Alasan Lahan Gambut Perlu Dilindungi

31 comments


Pernah dengar kan kalau lahan gambut di negara kita itu mengalami degradasi. Penyebabnya banyak sekali. Salah satunya adalah anggapan bahwa lahan gambut itu sia-sia karena kondisinya seperti lahan yang terbengkalai. Anggapan itu membuat masyarakat menggunakan lahan gambut tersebut untuk perkebunan. Masalahnya adalah pembukaan lahan untuk perkebunan tersebut dilakukan dengan cara dibakar. Kandungan air yang besar di bawahnya menyebabkan asap kebakaran tidak segera berhenti meski di atasnya sudah dipadamkan. Tak hanya masyarakat lokal saja, tapi juga pihak lain yang memiliki modal besar untuk pembukaan lahan. Itulah yang menyebabkan lahan gambut di Indonesia mengalami penurunan.


Salah satu penyebab penurunan luas lahan gambut adalah kerusakan lahan gambut. Tahun 2019, luas lahan gambut Indonesia sebesar 13,43 juta ha. Luasan tersebut mengalami penurunan luasan di tahun 2011 sebesar 1,5 juta ha sehingga luasannya menjadi 14,93 juta ha. Padahal lahan gambut penting bagi ekosistem lingkungan kita.

Sebelum menjelaskan lebih jauh, sebenarnya kalian tahu tidak lahan gambut itu apa? Bagaimana karakteristiknya? Kenapa sih lahan gambut itu penting?

Pengertian Lahan Gambut


Dalam bahasa Melayu, gambut dikenal dengan sebutan “gedang” atau “redang” yang artinya bahan organik yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang menumpuk dalam kondisi basah sehingga sisa-sisa tumbuhan ini tidak bisa membusuk secara sempurna.

Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup memiliki definisi lahan gambut sendiri-sendiri. Menurut Kementerian Kehutanan, definisi lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari sisa-sisa organic yang tertimbun dalam waktu yang lama.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pengertian lahan gambut adalah tanah hasil penumpukan bahan organik melalui produksi biomassa hutan hujan tropis.

Menurut Kementerian Pertanian, arti lahan gambut adalah tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang proses dekomposisinya terhambat suasana anaerob dan basah.

Sedangkan menurut pantaugambut.id, lahan gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organic yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan dan lumut, juga jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.

Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia dan empat kali dari yang ada di atmosfer. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan akan terlepas ke udara dan bisa menyebabkan emisi gas rumah kaca.

Agar memiliki pengertian yang seragam, pemerintah sampai Peraturan Pemerintah RI No 57 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Arti lahan gambut adalah material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 sentimeter atau lebih dan terakumulasi pada rawa.



Karakteristik Lahan Gambut


Sebenarnya dari semua definisi, memiliki kesamaan karakteristik lahan gambut, hanya saja perbedaan data kuantitatif dari karateristik tersebut. Karakteristik lahan gambut berdasar pengertian tersebut adalah:

- Sisa tumbuhan atau organik yang menumpuk
- Tidak membusuk secara sempurna karena ada suasana anaerob
- Tertimbun dalam waktu lama (ratusan atau ribuan tahun)
- Terletak di hutan hujan tropis
- Komposisi lebih dari 65% bahan organik
- Ketebalan 50 sentimeter
- Berada di lokasi berawa sehingga memiliki kandungan air yang besar di bawahnya.
- Daya serap terhadap air tinggi.


Menurut pantaugambut.id, tanah gambut memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah mineral jika ditinjau dari sifat fisika, kimia dan biologi. Oleh karena itu, pengelolaan tanaman di atas tanah gambut jauh berbeda dengan tanah mineral.

Perbedaan Tanah Gambut dan Tanah Mineral


Terbentuknya Lahan Gambut

Proses pembentukan lahan gambut terjadi dalam waktu yang lama, bahkan bisa dalam waktu ribuan tahun hanya untuk beberapa puluh sentimeter. Sisa-sisa organik membentuk lapisan-lapisan secara bertahap yang berupa perbedaan tingkat dekomposisi, jenis tanaman yang diendapkan atau lapisan tanah mineral secara berselang-seling.

