Siang itu, kegaduhan terjadi saat anak-anak saya mendatangi salah satu stand pameran kerajinan kayu di kampus swasta di Surabaya. Mereka saling berebutan. 

Mata mereka berbinar seolah baru saja menemukan harta karun yang mereka cari selama ini. Pandangan mereka menyelusuri satu persatu keunikan setiap mainan di stand itu hingga mereka bisa menentukan mainan mana yang akan dibawa pulang.

Mainan kayu dari limbah kayu di Artdias Gallery (dokpri)


“Wah, aku suka,” ujarr anak kedua saya yang belum memilih salah satu mainan.

“Yang mana. Yang mana. Ini ada truk. Ada mobil.” Dengan senyum dan keramahannya, pemilik stand, Achmad Adias Wijaya, menanyakan mainan yang mana. 

Ia juga mempersilakan anak-anak menjelajahi ruang pameran kecilnya yang penuh mainan. Ada kebahagiaan tersendiri bagi beliau saat melihat anak-anak itu begitu excited melihat hasil karyanya.

“Ibu, aku mau ini!” ujar anak kedua saya dengan penuh harap sambil menatap ibunya agar diizinkan membawa pulang sebuah tempat pensil berbentuk truk trailer. Saya meminta mereka izin pada ayahnya

“Aku yang ini!” Si paling kecil tak mau kalah sambil menunjuk mainan kayu bentuk yang sama.

Sementara anak pertama saya mencermati satu per satu mainan yang dipajang. Ia ambil satu diorama rumah-rumahan. Ia perhatikan secara detail bentuk kayu itu yang dicat dan dibuat hiasan dinding di rumah.

Diorama rumah di pinggir pantai Artdias Gallery (dok.pri)


Kak Dias menjelaskan pada kami, “Ini kayunya dari sisa-sisa kayu yang nggak dipakai.”

Beliau menunjukkan kerajinan yang berasal dari limbah kayu pinus, bekas palet dan lain-lain. Jam dinding dari velg dan kayu bekas juga terlihat dipajang di stand pameran tersebut. Diorama rumah-rumahan dari kayu bekas menjadi fokus anak saya.

“Wah, kok bisa ya jadi begini,” ujar anak saya yang masih berusia 10 tahun itu terpesona.

Dari situlah, anak saya mengenal bahwa sisa kayu bisa dicat dan dijadikan hiasan dinding, mainan atau pun fungsi yang lain. Anak saya pun belajar bahwa sampah atau limbah tak melulu harus dibuang begitu saja. Justru jika diolah bisa menjadi barang yang bermanfaat. Dari aktivitas bermain itu, anak-anak paham dan bisa mendapat pengalaman seru dengan mengenal kerajinan kayu dari limbah kayu.

Meskipun begitu, perjalanan Kak Dias menjalankan bisnis yang produknya sangat diminati anak-anak itu dan tak terjadi dalam waktu sekejap. Semua perlu proses hingga menjadikan bisnis yang lebih peduli pada lingkungan.

Kritikan yang Menggerakkan

Beberapa tahun silam, sebelum berkutat dengan kerajinan kayu, pekerjaan utamanya di perbankan sempat membuatnya dilema. Namun, ia belum punya keberanian untuk mengajukan pengunduran diri.

Hingga akhirnya, di tahun 2015, ia mencoba berwirausaha di bidang kerajinan kayu. Di tahun itu, beliau masih mengambil produk kerajinan kayu dari keluarganya di Bojonegoro untuk dijual kembali di Pasuruan.

Produk awal kerajinan Artdias Gallery (IG @artdias_gallery)


Hari minggu pagi adalah hari yang ditunggu-tunggu. Beliau menjual produk kerajinan kayu saat Car Free Day di Kota Pasuruan. Penjualannya tak disangka-sangka. Keuntungannya lumayan bagus.

Dari pameran ke pameran, ia mulai memperkenalkan branding diri “Artdias Gallery” yang merupakan perpaduan seni dan namanya sendiri.

Di tahun 2015, beliau mengunjungi Disperindag dan minta diajak saat ada pameran di Pasuruan. Bahkan beliau mendapat kesempatan untuk mengikuti pameran bahkan dapat satu stand sendiri, sementara paguyuban UMKM khusus furnitur atau kerajinan diberikan satu stand untuk beberapa UMKM. Jelas, itu menimbulkan kecemburuan antar UMKM. Mereka mengkritik produk Artdias Gallery sebab bukan produk asli Pasuruan.

Dari kritikan itu, lahirlah tekad yang menggerakkan hingga akhirnya ia menciptakan produknya sendiri di tahun 2018 setelah memberanikan diri untuk resign. Di sinilah kreativitas beliau mulai terasah. Kreativitasnya terlihat saat beliau menciptakan produk-produk pertamanya, seperti home decor, seperti jam dinding, rak dinding sekaligus tempat gantungan kunci, tempat lampu, rak gantung, lampu meja, dan lain-lain.

