberikan, seperti:

  • Kamar yang bersih. Sepertinya kebersihan ini harus menjadi prioritas utama agar tamu menjadi betah.
  • Tempat tidur nyaman. Setelah lelah perjalanan seharian, tempat tidur hotel menjadi tempat melepas lelah.
  • Fasilitas coffee dan tea. 
  • Fasilitas peralatan mandi. Saya lupa membawa peralatan mandi. Saya sempat kepikiran kalau saya harus keluar lagi dari hotelmhanya untuk membeli peralatan mandi. Alhamdulillah, ternyata disediakan. Iya lah, sekelas hotel Kesambi Hijau yang merupakan kelas bintang dua.
  • Standing shower, wastafel, kloset duduk.  
  • AC yang cukup dingin walaupun sedikit berisik. Biasanya ac hotel itu dingin tapi menurut saya tidak terlalu dingin.
  • Sandal hotel dan laundry bag.
  • Wifi. Sayangnya jaringan wifi di kamar saya terlalu lemah jadi saya nggak bisa berselancar menggunakan jaringan wifi. Menurut saya sih justru biar saya istirahat. Lagian hape saya juga lowbat dan lagi di charge. Hanya saja kalau misal ada acara di hotel seperti meeting atau live music maka kestabilan sinyal wifi ini perlu diperhatikan.
  • Fasilitas air panas di kamar mandi. Saya kira di wastafel ada air panasnya ternyata nggak ada. Fasilitas air panas hanya ada di shower.

Setelah memandikan anak, kami pergi lagi ke tempat acara. Malamnya sekitar pukul sembilan kami kembali lagi dari hotel. Karena hotel ini berada di jalan masuk dan di depan hotel nggak ada toko atau minimarket, jadi sebelum masuk hotel, lebih baik beli air minum botolan dari luar atau makanan ringan untuk dimakan di hotel jika dibutuhkan.

Begitu sampai hotel malamnya, kami terkejut karena parkir mobil tiba-tiba menjadi penuh sekali. Suami bertanya kepada Pak satpam. Untungnya Pak Satpam dengan baik hati mau mengarahkan kami memarkir mobil di antara mobil-mobil lainnya.

Kami pun beristirahat sampai esoknya pagi-pagi sekitar jam enam pagi kami check out untuk melanjutkan berwisata ke Museum Kereta Api Ambarawa.

Oiyaa, saya memang nggak memilih sarapan di hotel. Soalnya mau kuliner pagi di Semarang.

Restauran di Hotel Kesambi Hijau yang mengarah ke Semarang Bawah


Kalau diberi skor, saya bisa memberi skor pada Hotel Kesambi Hijau:

  • Kenyamanan nilai 8
  • Kebersihan nilai 8
  • Ketersediaan fasilitas (termasuk wifi, AC) nilai 7
  • Keramahan petugas nilai 9
  • Keamanan 9

Jadi jangan ragu lagi kalau mau menginap di  Hotel Kesambi Hijau. Selamat berlibur!
Read More
Ketika tiba di Semarang, suami langsung bertemu temannya yang sudah membuat janji. Setelah selesai, masih ada waktu untuk jalan-jalan sebelum melanjutkan acara di sore hari. Tapi kami tak punya tujuan untuk dikunjungi karena panasnya matahari siang membuat kami enggan untuk jalan-jalan. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Masjid Agung Jawa Tengah yang tak jauh dari tempat teman suami.

Walaupun saya pernah tinggal di Semarang hampir dua tahun tapi saya belum pernah mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, tempat wisata religi yang cukup terkenal bagi penduduk luar kota Semarang.

Sekilas Tentang Masjid Agung Jawa Tengah

Berbekal Google Map, kami pun menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah yang berada di Jl. Gajah Raya, Sambirejo, Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Dalam perjalanan menuju ke Masjid, kami melihat banyak sekali bus-bus yang lewat dari lajur yang berlawanan. Saya menduga mereka telah selesai berwisata ke Masjid.
Masjid Agung Jawa Tengah Di Kota Semarang

Begitu saya memasuki gerbang, saya melihat dari kejauhan kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah yang memiliki perpaduan arsitektur Arab, Jawa dan Romawi. Masjid ini dibangun tahun 2001 kemudian diresmikan oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 14 November 2006. Luas kawasan Masjid Agung Jawa Tengah seluas sekitar 10 hektar.

Adzan dzuhur berkumandang. Kami pun mencari tempat berteduh dan suami memarkirkan mobilnya di bawah teduhnya pepohonan parkiran. Dari area parkiran saja, saya bisa melihat area Masjid Agung Jawa tengah di bawah terik matahari yang membuat kulit panas. Beberapa pengunjung tak peduli panasnya terik matahari, mereka tetap berfoto di teras depan masjid yang luas.




Saat tiba di parkiran Masjid, saya melihat ada tenda yang terpasang di gedung sebelah masjid.  Saya melihat sudah banyak sekali mobil yang parkir. Banyak juga pengunjung yang pakai kemeja batik untuk laki-laki. Begitu saya jalan menuju ke gedungnya, ternyata ada acara resepsi pernikahan. Gedung di samping masjid Agung Jawa Tengah ini juga bisa disewakan untuk acara-acara seperti pernikahan. Ketika pintu terbuka, AC gedungnya kerasa dingin banget.