Terbentuknya lahan gambut dimulai dari danau dangkal yang ditumbuhi vegetasi lahan basah secara perlahan. Tanaman yang lapuk dan mati membentuk lapisan transisi antara lapisan tanah gambut dengan lapisan di bawahnya yang berupa tanah mineral.

Di Indonesia, lahan gambut terbentuk antara 6800- 4200 tahun yang lalu (Andriesse, 1988). Di Kalimantan, umur tanah gambut sekitar 6230 tahun pada kedalaman 100 cm sampai 8260 cm pada kedalaman 5 cm.

Persebaran Lahan Gambut di Indonesia

Sebagian besar lahan gambut ditemukan di daerah beriklim tropis, dingin, sedang atau boreal. Sekitar 68% lahan gambut tropis berada di Asia Tenggara. Tahun 2019, Indonesia memiliki lahan gambut terluas kedua di dunia sebesar 22,5 juta ha setelah Brazilia. Keren ya! Sebaran lahan gambut terluas di Indonesia berada di Provinsi Riau, Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan. Provinsi di Indonesia dengan gambut terluas berada di provinsi Papua sebesar 6,3 juta hektar.

Uniknya, kalau lahan gambut tropis tertua di dunia berada di pedalaman Kalimantan. Lahan gambut purba tersebut diperkirakan telah terbentuk sejak 47.800 tahun lalu. Lahan gambut ini memiliki lapisan yang sangat dalam yaitu 18 meter. Setara tingginya dengan bangunan enam lantai!


Permasalahan Lahan Gambut

Lahan Gambut Terancam


Permasalahan lahan gambut sebenarnya menjadi polemic sampai saat ini. Sebagian berpendapat bahwa lahan gambut bisa dimanfaatkan menjadi lahan pertanian. Anggapan sebagai lahan terbengkalai pada lahan gambut membuat lahan gambut bisa dikeringkan dan dialihfungsikan untuk pemanfaatan perkebunan dan pertanian. Pengeringan lahan gambut bertujuan untuk mencegah air kembali membanjiri gambut. Sebagian lagi tidak setuju karena pembukaan lahan gambut dilakukan dengan pengeringan lahan yang berlangsung terus menerus dan bisa menyebabkan kerusakan kesatuan hidrologis. Pengeringan lahan tersebut bisa menjadi sumber emisi karbon yang tidak akan berhenti.


Alasan Lahan Gambut Perlu Dilindungi

Jika masyarakat banyak yang menganggap lahan gambut yang terbengkalai itu tidak bermanfaat, sungguh anggapan itu salah besar karena sebenarnya manfaat lahan gambut itu banyak sekali. Alasan lahan gambut harus dilindungi karena memiliki manfaat bagi ekosistem seperti :

Tempat penyimpanan karbon

Meskipun hanya 3-5% di permukaan bumi, lahan gambut menjadi rumah bagi lebih dari 30% cadangan karbon dunia yang tersimpan di tanah. Negara Indonesia menjadi Negara dengan penyumbang karbon terbesar dari lahan gambut (57,5 gigaton karbon dari lahan gambut). Tentunya semakin dalam lahan gambut maka cadangan karbon dalam tanah semakin besar. Idealnya, lahan gambut dengan kedalaman lebih dari tiga meter harus dilindungi karena memiliki manfaat lingkungan yang tinggi dan tidak disarankan untuk dialihfungsikan menjadi lahan pertanian/perkebunan. Kenapa? Karena semakin dalam lahan gambut maka sebenarnya lahan tersebut tidak subur dan sangat asam dimana tumbuhan akan sulit tumbuh pada pH yang rendah. Secara tidak langsung, lahan gambut dapat menjaga terjadinya perubahan iklim.

Sumber pangan

Lahan gambut bisa menjadi alternative dalam penghasil sumber pangan untuk mewujudkan zero hunger atau pengentasan kelaparan. Memang telah banyak lahan gambut rawa diperuntukkan untuk pertanian. Dan pemerintah pun telah mengatur untuk melindungi lahan gambut dari kerusakan. Tingkat kedalaman lahan gambut yang dimanfaatkan untuk pertanian sekitar 0,5 hingga 1 meter. Biasanya jenis pertanian yang dimanfaatkan adalah padi dengan varietas tertentu. Namun yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan lahan gambut adalah tingkat kedalaman karena berpengaruh pada tingkat keasaman lahan dan varietas tanaman yang mampu bertahan dengan kondisi lahan gambut.