Produk Home Decor Buatan Sendiri (IG @artdias_gallery)


Keunikan dari produk tersebut yang menjadi nilai jual Artdias Gallery. Sayangnya, pandemi Covid-19 menyebabkan penjualannya semakin menurun. Kegagalan itu tak membuatnya terus berhenti mengembangkan usahanya dari limbah kayu.

Bagi pria lulusan Jurusan Pertanian Universitas Brawijaya ini memanfaatkan barang bekas itu tak hanya ide saja yang diperlukan tetapi juga kerja keras. Keinginan Kak Dias untuk terus berkembang cukup besar. Ia mencoba bergabung dengan grup komunitas dengan hobi kayu di Malang. Ia mengembangkan kemampuannya dengan mengikuti kursus dari anggota grup komunitas tersebut di Malang.

Hingga suatu ketika...

Keramaian anak-anak kecil terdengar. Bukan bermain nekeran, gobak sodor, atau lompat karet, tetapi mereka tengah asyik scroll layar ponsel. Saat libur sekolah, pulang sekolah, atau saat senggang pun tangan generasi muda itu tak lepas dari aktivitas pada layar. Sangat disayangkan jika masa pertumbuhan fisik, kognitif, emosional dan sosial itu dibatasi oleh layar ponsel.

Dari keresahan itu, Achmad Adias Wijaya memikirkan bagaimana generasi penerus bangsa itu tidak menjadi tergantung pada ponsel sebab masa depan bangsa sangat tergantung pada kondisi anak-anak saat ini. Ia tak ingin masa kecil anak-anak itu dihabiskan di depan layar ponsel.

Ia tak berpikir muluk-muluk. “Apa yang saya punya yang bisa saya manfaatkan semaksimal mungkin,” pikir beliau saat itu.

Berbekal telusur desain mainan anak di Youtube, ia mencoba membuat mainan sederhana dari kayu dengan peralatan yang ia miliki, seperti jigsaw, gerinda, amplas, bor tangan, dan bor listrik. Tangannya dengan hati-hati memotong sisa-sisa kerajinan kayu itu untuk dibentuk menjadi mainan mobil-mobilan kemudian dihaluskan agar lebih aman digunakan anak-anak saat bermain.

Kebahagiaan begitu terasa ketika melihat hasil kerajinan mainan anak dari kayu miliknya diminati banyak orang. Tentunya ada rasa senang karena kreativitasnya dihargai banyak orang dan memicu semangat untuk membuat mainan anak lainnya yang lebih edukatif.

Ide-ide segar terkadang tidak bisa datang sendiri tetapi harus dicari. Ia mulai mencari desain mainan kayu yang unik dan belum banyak dijual di Indonesia melalui Pinterest.

“Saya senang kreativitas dan mencari hal yang baru yang belum dilakukan,” ujarnya saat wawancara melalui voice note WhatsApp.

Limbah Kayu Tak Selalu Barang Tak Perlu

Pemanfaatan limbah kayu untuk kerajinan kayu dilakukan oleh Achmad Adias Wijaya sejak tahun 2018 saat mulai membuat produk sendiri. Beliau tak kehilangan akal untuk memanfaatkan bahan baku yang murah.

Di lingkungan sekitarnya, potongan-potongan kayu dari industri kerajinan kayu tergeletak begitu saja dan menunggu untuk dibuang, dibakar atau juga dijual kembali.

Bayangkan saja berapa banyak limbah kayu yang dihasilkan dari mebel kayu di Pasuruan jika tidak di-recycle? Belum lagi, jika limbah-limbah kayu itu dibakar, asapnya sangat mengganggu masyarakat sekitar.

Hal itulah yang menyadarkan Kak Dias untuk memanfaatkan limbah kayu untuk diolah kembali agar memiliki nilai jual. Beliau menggunakan limbah kayu jati, pinus, bekas palet, dan lain sebagainya yang memiliki ukuran dan bentuk yang masih bisa digunakan. Sedangkan detail dan aksesoris mainan anak lainnya yang berasal dari logam, beliau peroleh dari pasar loak.

Limbah kayu jati yang tidak dipakai (@artdias_gallery)

Pemilihan limbah kayu yang berbeda-beda ini juga memiliki alasan tersendiri. Misalnya, kayu pinus ini dipilih karena biasanya kayu pinus yang berasal dari pabrik luar negeri ini sudah diberi obat anti rayap dan diproses pengeringannya. Kak Dias tinggal memotong dan mendesain saja. Sedangkan untuk limbah kayu jati, meskipun bekas tapi memiliki serat yang menarik dan berkualitas.


Bahan baku kerajinan
Kayu pinus limbah palet (IG @artdias_gallery)


Tidak semua limbah kayu itu beliau peroleh secara cuma-cuma dari industri mebel. Beberapa jenis kayu harus beliau beli seperti kayu pinus limbah palet/jati. Biasanya beliau menyewa pick-up untuk membawa limbah kayu.

