Berawal dari postingan beberapa teman yang berfoto di tugu
Kilometer 0 membuat saya penasaran. Ternyata di seluruh dunia banyak yang
menandakan Kilometer 0 dengan sebuah monumen atau tugu, seperti di Paris,
Budapest, Roma, Tokyo, dan lainnya. Kalau di Indonesia sendiri, letak Kilometer
0 ini ada di titik paling barat dan paling utara kepulauan Indonesia yaitu di
Sabang, Pulau Weh, Nanggroe Aceh Darussalam.
Maksud dari kilometer 0 ini adalah penanda geografis di
lokasi tertentu dimana dilakukan pengukuran secara tradisional. Beberapa negara
memberikan nomor jalan diukur dari titik 0. Semakin dekat titik 0 semakin
rendah nomornya.
Tugu Nol Kilometer |
Katanya kita juga bisa dapat sertifikat loh kalau sudah mengunjungi Nol Kilometer. Tugu ini ada di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan
Sukakarya. Sekitar 40 menit berkendara atau sekitar 29 km dari Kota Sabang.
Pernah Menjadi Bagian Terpenting
Ternyata Sabang ini pernah menjadi dermaga penting pada
akhir abad ke sembilan belas. Banyak kapal asing yang singgah ke Sabang untuk
berdagang karena berada di jalur pelayaran penting dunia.
Sebelum ada Terusan
Suez tahun 1869, kapal-kapal berlayar dari selatan Afrika masuk ke Selat Sunda.
Setelah ada Terusan Suez, rute pelayaran menjadi lebih pendek yaitu melewati
Sabang dan masuk ke selat Malaka dimana banyak pelabuhan lainnya di Batavia,
Singapura dan Malaysia. Asosiasi Atjeh pun membuka dermaga di tahun 1883 untuk
kapal yang mengangkut batubara. Beberapa tahun kemudian baru kapal dagang masuk.
Sabang Dulu (Sumber) |
Pembangunan di Sabang pun terus dilakukan. Sabang menjadi
ramai. Bahkan sebelum Perang Dunia II, Pelabuhan Sabang menjadi yang terpenting,
loh, mengalahkan Temasek (sekarang Singapura). Semenjak Perang Dunia II, Jepang
menginvasi semua fasilitas yang dibangun Belanda termasuk di Sabang. Selat
Malaka dan Samudera Hindia diawasi oleh Jepang.
Pelabuhan di Sabang yang Dibom (Sumber) |
Kapal dari Inggris dan Amerika Serikat menghancurkan
pelabuhan Sabang dan juga lokasi perminyakan tahun 1944. Setelah itu Sabang
menjadi sangat hancur. Inggris pun menduduki Sabang.
Jalur Strategis
Sabang memang pernah menjadi pelabuhan internasional.
Sayangnya, status tersebut dicabut sehingga Sabang menjadi kota mati dan hanya ada
wisatanya saja yang berjalan. Bisa terbayang kalau Sabang menjadi kota mati
tentu saja wisata berjalan seadanya. Semua berjalan tidak saling terintegrasi.
Mengingat lokasi Sabang yang strategis pada jalur pelayaran
internasional itulah maka pemerintah Indonesia menetapkan Sabang sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Ini tercantum pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2000 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 Tentang Kawasan
Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Sabang.
Akibatnya banyak barang-barang yang datang dari luar negeri
masuk ke Sabang tanpa harus bayar pajak. Mobil-mobil bermerk pun bisa dihargai
dengan sangat murah. Harapannya Sabang menjadi kawasan perdagangan bebas ini
bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tentunya untuk pengembangan Aceh
secara regional.
Pelabuhan Sabang (Sumber) |
Sabang pernah menjadi pelabuhan penghubung internasional hingga tahun 1970-an, namun pada tahun 1985, Presiden Suharto mencabut status
tersebut, hingga Sabang menjadi kota mati dan hanya dijadikan tempat wisata. (Sumber)
Dermaga CT 1 (multiguna)
Dermaga ini tidak hanya untuk kegiatan loading dan unloading
barang ekspor impor tapi juga untuk kegiatan non komersial yaitu kunjungan
kapal pesiar dan kapal layar. Dermaga ini sudah sesuai dengan standar pelabuhan
internasional dan sudah memiliki nomor kode ISPS dari IMO (International Maritime Organization).