Habitat satwa liar atau tumbuhan

Lahan gambut menjadi tempat berlindungnya berbagai macam flora dan fauna termasuk juga yang langka dan dilindungi. Dengan kondisi ekosistem gambut yang berbeda, maka hanya jenis flora dan fauna tertentu saja yang bisa bertahan di kondisi tersebut. Beberapa jenis flora sangat berguna bagi masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di lahan gambut berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.

Flora khusus yang terdapat di ekosistem gambut adalah Meranti (Sharea spp), Gelam (Mellaleuca sp), Ramin (Gonystylus bancanus), dan Damar (Agathis dammara) (Mudiyarso et al, 2004). Tanaman pangan yang dapat tumbuh di ekosistem gambut adalah sagu, padi, sukun, Pulai, Jelutung, Sungkai, Sengon, Saga, dan lainnya.

Beberapa jenis fauna yang tinggal di lahan gambut yang terancam punah dan dilindungi menurut undang-undang adalah Malu-Malu Kukang, Lutung, Cekong, Beruk, Ungko, Kelawat, Rusa Sambar, Kijang, Beruang Madu, Kucing Kuwuk, dan lain sebagainya (Pramudianto, 2018).

Lahan gambut ini memiliki kekayaan diversitas flora dan fauna yang kaya sekali. Di satu tempat saja, seperti di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, terdapat sekitar 808 jenis flora, 35 jenis mamalia, 182 jenis burung, dan 54 spesies ular terdapat di wilayah tersebut.

Mengatur tata air

Tak hanya sebagai pengatur tata air, lahan gambut juga berfungsi sebagai penyimpan air, pensuplai air dan pengendali air. Daya serap tanah gambut yang tinggi membuat lahan gambut berfungsi sebagai “tandon air”. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850 persen dari bobot keringnya. Selain itu, gambut yang terdekomposisi juga mampu menahan air 2-6 kali lipat berat keringnya.

Karena fungsinya sebagai pengendali air, maka lahan gambut dapat mencegah terjadinya banjir di musim hujan dan dapat melepaskan air di musim kemarau. Selain itu, gambut juga berperan penting dalam mencegah intrusi air laut ke daratan. Keberadaan lahan gambut menjadi penjaga keseimbangan hidrologis.

Tempat rekreasi dan edukasi

Lahan gambut memiliki potensi untuk pengembangan sektor pariwisata berbasis edukasi. Saat ini, lahan gambut yang telah ditetapkan menjadi tempat wisata adalah Taman Nasional Sebangau di Palangkaraya, Kalimantan Tengah dengan luas 568.700 hektar.

Para pengunjung bisa menyusuri sungai dengan perahu kecil atau kelotok hingga ke lahan gambut. Semakin banyak wisatawan yang ber-ekowisata ke lahan gambut maka diharapkan semakin banyak yang paham pentingnya gambut bagi kehidupan manusia.

Manfaat lahan gambut yang besar tersebutlah maka menjadi alasan lahan gambut harus dilindungi.

Akibat Kerusakan Lahan Gambut


Apa yang terjadi ketika lahan gambut rusak?

Banjir

Lahan gambut sebagai pengendali air tidak lagi berfungsi. Lahan gambut tidak mampu menyerap air yang berlebihan ketika musim hujan sehingga air mengalir di atas permukaan tanah tanpa ada penyerap air dengan baik.

Kebakaran

Ketika terjadi pengeringan lahan gambut maka lahan gambut sudah seperti kayu kering yang mudah terbakar.

Dampak Kebakaran Lahan Gambut


Kabut Asap

Ketika lahan gambut kering, api kecil bisa memicu kebakaran lahan dan hutan. Api dapat menyebar hingga ke lapisan gambut dengan kedalaman empat meter. Meskipun api di permukaan telah padam, bukan berarti api di lapisan dalam juga padam. Api bisa bertahan berbulan-bulan di dalam lapisan tanah dan bisa menyebar ke tempat lain. Ketika api belum padam, maka asap akan keluar dari lapisan tanah dan bisa menghambat aktivitas masyarakat sekitarnya.