Kayu jati yang diangkut dengan TOSA (@artdias_gallery)


Di sinilah tantangan Kak Dias. Ia harus mengolah limbah kayu dari berbagai macam bentuk dan ukuran itu menjadi kerajinan kayu yang keren dan unik. Limbah kayu pinus juga dipilih karena mudah dibentuk dan memiliki warna yang cerah yang akan membuat kerajinan menjadi lebih estetis.

Usaha Kak Dias dalam pemanfaatan limbah kayu sebagai usaha untuk mengurangi sampah industri mebel, mengurangi aktivitas penebangan pohon dan tentunya mendukung gaya hidup hijau.

Dari komitmen Artdias Gallery ini dalam menggunakan limbah kayu sebagai bahan baku pembuatan mainan anak, ia pun berhasil mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards Tahun 2024 dari Astra di bidang Kewirausahaan.

Mencari Tenaga ‘Ngeplong’

Di ruangan khusus di sebelah rumahnya, suara mesin potongan kayu terdengar. Mulai tahun 2018, ia mulai melengkapi peralatan untuk pemotongan kayu seperti table saw, bandsaw, jigsaw dan mittersaw, untuk memudahkan dan mempercepat pekerjaannya.

Alat yang digunakan saat proses pembuatan (@artdias_gallery)


Dalam prosesnya, Kak Dias memang sebagian besar mengolah sendiri, mulai dari mencari bahan baku, desain produk, pemotongan, penghalusan, finishing, dan penjualannya.

Sebenarnya, Artdias Gallery bisa memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat lainnya di sekitar. Sayangnya tidak banyak pengrajin mebel di Pasuruan yang mau dan terbiasa membuat kerajinan mainan kayu yang berukuran kecil dan perlu ketelitian. Namun, Kak Dias berusaha untuk mengajak pekerja mebel di sekitarnya yang bisa ikut berkontribusi bagi pembuatan mainan anak yang ramah lingkungan.

Ia pun mendekati salah seorang pekerja mebel yang kira-kira bisa menjadi bagian dalam proses pembuatan kerajinan mainan anak.

“Ayo, Mas. Ini lebih mudah daripada sampeyan (kamu) membuat ukiran-ukiran. Biayanya berapa, saya bayar,” bujuk Kak Dias pada salah satu pekerja mebel. Tentu, bujukan itu pun disetujui dan dihargai Rp. 1000,- per pcs.

Beliau akhirnya memiliki tenaga yang bersedia membantunya bagian ‘ngeplong’ yang melubangi kayu atau membentuk kayu menjadi kerajinan tangan (handmade) dengan jigsaw. Adanya tenaga kerja tersebut sangat membantu Kak Dias dalam produksi mainan anak dalam jumlah besar.

Mainan Edukatif dari Limbah Kayu

Stand pameran siang itu semakin ramai oleh pengunjung yang datang. Mereka mencoba permainan edukatif dari kayu milik Artdias Gallery. Satu permainan yang menarik minat anak pertama saya adalah permainan kayu yang ditarik pakai tali. Tangan kanan dan kiri memegang tali. Di papannya banyak lubang-lubang. Pemain harus mengikuti jalur dan harus menjalankan kotak berisi kelereng sesuai jalurnya. Jika kelereng masuk ke dalam lubang maka permainan selesai.

Permainan edukatif di Artdias Gallery (@artdias_gallery)


Anak saya kesal karena hampir mendekati garis finish, ia gagal. Tentu saja, permainan ini mengasah kemampuan motorik halus anak, kesabaran dan ketenangan. Nilai-nilai itu yang harus ditanamkan pada anak-anak saat ini yang sering terpapar gadget dan lebih .

Anak saya yang paling kecil mencoba permainan puzzle kayu dan berusaha menyelesaikan puzzle tersebut dengan benar. Sesekali ia meminta bantuan Kak Dias untuk menyelesaikan puzzle. Pada akhirnya dia menyerah dan melihat-lihat mainan kayu lainnya.

Seorang anak bermain puzzle kayu dari Artdias Gallery (@artdias_gallery)


Tak hanya itu saja, masih banyak permainan edukatif lainnya yang dibuat oleh Artdias Gallery untuk melatih anak dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, melatih emosional anak, mengasah imajinasi dan kreativitas.

Di tangannya yang inovatif, Artdias Gallery mampu memproduksi mainan edukatif dari kayu sebanyak 200 pcs selama satu bulan yang siap digunakan untuk anak-anak agar teralihkan dari gadget tapi tetap peduli lingkungan.

Penawaran Produk yang Mengejutkan

Tantangan Kak Dias tidak hanya pada proses pembuatannya saja. Beliau harus melakukan pemasaran produk sendiri, dengan menawarkannya di sosial media dan mengikuti pameran-pameran. Beliau juga harus menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) yang tepat dan terukur agar keuntungan bisa diketahui.