Dermaga CT3 (terminal kontainer)
Dermaga ini khusus untuk kapal kontainer diatas 30,000 DWT.
Dermaga ini juga sudah dilengkapi fasilitas seperti Crane, forklift dan
fasilitas pendukung lainnya.
(Sumber disini)
Dengan adanya pelabuhan ini dapat mendukung industri pariwisata di Sabang dan umumnya di Aceh. Apalagi setelah ditetapkan statusnya sebagai Pelabuhan Hub Internasional, wisata bahari mampu menarik wisatawan.
Daya Tarik Sabang
Status tersebut diharapkan bisa saling mengintegrasi antara
pengembangan kawasan dan pelabuhan serta wisata yang ada di Sabang khususnya
wisata bahari. Apalagi saat ini wisata bahari di Sabang sudah mulai terkenal. Pengembangan wisata Sabang juga berpengaruh pada wisata yang ada di Banda Aceh maupun Aceh secara keseluruhan.
Wisata Bahari dan Diving
Kalau lihat foto-foto pantai di Sabang dibawah ini siapaa yang tidak ingin kesana. Keindahan bawah laut dan jernihnya pantai-pantai Sabang
mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pantai Iboih |
Pantai di Pulau Rubiah |
Pulau Klah |
Belum lagi kapal pesiar dan kapal layar yang sering singgah
di Sabang seperti MS. Amadea, MS. Albatros, MS. Silver Whisper, MS. Seabourn
Legend, MS. Artania dan Yachters MV. Thailand Aggressor, dan lain-lain.
Kapal Pesiar di Sabang (Sumber) |
Kuliner Sabang
Di Kota Sabang juga ada pujasera yang disebut Selera Rakyat Food Center. Disana ada Mie Gurita dan Sate Gurita dengan bumbu kacang dan bumbu padang.
Sate Gurita |
Selain itu, cobalah datang ke Jalan Perdagangan karena ada dua jenis mie
yang memiliki karakter rasa yang berbeda. Mie yang lembut dipadukan
dengan ikan pada mie Jalak dan mie Sedap.
Mie Jalak (Sumber) |
Mie Pingsun (Sumber) |
Mie Sedap (Sumber) |
Menu ikan segar bisa ditemukan di Taman Putro Ijoe dekat dengan Danau Aneuk Laot.
Selain itu ada Rujak Pulau Klah dan Es kelapa muda.
Sail Sabang 2017
Untuk mendukung pariwisata Sabang dan pengembangan pelabuhan
agar dapat menarik lebih banyak wisatawan, maka diadakan Sail Sabang 2017.
Acara tahunan ini membawa dampak bagi datangnya wisatawan asing ataupun
domestik.
Sail Sabang ini merupakan rangkaian acara dari SailIndonesia,yang pertama kali diselenggarakan di Bunaken tahun 2009. Pemerintah
sudah mempersiapkan fasilitas penunjang untuk melaksanakan Sail Sabang 2017.
Acara-acara di Sail Sabang 2017 ini adalah:
- Workshop dan Kompetisi Internasional Free Diving. Kompetisi ini dilaksanakan tanggal 10 November-1 Desember 2017. Hadiahnya sampai 200 juta, loh! Keterangan lebih lanjut baca disini.
Menyelam di Sabang |
- Wonderful Sail Anambas To Natuna 2017. Dicatat ya, puncak acara tanggal 2 Desember 2017 di Sabang Fair, Kota Sabang. Ada atraksi Flying Pass dan kompetisi Deep Dive sedalam lebih dari 50 meter.