Pencemaran Tanah

Di lahan rawa gambut mengandung mineral tanah pirit (senyawa FeS2) yang mudah teroksidasi menjadi senyawa beracun jika bertemu dengan oksigen. Ketika lahan kering, maka rentan sekali Pirit akan bereaksi dengan oksigen dan akan mencemari tanah.

Terganggunya aktivitas

Asap yang terus menerus mengepul tentu akan menghalangi aktivitas masyarakat seperti kegiatan penerbangan terganggu, kegiatan pendidikan diliburkan, masalah kesehatan masyarakat yang meningkat.

Mempercepat laju perubahan iklim

Kita tahu kalau lahan gambut menjadi penyimpan kadar karbon yang tinggi, ketika lahan gambut rusak dit4ambah kebakaran dan asap kebakaran maka karbon di dalam tanah akan naik ke atmosfir dan menyebabkan perubahan iklim meningkat.

Hilangnya keanekaragaman hayati

Biodiversitas flora dan fauna di lahan gambut yang kaya akan terancam punah akibat rusaknya lahan gambut. Pada akhirnya, juga akan berdampak pada manusia yang menjadikan lahan gambut sebagai sumber kehidupan.

Solusi dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lahan Gambut

Sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan peraturan terkait perlindungan ekosistem lahan gambut yaitu Peraturan Pemerintah RI No 57 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Peraturan tersebut sebenarnya sudah cukup detail yang melarang setiap orang untuk membuka lahan baru hingga ditetapkan fungsi lindung dan budidaya, membuat saluran drainase, membakar lahan, melakukan kegiatan lain.

Dalam peraturan tersebut juga telah ditetapkan tata cara pemulihan lahan gambut yang terdegadrasi seperti sukses alami, rehabilitasi, restorasi atau cara lain sesuai dengan perkembangan iptek.

Namun, yang harus menjadi perhatian adalah pengawasan dan penerapannya apakah telah sejalan dengan peraturan tersebut atau tidak. Di tingkat lokal, biasanya pengawasan lebih sulit dilakukan. Dan ini yang harus diperhatikan bahwa keterlibatan masyarakat juga penting dalam menjaga perlindungan lahan gambut. Masyarakat pun harus diberi edukasi mengenai pentingnya lahan gambut dan perilaku yang bisa merusak keberadaan lahan gambut.

Seperti edukasi tentang lahan gambut yang aku peroleh ketika aku mengikuti Webinar “Lindungi Hutan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia” bersama Blogger Perempuan, Kak Ola Abas (coordinator nasional pantaugambut.id), dan Ibu Herlina Agustin (dosen, aktivis pelestarian satwa liar dan pusat studi komunikasi lingkungan, fakultas ilmu komunikasi Universitas Padjajaran). 

Lindungi Hutan Gambut


Selama ini, aku tidak peduli dengan keberadaan lahan gambut yang telah mengalami kerusakan. Setelah mengikuti webinar, setidaknya aku menjadi lebih aware terhadap perlindungan lahan gambut. Meskipun aku tidak lagi tinggal di Kalimantan, setidaknya edukasi seperti ini penting untuk disebarkan.

Selain masyarakat, pemerintah pun harus kembali mengingat komitmennya dalam perlindungan dan pengelolaan lahan gambut yang lestari. Sehingga peraturan yang dibuat tidak sekedar peraturan. Agar tidak terjadi lagi penurunan lahan gambut karena kerusakan yang terus menerus terjadi akibat oknum-oknum yang dibiarkan merusak lahan gambut. Maka, lahan gambut akan terus terjaga dan kehidupan manusia berlangsung dengan baik.