Artdias Gallery saat mengikuti pameran di Pasuruan (@artdias_gallery)


Kak Dias pun sudah memiliki harga pada produk yang akan dipamerkan di beberapa pameran sekitar Rp. 5.000,- hingga Rp. 700.000,- tergantung jenis bahan, desain dan proses pembuatannya. Namun, ia mengalami pengalaman mengejutkan saat mengikuti mengikuti pameran di Surabaya. Pertama kalinya, beliau membawa diorama rumah-rumahan.

Seorang ibu-ibu pun mendatanginya. Setelah mengetahui harga dioramanya hanya Rp. 35.000,-, ia pun berkata dengan penuh keyakinan, “Boleh aku beli Rp. 65.000,-?”

Terang saja Kak Dias terkejut. Bagaimana bisa harga 35 ditawar 65?

Wanita itu bercerita bahwa dia sering belanja souvenir ke luar negeri. Apalagi di kota besar, produk yang dijual bisa dapat untung berkali-kali lipat. Akhirnya, wanita itu membeli diorama seharga Rp. 65.000,-.

Dari tawaran beliau tentu saja mengisyaratkan bahwa produk Indonesia tentu tidak kalah dengan luar negeri.

Selamatkan Masa Anak-Anak dan Masa Depan Mereka

Anak-anak memang suka bermain sebab begitulah fitrah anak-anak. Bermain menjadi kebutuhan alami mereka untuk belajar, tumbuh dan menyalurkan energinya. Menyentuh mainan kayu dan merasakan tekstur kayu yang halus merupakan bahan belajar mereka untuk mengenal bahan alam yang bisa dijadikan mainan yang menarik. Tentu saja, hal itu juga menjadi cara belajar anak-anak saat penentuan pengambilan keputusan. Mereka punya pilihan pertimbangan sendiri dan keputusan sendiri.

Meskipun tidak sepenuhnya bisa menghilangkan ketergantungan pada gadget, setidaknya waktu screen time anak-anak bisa berkurang. Anak-anak pun bisa lupa sejenak dengan gadget. Begitulah peran Achmad Adias Wijaya ini untuk anak-anak Indonesia agar teralihkan dari gadget melalui media mainan anak dari limbah kayu.

Anak-anak di lingkungan tempat tinggal sedang mengecat bersama (IG @artdias_gallery)


Jangan sampai masa anak-anak habis di depan gadget karena masa depan anak-anak ditentukan oleh kehidupan mereka di masa anak-anak.

Tak hanya peduli pada masa depan mereka melalui mainan edukatif, Kak Dias terus bergerak dalam pelestarian lingkungan dengan pemanfaatan limbah kayu pada proses pembuatan mainan anak dari kayu.

Berasal dari limbah kayu, produk-produk mainan kayu dari Artdias Gallery pun menjadi payu (dalam bahasa jawa: Laku) di pasaran.

Referensi :
Wawancara langsung 

Wawancara via WhatsApp

https://youtu.be/x8lYk12rCiE?si=5kjHYOdsABKHOlJU

https://portaljtv.com/news/artdias-gallery-umkm-asal-pasuruan-ciptakan-kerajinan-tangan-dari-limbah-kayu?biro=portal-jtv


Read More
Ketika melihat perut sehabis melahirkan ini tidak sekencang dulu, aku mulai berkomitmen untuk nge-gym di rumah. Tapi baru seminggu berjalan, aku merasa mulai lelah karena pekerjaan domestik rasanya tak pernah berhenti. Jujurly—antara urusan rumah, menulis, dan anak, waktu untuk nge-gym di rumah rasanya seperti barang mewah. Apalagi kalau sudah sibuk persiapan travelling keluarga, energi habis duluan sebelum sempat olahraga.

Mengencangkan perut

Di tengah rutinitas itu, keinginan punya tubuh ideal kadang hanya jadi wacana. Tapi tubuh kita nggak butuh cara instan. Yang dibutuhkan hanya solusi cerdas dan aman, yang bisa menyesuaikan dengan gaya hidup kita.

Ada nggak sih, yang bisa ngencangin perut tanpa harus nge-gym? :D

Eh, ada kabar baik. Sekarang ada cara cerdas untuk bantu membentuk tubuh ideal tanpa harus mengorbankan waktu. BC Skin by B Clinic memperkenalkan bahan yang bisa bantu mengencangkan, mengurangi lingkar tubuh dengan praktis, efektif, dan aman. Nama bahannya Actigym yang merupakan bahan aktif Nourishfirm di Indonesia, The first local lotion to nourish and firm made with Actigym Ingredient. Actigym adalah bahan aktif dari ekstrak plankton laut Bermuda yang meniru efek latihan fisik pada sel kulit dan lemak.

Bayangkan saat kamu mengoleskan lotion setelah mandi, sel-sel kulitmu mulai “berolahraga”. Actigym Nourishfirm menstimulasi pembentukan otot dan memperkuat jaringan kulit, membuat kontur tubuh tampak lebih kencang dan terbentuk alami.