- Yacht Rally. Ini yang seru! Ada Rally kapal layar, loh. Memang di Sabang sudah sering didatangi kapal layar dari berbagai daerah dengan membawa wisatawan mancanegara karena pantainya yang indah dan lokasinya yang cocok untuk menyelam. Keindahan bawah laut yang memiliki daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyelam. Hingga Juli 2016, kapal yacht yang masuk ke Sabang terhitung sebanyak 37 kapal, sedangkan kapal pesiar (cruise) sebanyak 10 kapal (per November 2016) dengan jumlah wisman sebanyak 9.736 wisman (Sumber)
Yacht Rally Sabang (Sumber) |
Dari penjelasan tersebut, Pelabuhan Sabang diharapkan benar-benar menjadi Pelabuhan Hub Internasional yang sesuai kriteria pada PP No. 69 Tahun 2001 seperti:
- Dekat dengan jalur pelayaran internasional
- Kedekatan geografis dengan tujuan pasar internasional
- Fasilitas pelabuhan yang memadai
- Terlindung dari gelombang
- Mendukung aktivitas industri dan perdagangan
- Akses ke pelabuhan adalah jaringan primer
- Terintegrasi dengan simpul jaringan internasional
- Volume bongkar muat yang besar
- Potensi sosial ekonomi yang besar
- Kawasan konservasi dan hutan lindung
Setelah tanya-tanya ke teman, untuk kesana bisa pakai berbagai alternatif:
Alternatif 1.
Pesawat dari Jakarta - Aceh (Bandara Sultan Iskandar Muda).
Naik kapal dari Banda Aceh (Pelabuhan Ulee Lheue) menuju Sabang (Pelabuhan Balohan).
Dari bandara harus naik mobil dulu ke pelabuhan sekitar 20 menit terus nyebrang dengan kapal cepat atau kapal ferry.
Tiket kapal dari harga 60ribu sampai 250ribu.
Alternatif 2.
Pesawat dari Jakarta - Medan - Sabang (Bandara Maimun Saleh)
Lebih baik cari penerbangan langsung ke Sabang, tapi sering-sering cek penerbangan Medan -Sabang karena tidak setiap hari atau jarang.
Kalau bisa jangan pas weekend kalau mau snorkling karena ramai dan biasanya dibatasi.
Oiya, kalau mau nginep di pesisir utara dekat pulau Rubiah ada cottage-cottage dengan pemandangan alam Rubiah.
Asyik banget, ya! Duh, jadi pengen kesana...
Alternatif 1.
Pesawat dari Jakarta - Aceh (Bandara Sultan Iskandar Muda).
Naik kapal dari Banda Aceh (Pelabuhan Ulee Lheue) menuju Sabang (Pelabuhan Balohan).
Dari bandara harus naik mobil dulu ke pelabuhan sekitar 20 menit terus nyebrang dengan kapal cepat atau kapal ferry.
Tiket kapal dari harga 60ribu sampai 250ribu.
Alternatif 2.
Pesawat dari Jakarta - Medan - Sabang (Bandara Maimun Saleh)
Lebih baik cari penerbangan langsung ke Sabang, tapi sering-sering cek penerbangan Medan -Sabang karena tidak setiap hari atau jarang.
Kalau bisa jangan pas weekend kalau mau snorkling karena ramai dan biasanya dibatasi.
Oiya, kalau mau nginep di pesisir utara dekat pulau Rubiah ada cottage-cottage dengan pemandangan alam Rubiah.
Cottage di Iboih Inn Aceh (Sumber) |
Jadi, kalau punya kesempatan ke Sabang, Yuk, lihat Sail Sabang 2017!
Sumber
http://sailsabang2017.co.id/id/tugu-nol-kilometer-sabang-simbol-perekat-nusantara-di-batas-barat-tanah-air/
http://www.pidii.co.id/en/sabang-free-trade-and-free-port/#Potential-Industrial-Area
iya mbak, kalau sampai km 0 dapat sertifikat. Sertifikat saya ketlisut pas pindahan rumah
BalasHapusPantai di Sabang cakep-cakep ya. Semoga bisa ke sana suatu hari
BalasHapus