Kerusakan Lahan Gambut


Referensi:

Pramudianto, A. (2018). Flora dan Fauna pada Ekosistem Lahan Gambut dan Status Perlindungannya dalam Hukum Nasional dan Internasional. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan, 185-199.

https://katadata.co.id/amp/timpublikasikatadata/infografik/5e9a519433cb1/luas-gambut-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia

https://pantaugambut.id/

https://www.cifor.org/

http://lipi.go.id/publikasi/lahan-gambut-sebagai-alternatif-penghasil-sumber-pangan/27087

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

31 komentar

  1. Persoalan lhan gambut ini, ternyata masih ada ya. Padahal manfaatnya besar buat lingkungan. Dulu tahu soal gambut pas sekolah.

    BalasHapus
  2. Wah bahaya juga kalau ekosistem gambut terancam.Karena kan lahan gambut menjadi tempat berlindungnya berbagai macam flora dan fauna termasuk juga yang langka dan dilindungi.

    BalasHapus
  3. Jangan sampai rusak parah lahan gambut kita, yuk selamatkan bersama, karena lahan gambut bermanfaat besar buat kehidupan makhluk hidup.

    BalasHapus
  4. Sedih ya lihat lahan gambut sekarang ini banyak yang dijadikan tempat tinggal, jalanan, bahkan area perkebunan baru, di tempat saya tinggal sekarang apalagi

    BalasHapus
  5. Aku baru tahu ternyata fungsi lahan gambut sangat banyak. Bisa mencegah banjir dan melindungi hewan serta tumbuhan di sekitarnya. Yang penting lagi, bisa menjaga bumi dari perubahan iklim ini. Kita emang harus melindunginya nih. Terutama dari sisi pemerintah.

    BalasHapus
  6. Astagaaa.... Aku jadi ngebayangin api yang "terjebak" di dalam lapisan gambut. Seram sekali!

    BalasHapus
  7. Artha Nugraha Jonar15 Agustus 2021 pukul 10.27

    Thanks infonya. Banyak hal yang belum aku ketahui tentang lahan gambut. Dengar berita terakhir tentang kebakaran lahan gambut. Ternyata lahan gambut mempunyai manfaat yang banyak untuk ekosistem.

    BalasHapus
  8. Kalau lahan gambut sudah rusak atau sengaja dialihfungsikan untuk kebutuhan industri, ya gitu Kak bahasa banget dampaknya. Cadangan air terancam dan karbon bisa terlepas ke atmosfer yang mengancam keselamatan manusia. Dengan edukasi seperti ini, banyak yang bisa kita lakukan. Semoga anak-ana bisa dilibatkan juga agar fauna dan flora tetap terjaga.

    BalasHapus
  9. Sedih banget karena gambut itu terbentuknya lama, berjuta-juta bahkan ribuan tahun lalu, tapi sekejap dirusak. Kita kudu jaga yang ada biar mengurangi emisi gas kaca

    BalasHapus
  10. Gambut ini ternyata menyimpan sejuta pesona. Kebanyakan orang memang nggatau fungsinya apa. jadi dibakar mereka diam aja. Kalau tahu ilmunya gini kan jadi lebih aware ya. Harus lebih banyak dan lebih masive lagi nih edukasinya

    BalasHapus
  11. lahan gambut adalah aset penting bagi Indonesia ya.. Jadi emang bener-bener kudu dijaga deh..biar gak punah atau rusak

    BalasHapus
  12. lahan gambut ini paling banyak ada di Kalimantan ya mbak
    memang harus dilindungi ya, karena berkaitan dengan ekosistem yang ada

    BalasHapus
  13. Aku baru tahu klo lahan gambut tuh dirinya tidak membusuk secara sempurna karena ada suasana anaerob. Ditambah lagi bisa terbentul setelah ribuan tahun berarti kudu benar2 dijaga kelestariannya ya

    BalasHapus
  14. Ternyata ekosistem gambut adalah salah satu avatar ya.. yaitu pengendali air di muka bumi.
    Memang bener, harus dijaga banget agar tetap lestari dan air tetap tersedia sampai nanti

    BalasHapus
  15. sebenarnya gambut itu sangat bagus buat tanah dan bumi kita namun jika sudah terbakar sangat susah di padamkan dan asapnya menyebabkan banyak kerugian

    BalasHapus
  16. Selama ini, aku tidak peduli dengan keberadaan lahan gambut yang telah mengalami kerusakan. Setelah mengikuti webinar, setidaknya aku menjadi lebih aware terhadap perlindungan lahan gambut. Meskipun aku tidak lagi tinggal di Kalimantan, setidaknya edukasi seperti ini penting untuk disebarkan.

    jujur hingga hari ini aq masih bingung, pohon gambut itu seperti apa, dan mungkin karena rumah berada di daerah pegunungan kami jadi ga aware dengan ekosistem kelautan.