Penasaran nggak kenapa Actigym bisa membantu mengurangi lingkar tubuh dan membentuk tubuh ideal? Ternyata cara kerja Actigym ini seperti alat gym itu. Actigym bisa membuat sel tubuh bereaksi seolah sedang melakukan latihan ketahanan. Mungkin metabolisme tubuh sedang tidak baik. Nah, Actigym ini membuat metabolisme tubuh pun menjadi lebih efisien dalam membakar lemak dan mendukung aktivitas otot.

Tak hanya itu, kita seperti sedang melakukan latihan fisik karena Actigym memberikan sensasi gym di kulit. Sel kulit dan jaringan lemak langsung bekerja sehingga kulit terasa lebih kencang. Semakin lama maka kontur tubuh lebih terbentuk. Tentunya, proses pembentukan tubuh ideal bisa dilakukan secara praktis setiap hari, tanpa harus mengganggu rutinitas harian kita. Dan ternyata hasilnya sudah terbukti secara klinis (clinically proven)!

Perut langsing tanpa olahraga

Varian Nourishfirm

Actigym Nourishfirm hadir dalam dua varian, dan keduanya punya fungsi berbeda sesuai waktunya:

Nourishfirm Body Cream Day

Diperkaya Actigym, Caffeine, dan Menthol, lotion ini bantu proses pembakaran lemak (fatbreakdown) sambil memberi sensasi segar. Kandungan Lipomoist Molecular Film menjaga kelembapan kulit, jadi pas banget dipakai sebelum aktivitas seharian, termasuk saat bepergian atau travelling ke tempat beriklim panas.

Nourishfirm Body Cream Night

Untuk malam hari, saat tubuh beristirahat, lotion ini membantu mengurangi lingkar tubuh dan mampu melawan retensi air karena ada kombinasi Shape Perfection dan IsoSlim Complex. Bahkan saat tidur, kulit tetap “bekerja” karena diperkaya Thermo-Burn Action dari Capsaicin dan Caffeine membantu mempercepat metabolisme lokal kulit.

Yang bikin produk ini beda dari lotion biasa adalah adanya terobosan baru dalam perawatan tubuh. Yaitu gabungan kandungan canggih dan teknologi aplikator 360° dengan lima bola pemijat lembut. Pijatannya membantu lotion menyerap lebih cepat sekaligus melancarkan sirkulasi darah. Cocok banget untuk kamu yang ingin me-time singkat sebelum tidur atau saat bersiap pagi hari.

Actigym Nourishfirm


)ion pengencang tubuh yang benar-benar bekerja itu seperti menemukan teman baru dalam rutinitas sibuk.

Dengan Nourishfirm Day & Night, meski belum sempat olahraga, kulit tetap terasa kencang, tubuh terasa lebih fit, dan percaya diri pun meningkat, baik saat di rumah, di kantor, atau saat liburan keluarga.

Kalau kamu juga ingin mencoba pengalaman ini, kamu bisa cari tahu lebih banyak di Instagram @bclinic.official dan @bcskin.official.

B Clinic adalah klinik kecantikan dengan teknologi modern dan pelayanan lengkap, dikenal karena prosesnya yang nyaman, aman, dan hasilnya nyata.

Dengan inovasi seperti Actigym di BC Skin, B Clinic terus membuktikan komitmennya untuk menjadi solusi bagi perempuan modern yang ingin tampil percaya diri dan sehat, tanpa perlu meninggalkan rutinitas rumah tangga atau hobi jalan-jalan.

Karena tubuh ideal bukan soal berapa kali kamu ke gym, tapi seberapa cerdas kamu merawat diri di tengah kesibukan.

 

Read More
Bulan Oktober, Surabaya puwanas polll!

Saking panasnya, Surabaya sampai dijuluki Kota 9 Matahari!

Aku — seorang ibu rumah tangga di pinggiran kota Surabaya — baru saja menjemput anak pulang sekolah dengan setelan lengkap topi, masker, sarung tangan dan sepatu untuk melindungi diri dari panas matahari.

Di jalanan, aku seperti sedang di dalam oven. Panaasss.

Pemanasan global

Keringat menetes tanpa ampun meski aku hanya berdiri menunggu anakku keluar dari sekolahnya.

“Ih, panas banget, ya!” keluh seorang ibu-ibu wali murid yang juga menunggu anaknya dengan setelah lengkap sepertiku.

“Iya, rasanya umup,” balasku. Beliau hanya tertawa. Umup itu dalam bahasa Jawa seperti air yang direbus dan mendidih.

Seorang Ibu yang lain datang setelah memperkirakan motornya dengan wajah setengah terengah-engah. Wajahnya jelas menahan panas. Kemudian beliau mengeluhkan teriknya matahari.

Ibu yang lain datang dan mengeluhkan hal yang sama.

Kami semua, para ibu-ibu, yang menunggu ananda pulang sekolah berkumpul di bawah pohon blimbing wuluh, pohon satu-satunya di depan sekolah yang masih bisa dipakai untuk berteduh, mengeluhkan hal yang sama. Panasnyaaa!

Pulang ke rumah, aku langsung mencari kipas angin. Sedangkan anakku mencari minuman dingin di kulkas. Kadang juga dia minta mandi sering gerahnya.

Sampai ada Meme, Surabaya itu planet di antara bumi dan matahari. Haha. Saking panasnya!

Pemanasan global bumi


Ini valid. Temanku dari Medan yang baru saja menginjakkan kakinya di Surabaya mengatakan Surabaya sepanas itu!

Nggak hanya panas Surabaya saja, di Malang yang terkenal kota dingin juga merasakan gelombang panas. Sebagian rumah sudah mulai banyak menggunakan AC karena merasa Malang panas.

Bapakku mengeluhkan hal yang sama. Katanya, Singgahan, tempat asal bapak di kaki gunung Wilis, pun nggak lagi dingin kayak dulu.

Pemanasan Global Menyebabkan Gagal Panen

Keresahanku tak hanya panas saja tetapi juga harga pangan yang semakin naik.

Setiap aku ke pasar kadang aku suka shock sendiri.

Ya Allah kenapa sih tiap ke pasar selalu bikin menghela nafas panjang. 

Kadang protes juga. Belanjaku cuma dikit kok tapi duit yang keluar sampai 50rb aja. Kerasa nggak sih kalian? Kenapa bahan2 pada makin mahal yak?

Harga cabe, bawang, tomat naik.

Harga beras juga makin naik. Nyari yang murah tapi kok takuut kualitasnya bikin sebel. Ditambah lagi isu beras oplosan yang menyebalkan.

Salah satu penyebabnya adalah petani gagal panen karena perubahan pola curah hujan dan suhu ekstrem.

Kondisi itu menyebabkan banjir, kekeringan karena intensitas hujan yang tidak sesuai kebutuhan tanaman.

Masalah lainnya pun muncul, saat kembali dari pasar, air PDAM mati! Pas kebetulan juga tandon lagi bocor. Jadi nggak sempat menampung. Bayangkan bagaimana orang-orang di luar sana yang tidak punya tandon dan hanya bergantung pada air PDAM.

Giliran air mengalir, eh airnya kadang keruh. Semua itu membuatku berpikir:

“Kalau begini terus, masa depan bumi yang ditinggali anakku akan seperti apa?”

Sementara aku berjuang di rumah, dunia pun menghadapi masalah serupa. Banjir dan kebakaran hutan di mana-mana, di Kalimantan, di Jawa dan lain-lain. Suhu global mencetak rekor tertinggi setiap tahun.

Bagiku, perubahan iklim bukan sekadar istilah dari berita atau pertemuan global. Aku merasakannya di dapurku sendiri.

Pemanasan Global Mulai Terasa!

Fenomena ini tentu saja bukan kebetulan semata. Kalau secara data, banyak kota sudah mulai merasakan Bumi yang semakin panas.

Mari kita lihat, data perubahan temperatur di Kota Malang dari data berikut:

Perubahan suhu Malang

Mulai tahun 2000-an perubahan suhu di kota Malang semakin lama semakin meningkat alias memanas ditunjukkan dengan tanda bar merah gelap.

Perubahan Suhu Surabaya

Begitu juga di kota Surabaya. Semakin tahun perubahan suhu semakin meningkat bahkan di tahun 2024 terlihat paling tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pemanasan global ini tentu menjadi salah satu pertanda adanya perubahan iklim yang dirasakan hampir semua kota.

Saat emisi gas rumah kaca menyelubungi Bumi, panas matahari pun terperangkap dan tidak bisa keluar dari atmosfer. Itulah penyebabnya bumi kita terasa panas.

Emisi gas rumah kaca dihasilkan dari–salah satunya–penebangan hutan. Ketika ditebang, pohon melepaskan karbon yang telah disimpan. Di sisi lain, hutan menyerap karbon dioksida. Jika hutan dihancurkan, kemampuan alam untuk melindungi atmosfer dari emisi juga berkurang.

Bukti lain bahwa bumi makin panas adalah salju abadi di Puncak Carstenz, Pegunungan Jayawijaya, semakin berkurang.

Salju Carstenz mencair

Dari gambar itu, kita bisa lihat selama 11 tahun ketinggian salju abadi di pegunungan Jayawijaya semakin menurun hingga 70%.

Citra satelit puncak Carstenz

Dampak Pemanasan global di Indonesia


Dari citra satelit, kita juga bisa lihat perbedaan luasan salju di tahun 2016 dan 2022. Di tahun 2022 masih terlihat hambatan salju. Sementara di tahun 2022, salju hanya terlihat di beberapa titik saja.

Sudah jelas terlihat bahwa pemanasan global itu nyata!

Masih Saja Ada yang Bilang Hoax!

Sayangnya nih, masih saja ada yang mengatakan pemanasan global itu hoax alias berita bohong!

Ah, bagaimana bisa? Apa mereka nggak ngerasain bumi makin panas?

Oh, mungkin mereka nggak pernah ke jalan luar rumah. Sering di dalam rumah pakai AC, naik mobil ber-AC dan di kantor ber-AC.

Bagi kaum mendang-mending kayak aku sih–yang ngga pakai AC di rumah– kerasa banget, hei!

Setelah ditelusuri ternyata petinggi negara di salah satu negara besar dunia juga ngomong perubahan iklim itu hoax!

Apa mereka kurang melihat bukti dampak pemanasan global ini? Cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir, angin puting beliung, kekeringan, kehilangan spesies dan lain sebagainya.

Dampak perubahan iklim
Dampak perubahan iklim: cuaca ekstrim dan banjir

Penyebaran Disinformasi Perubahan Iklim!

Narasi salah tentang perubahan iklim ini semakin berkembang di banyak media. Pihak-pihak itu sengaja menyebarkan informasi palsu untuk membuat bingung publik dan melemahkan aksi iklim.

Disinformasi perubahan iklim ini menjadi senjata politik untuk tetap melaksanakan kebijakan mereka meskipun merusak lingkungan.

Disinformasi perubahan iklim ini mempermainkan emosi: kemarahan, ketakutan, dan kejutan sebagai langka awal untuk menyerang solusi iklim. Mereka mengatakan terlalu mahal, tidak efektif, atau "ideologis". Bahkan algoritma media sosial sudah dieksploitasi demi mendukung apa yang viral bukan yang benar.

Mereka yang menyebarkan informasi bohong ini pun juga melakukan riset.

Ketika aku sebagai peserta dari Eco Blogger Squad mengikuti online event ClimaColab Session bersama teman-teman dari Brazil untuk membuat konten terkait COP30, ternyata banyak sekali website yang memberikan informasi palsu terkait krisis iklim.


Tapi, kenyataannya disinformasi perubahan iklim ini tidak hanya dilakukan di website saja tapi juga perusahaan-perusahaan yang tidak ingin terlihat merusak lingkungan.

Kebohongan ini menyebar 70% lebih cepat daripada kebenaran. Salah satu pelayanan industri menghabiskan 78 miliar per tahun untuk menyebarkan informasi dan berita palsu.

Fake news

Ternyata Brazil memang banyak sekali menyebarkan informasi bohong di internet. Sementara paling rendah ada di negara Belanda.

Dan itulah menjadi masalah Brazil juga ketika akan melaksanakan COP30 ini.

Thais Lazzeri dari FALA, salah satu organisasi yang berfokus pada dampak sosial, mengatakan bahwa tak ada tempat untuk kebohongan. Beliau berpikir untuk mencari solusi dan mencari cara berkomunikasi dengan masyarakat mengenai disinformasi yang sudah menyebar.

Disinformasi tentang perubahan iklim ini ada banyak jenis seperti:

  • Retorika Antisains. Biasanya perusahaan melakukan retorika untuk menutupi kesalahan mereka agar tidak mengeluarkan pengeluaran yang banyak. Mereka menggunakan spesialis palsu untuk ilmu pengetahuan tertentu.
  • Serangan langsung. Di Brazil, cara ini menjadi nomor satu untuk merusak kredibilitas suara-suara dominan untuk suatu tujuan.
  • Lobi dan propaganda. Mereka menyebarkan argumen yang sesat di antara politisi untuk mendukung kebijakan publik yang merugikan iklim.
  • Astroturfing. Industri pencemar akan membentuk dan mensponsori suatu perkumpulan tapi disamarkan sehingga seolah-olah perkumpulan itu berasal dari gerakan spontan masyarakat.
  • Greenwashing. Cara ini merupakan taktik perusahaan agar produk atau layanan tersebut tidak berbahaya bahkan bermanfaat bagi lingkungan dan manusia.
  • Woke Washing. Pengambilalihan tujuan oleh perusahaan untuk menutupi kerugian mereka.
Adanya disinformasi tentang perubahan iklim ini yang menyusahkan para pelaku untuk melaksanakan kebijakan perubahan iklim. Sementara Brazil perlu tindakan nyata untuk menyelamatkan Amazon mereka.

Mencapai Kesepakatan Bersama di COP 30

Tahun ini, semua pemimpin dunia tertuju ke Amazon dan Belem, Brasil, tempat diselenggarakannya COP30 (Conference of the Parties ke-30). Pertemuan besar COP 30 di mana para pemimpin dunia, ilmuwan, dan aktivis duduk bersama membahas solusi untuk krisis iklim.

COP memang bukan solusi ilmiah, tetapi bertujuan untuk membuat kesepakatan global untuk menghindari perubahan iklim. Kesepakatannya seperti mengurangi bahan bakar fosil, mengurangi emisi (COP 3), membatasi pemanasan global di bawah 2°C, idealnya hingga 1,5°C (COP 21), mempercepat transisi dari bahan bakar fosil (COP26), Dana Kerugian dan Kerusakan (Loss and Damage Fund)(COP 28).

COP30 Brazil

COP30 menjadi momen penting untuk melihat apakah dunia masih punya harapan atau hanya janji di atas kertas.

COP 30 ini akan dilaksanakan di Brasil dan belum pernah diadakan di Amazon seperti saat COP 1 Brazil.

Di Tengah Gelombang Disinformasi

Sayangnya, tidak semua orang percaya.

Aku sering melihat video di media sosial yang bilang “perubahan iklim itu hoaks”. Ternyata video itu berhasil membuat orang awam sepertiku hampir percaya.

Perubahan iklim apa benar hoax

Tapi kalau aku ngerasain sendiri panasnya, airnya kering, sumber pangan naik, hujan makin nggak tentu, banjir karena cuaca ekstrem... masak sih perubahan iklim itu bohong?

Itulah kenapa penting bagi publik untuk tidak mudah termakan disinformasi. Berita palsu tentang iklim bisa membuat orang berhenti peduli, padahal tindakan kecil mereka sangat berarti.

Cara Menghindari Disinformasi

Beberapa cara agar kita tidak tersesat di lautan informasi:

Menyangkal Disinformasi tentang Perubahan Iklim

Sebenarnya ini tak terbatas pada disinformasi perubahan iklim tetapi juga secara keseluruhan.

Banyak sekali informasi-informasi palsu yang beredar di internet. Dan ini memang sangat memengaruhi pikiran masyarakat. Itulah mengapa pentingnya pemerintah untuk meng-cover masalah ini.


Seperti yang ada pada foto di atas bahwa perubahan iklim dianggap hasil konspirasi antara HAARP, CERN, Bluebearn dan WEF. Namun, berita itu kemudian dibantah oleh Kominfo.

Bagaimana Mengenali Disinformasi?

Ada cara untuk mengenali apakah informasi itu benar atau tidak, yaitu:

  • Judul SEMUA KAPITAL. Apakah judul ditulis kapital? Jika kapital maka perlu hati-hati dengan informasi tersebut karena bisa jadi itu memuat informasi yang tidak benar.
  • Tautan aneh. Pastikan tautan artikel yang menyebarkan informasi tersebut tidak aneh. Pernah baca kan tautan artikel yang tidak dikenal dan namanya aneh-aneh. Ketika di klik pun isinya tidak meyakinkan. Hati-hati bisa saja kita terseret pada informasi yang bohong.
  • Konten lama. Bisa saja konten yang diambil itu sudah lama atau di luar konteks. Nah, seringkali kita terkecoh dengan video-video lawas yang beredar. Kelihatannya sangat real dan benar. Ternyata itu tidak valid.
  • Gambar yang mengejutkan. Kita harus Periksa dari mana asalnya. Banyak sekali gambar-gambar yang diambil tanpa ada kejelasan sumber dari mana.

Apa kaitannya dengan aku?

Kalau kalian merasa nggak yakin dengan informasi itu benar atau tidak. Lebih baik tidak perlu disebarluaskan.

Apa kaitannya denganku?

Aku tahu bahwa cuaca ekstrem bukan hal biasa. Sumber pangan pokok semakin mahal. Air bersih semakin jarang mengalir.

Hal-hal kecil itu mungkin terlihat sepele. Tapi di balik semua kebijakan besar yang dibahas di COP30, justru aksi kecil jutaan orang sepertiku yang akan membuat perubahan nyata.

Aku nggak bisa datang ke Brasil tapi aku bisa mulai dari rumah.

Penutup – Dari Rumah ke Dunia

Krisis iklim bukan hanya tentang polusi, karbon, atau suhu global. Ini tentang ibu yang khawatir anaknya sakit karena panas, petani yang kehilangan panen, dan keluarga yang kehilangan rumah karena banjir.

COP30 adalah momen global, tapi perubahan sejati dimulai dari hal-hal lokal dari dapur, dari pasar, dari keputusan kecil setiap hari.

COP30 menjadi momentum penting untuk memperbarui komitmen dunia melawan krisis iklim. Namun tanpa kesadaran publik, kebijakan hanyalah janji kosong.

Maka, mari bersama menjadi warga yang peduli, menolak disinformasi, dan memulai perubahan dari rumah kita sendiri.

Jangan sampai disinformasi perubahan iklim ini menyebar dan memengaruhi kebijakan iklim.

Yang paling kerasa sih masyarakat menengah ke bawah karena harga bahan pangan yg naik.

Harapannya, perwakilan negara yang akan mengikuti COP30 bisa menghasilkan komitmen terbaru tentang iklim yang pastinya berdampak dan bisa dilaksanakan di tiap negara.

~ Karena Bumi bukan milik kita saja tapi juga warisan untuk anak-anak kita nanti. ~


Read More

Follower