Saya, suami dan anak segera mencari tempat wudhu. Tempat wudhu wanita ada di bagian bawah. Ketika masuk ruangannya rasanya sejuk banget. Banyak orang duduk-duduk di sana. Saya juga merasa seperti di era tahun 90-an karena lantai keramiknya jadul. Kamar mandinya juga bersih.

Lupa Bawa Mukenah!

Saya naik dua lantai untuk sholat. Sudah banyak orang yang melaksanakan sholat dzuhur. Saya mencari-cari lemari yang menaruh mukena. Sayangnya hanya ada dua lemari kecil di tempat wanita. Isinya juga nggak ada mukenah-nya.

Saya lihat orang-orang yang sholat dan mencoba menerka-nerka mana yang memakai mukenah masjid. Maksud hati ingin mendatangi. Sayangnya, saya juga nggak bisa membedakan mana mukenah yang punya masjid mana yang punya pribadi.

Saya melihat pengunjung pada duduk-duduj dekat lemari mukenah. Terus seseorang baru datang dan tiba-tiba mengambil mukenah yang mau dikembalikan orang. Yah, keduluan deh.

Ini bener-bener kesalahan, saya tidak membawa mukenah. Kalau di masjid Istiqlal setiap orang bisa menyewa mukenah pada seorang ibu.

Saya pun stand by berdiri melihat orang-orang yang akan mengembalikan mukenah. Akhirnya ada satu yang akan mengembalikan mukenah ke lemari. Saya pun langsung mencegatnya dan meminjamnya. Wkwkwk. Akhirnya dapat deh!

Setelah selesai sholat, kamera saya bersiap untuk mengambil gambar-gambar masjid. Beberapa rombongan berseragam juga asyik mengambil foto di dalam masjid. Saya mencoba ke depan masjid memakai kaos kaki untuk mengambil foto. Dannn... panassss bangetttt kaki saayaaa... Langsung saya berlari-lari kembali ke masjid karena panas.

Menanti-Nanti Payung Masjid Dibuka Sambil Piknik Kecil

Saya menunggu-nunggu payung Masjid Agung Jawa Tengah dibuka seperti di Masjid Nabawi. Tak ada takmir masjid yang bisa ditanya-tanya kapan akan dibuka. Saya cari di internet harusnya jam 1 siang sudah dibuka sampai jam 2 siang.
Payung Masjid Agung Jawa Tengah Masih Tertutup

Karena tak kunjung dibuka, akhirnya saya mengajak suami balik ke mobil dan memakan bekal kami seperti orang lagi piknik dengan membuka bagasi belakang mobil. Lumayan untuk mengganjal perut kami.

Setengah jam kemudian, begitu selesai makan, anak saya minta pipis ke kamar mandi. Saya pun mengantarnya ke kamar mandi masjid. Eehhh, ternyataaaa payung masjidnya sudah dibukaa! Huwaah, sedih saya nggak bisa menyaksikan payungnya dibuka. Huks. Nggak kelihatan dari parkiran.
Yaudah, deh. Semoga bisa melihat langsung di masjid Nabawi, AMMIIINNNNN yang kenceng!!!!

Penjual Oleh-oleh

Karena sudah jam setengah dua, kami pun memutuskan segera check in ke hotel. Menuju keluar kompleks masjid kami sempat berhenti dulu untuk mengambil beberapa foto. Di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ini juga disediakan toko-toko penjual oleh-oleh baik di samping gedung (convention hall) maupun di depan masjid. Saya hanya foto toko oleh-oleh saja ya, hihi.

Souvenir Shop Masjid Agung Jawa Tengah

Menara Asmaul Husna

Di depan masjid, ada menara yang tingginya 99 meter dan bernama Asmaul Husna. Sama seperti nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 nama. Infonya di dalam menara ada restoran, museum, dan gardu pandang yang dilengkapi teleskop untuk melihat pemandangan Kota Semarang.

Menara Asmaul Husna


Sayangnya, saya nggak masuk dan nggak kepikiran naik ke dalam karena keburu-buru mau ke tempat acara. Katanya sih tiket masuk menara Asmaul Husna ini sekitar 3.000-5.000 rupiah. Jam buka Menara Asmaul Husna dari jam 08.00-21.00. Saat malam hari kayaknya lebih seru karena lampu-lampu Kota Semarang jadi terlihat.

Poliklinik

Eh, poliklinik? Beneran saya juga baru tahu di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ada poliklinik (poli umum dan poli gigi). Jam bukanya hari Senin-Jumat.

Bagi kalian yang sedang travelling ke Semarang, sepertinya sesekali boleh lah sholat di Masjid Agung Jawa Tengah dan mencoba menaiki menara Asmaul Husna. Lebih bagus lagi kalau pas malam hari. Dan jangan lupa bawa mukenah sendiri yah!

Read More
Previous PostPostingan Lama Beranda

Follower