    BalasHapus
  17. Ternyata banjir dan kebakaran berkaitan erat sama lahan gambut ya, aku yang tinggal di daerah gambut dan pernah merasakan banjir kayaknya akibat dari berkurangnya lahan gambut. Kebakaran juga, beberapa kali Kalimantan dilanda kabut asap sepertinya karena lahan gambut yang sudah berkurang. Semoga ke depannya lahan gambut ini bisa kita lindungi dan jaga bersama

    BalasHapus
  18. Berharap banget tidak ada lagi kebakaran gambut yang sering terjadi setiap tahunnya. Peran serta masyarakat dan pemerintah juga sangat penting untuk mendukung hal ini.

    BalasHapus
  19. Lahan gambut emang langka dan harus dilindungi, ingat bener waktu kebarakan hutan di tempat aku, karena lahan gambut dia menjalar, jadi sepanjang 5km lebih itu api. Duh serem pokoknya huhu

    BalasHapus
  20. kalau aturan sudah ada berarti pemerintah daerahnya yang perlu menegakkan aturan itu ya, semoga saja lahan gambut di Indonesia tetap lestari ya...

    BalasHapus
  21. wah baca artikel ini saya jadi banyak banget ilmu tentang lahan gambut ini, semoga dengan ilmu ini saya jadi lebih aware terhadap lingkungan sekitar khususnya berkaitan dengan lahan gambut ini

    BalasHapus
  22. Nyatanya saat ini lahan gambut banyak difungsikan untuk hal yang bukan fungsinya ya Kak. Bahkan hutan gambutnya banyak dibakar.

    BalasHapus
  23. Laham gambut tuh emang penting banget yaaaa.. Apalagi ekosistem di dalamnya, sayang banget kalo mesti rusak karena pembakaran yang tidak bertanggung jawab yaaa.. huhu

    BalasHapus
  24. Begitu pentingnya yah lahan gambut ternyata. Lahan gambut rusak bisa merusak ekosistem. Yah kita bisa menjaga lahan gambut sesuai kapasitas masing2 agar kehidupan flora fauna tetap terjaga

    BalasHapus
  25. Kita jangan sampai merusak lahan gambut, ya. Saya baru tau nih, ternyata lahan gambut menyimban kadar karbon yang besar. Bisa kebayang sih, memang mudah terbakar dan berpengaruh terhadap iklim kita.

    BalasHapus
  26. Di Kalimantan banyak lahan gambut, sebagian saat dibangun rumah pondasinya harus kuat pakai kayu ulin gitu dan ternyata sekarang harus dilindungi ya

    BalasHapus
  27. Sering liat di tv kalau kebakaran lahan gambut, dan itu memadamkan nya butuh waktu cukup lama, udara tercemar karena kabut asap.
    Semoga kita semua semakin perduli dan sadar kalau lahan gambut itu memberi manfaat yang luar biasa dalam kehidupan.

    BalasHapus
  28. Sering liat di tv kalau kebakaran lahan gambut, dan itu memadamkan nya butuh waktu cukup lama, udara tercemar karena kabut asap.
    Semoga kita semua semakin perduli dan sadar kalau lahan gambut itu memberi manfaat yang luar biasa dalam kehidupan.

    BalasHapus
  29. Wah baru tahu lho mba ternyata lahan gambut begitupenting untuk kehidupan kita jadi harus benar benar dilindungi dan dijaga ya

    BalasHapus
  30. Di Riau Lahan Gambut cukup banyak dan memang butuh penangan khusus yaaa

    BalasHapus
  31. Kalau begitu, lahan gambut ini termasuk lahan subur ya kak?

    Tapi karena proses penguraian lama, butih kesadaran masyarakat juga untuk melestarikannya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower