Pengalaman Anak Usia 3 dan 5 Tahun Khitan

1 comment

Ketika mempunyai anak laki-laki, pasti akan mikir tentang sunat, metode sunat, dan kapan enaknya sunat atau khitan? Aku yang punya dua anak laki-laki sempat belum punya bayangan kapan harus sunat. Tapi aku sudah punya rencana nanti dua anakku akan disunat bersama-sama.


Membujuk anak agar mau khitan atau khitan

Tidak semua anak mau menerima tawaran di khitan, termasuk anakku. Mungkin semua bermula dari orang2 yang menakut-nakuti anak kecil kalau nakal akan disunat atau dipotong. Dan itu membuat anak kecil akan membayangkan betapa mengerikannya di khitan. Ketika orang tua mengajak anak dikhitan, si anak langsung marah-marah, nangis-nangis dan mungkin bisa sampai ngamuk-ngamuk. Itu terjadi pada anakku.

Suatu ketika ada program sunat gratis yang diselenggarakan Rumah Sakit Universitas Islam Malang (Unisma). Aku mencoba kontak nomor yang tertera. Sebenarnya aku ingin tahu pakai metode apa. Aku nggak mau kalau pakai khitan konvensional (bukan laser) karena repotnya pasti double. Kalau kata suami sih pastinya laser. Tapi narahubung malah meminta data anakku. Lah, tanpa pikir panjang langsung aku isi aja. Akhirnya aku masuk grup whatsapp khusus orang tua peserta khitan. Belum ada jawaban tuh pakai metode khitan apa. Pikirku, kalau bukan laser aku masih bisa mengundurkan diri H-3 acara. Tak lama, dijawab metodenya laser. Alhamdulillah. Aku kabarilah keluarga di Malang kalau Raceqy dan Ghalib akan khitan hari sabtu. Utinya senang banget. Dampai dibelikan sarung, baju baru dan sandal baru. haha.


Beritahu alasan khitan pada anak

Awalnya, Raceqy teriak, marah dan nangis ketika aku bilang Raceqy mau dikhitan. Oiya, karena dia marah-marah kalau aku bilang sunat atau khitan akhirnya aku bilang 'dibersihkan' ujungnya biar tidak sakit. Dia tetap tidak mau dan jerit-jerit. Dia meminta kalau tidak mau dibersihkan. Aku nggak menjawab. Sepertinya dia sudah tahu kalau dikhitan itu sama dengan dibersihkan. Sementara adiknya biasa saja. Mungkin karena masih 3 tahun jadi dia belum tahu apa-apa.

Aku coba segala cara untuk membujuk anakku dikhitan. Aku bilang kalau orang muslim itu harus dikhitan. Khitan dapat membedakan orang muslim dan non muslim. Khitan itu wajib bagi anak laki-laki. Tapi ya namanya anak kecil mana ngefek kalau dikasih alasan abstrak begitu.

Pada akhirnya, aku jelaskan sampai urat leher rasanya mau copot. Aku bilang, kalau tujuan dibersihkan ujungnya (maksudnya khitan) adalah agar tidak ada kuman yang berkumpul di bagian ujung lias untuk mencegah penyakit. Oiya, sebelum khitan anakku pernah mengalami sakit saat pipis dan sering sakit perut. Aku bilang aja kalau kuman di ujung titit bisa membuat sakit di perut dan saat pipis juga sakit. Dan itu kuulang-ulang terus. Bahkan sampai kutunjukkan kuman di internet. Kutunjukkan pula penyakit-penyakit yang mungkin muncul ketika tidak dikhitan.

Terus aku cerita kalau omnya pernah terkena hernia terus dikhitan sekalian. Eh, entah kenapa malah dianggap gara-gara nggak dikhitan malah kena hernia. wkwkwk. Mungkin karena aku ceritanya dari penyakit dulu makanya dianggap begitu.

Tapi baguslah, akhirnya anakku diam dan mau dibersihkan alias dikhitan. Aku juga mengiming-imingi makan es krim setelah dikhitan karena kupikir setelah khitan laser anak masih bisa jalan-jalan. Nyatanya. wkwkwk.


Proses khitan gratis

Ketika tiba di RS Unisma sekitar jam setengah 10, aku kira sudah langsung dipanggil mengingat aku juga datang terlambat. Peserta khitan dibagi menjadi dua gelombang untuk menghindari terjadinya kerumunan. Gelombang pertama jam 7 pagi sedangkan gelombang kedua jam 9 pagi.

Setelah mengisi presensi, di gedung lantai 6 aku dan anak-anak menunggu dipanggil bersama peserta gelombang kedua lainnya. Sekitar 20 menit menunggu akhirnya semua peserta disuruh ke lantai 7. Beberapa peserta sudah dipanggil. Suara jerit tangis anak-anak begitu terdengar. Aku khawatir jika anakku terpengaruh dan ikut menangis. Jadilah tantenya yang ikut menemani mencoba mengajak ngobrol. Haha. Sementara aku merasa deg-degan. Sudah kebayang yang nggak-nggak. Kebayang dua anakku nangis jerit-jerit.

Akhirnya dikasih nonton Youtube Upin Ipin. Haha. Solusi terakhir. Nama anakku dipanggil karena dua bersaudara dikasih satu ruang yang sama dan diberi urutan terakhir. 

Pas masuk kamarnya, anakku kedua mulai nempel ke ayahnya nggak mau dilepas. Sementara aku membujuk Raceqy untuk naik di tempat tidur. Awalnya dia nggak mau. Malah minta Upin Ipin akhirnya dikasih deh. Dia tidur sambil nonton Upin Ipin. Ketika dibuka celananya pun tidak protes. Bahkan sampai selesai dikhitan dia tidak menangis, tidak menjerit atau menunjukkan reaksi berlebihan. Kekhawatiranku nggak terjadi. 

Ketika Ghalib yang mau ditidurkan, dia menangis menjerit minta gendong. Nendang-nendang pula. Duh, aku mulai pusing. Mau tidak mau dengan segala upaya dan mengerahkan orang banyak, anakku berbaring dengan sangat terpaksa dan masih menangis. Ditawari nonton Upin dan Ipin pun juga nggak mau. Sepanjang dikhitan, aku memegang tangan. Sementara ayahnya mencoba membujuk. Kutahu suami pasti nggak tega ngelihat si Ghalib mengeluarkan air mata menangis sedih.

Sepanjang dikhitan aku pun nggak berani melihat. Yang aku lihat alat laser, suntikan, dan benang berseliweran di depanku. Ternyata meski dilaser, tetap saja dijahit. Dan jahitan itu yang cukup lama dibersihkan. Sekitar 15 menit akhirnya selesai juga prosesnya. Ghalib dipakaikan celana khusus khitan yang ada tempurungnya. Lumayan untuk menghindari gesekan pada luka. 

Khitan Anak 5 Tahun
Ketika Raceqy selesai khitan


Waktu yang tepat untuk khitan anak

Sebenarnya menurut Islam sendiri, tidak ada batasan usia khitan. Bisa saat bayi, balita atau pas anak-anak. Aku sebenarnya juga tidak ada patokan dan nggak ada bayangan kapan anakku khitan. Tapi karena ada khitan gratis mungkin inilah waktu yang tepat. 

Menurut pengalamanku, khitan sebaiknya dilakukan ketika anak sudah bisa bilang buang air kecil atau buang air besar sendiri. Kalau nggak sekalian masih bayi baru lahir saja. Kenapa? Karena meskipun laser, anak masih perlu penyesuaian dengan jahitan setelah laser. Lukanya masih terasa dan tidak boleh kena air sekitar seminggu. Anakku Ghalib jadi sering ngompol sembarangan dan nggak mau pipis di kamar mandi. Mungkin dia takut kalau airnya kena bagian lukanya. Tapi kalau sudah bisa ngomong seperti Raceqy lebih enak nggak perlu ngepel sering-sering. Ghalib juga sudah nggak mau dipakaikan popok jadi agak susah kalau diajak jalan jauh. hiks. Pernah sedikit kotorannya jatuh di keset dan pada ngga tahu. Ngertinya pas aku masuk kamar dia berdiri di pojokan sambil berekspresi mau buang air besar. Langsung aku bawa ke kamar mandi. Beruntung aku nggak menginjak keset. 


Hal yang dilakukan setelah khitan

Berjalan sebentar

Setelah khitan, saat bius habis, anakku menangis karena merasa sakit. Mau pipis saja nangis teriak-teriak dulu. Takut kesakitan. Mau buang air besar juga takut padahal kan nggak kena depannya. Bawaannya tidur-tidur saja di kamar sambil nonton film di ponsel. Tapi pas saudaranya datang dia langsung main-main meski jalannya sedikit kesulitan. Dokter menyarankan memang tidak boleh banyak gerak tapi tetap harus bergerak sedikit seperti berjalan ke depan kamar dan kembali lagi.

Tidak boleh dikasih minyak tawon

Orang dulu bilang biar lukanya cepat kering harus dikasih minyak tawon, sementara dokternya melarang karena kasihan akan kepanasan. Beberapa orang tua malah dikasih macam-macam, seperti saleb atau obat apa gitu tapi aku tidak berani. Cukup rutin minum obat dari dokter.

Makan apa saja

Beberapa orang tua menganggap khitan seperti habis operasi caesar jadi pantang makanan tertentu. Bahkan ada yang merasa hasil jahitan khitan tidak cepat kering karena sering makan sup atau berkuah. Kata dokter justru nggak pengaruh. Dimakan saja semua tanpa pantangan. Itu mitos saja sepertinya.


Tidak boleh terkena air

Nggak banyak yang kulakukan setelah anak khitan. Paling-paling tidak boleh kena air dulu sampai seminggu, tidak boleh mandi, minum obat dan makan apa saja. Jadi ketika buang air bersih cukup dibersihkan pakai tisu.

Sebenarnya aku risih sendiri melihat anakku nggak mandi karena kulit terasa lengket atau pliket. Jadi tetap aku mandikan di hari ketiga dengan cara tertentu, seperti membasuh dan memberi sabun pada paha dan kaki, bagian punggung, pantat, dan tangan. Sementara bagian dada depan dan perut aku basuh dengan air dan sabun sedikit dan pelan-pelan. 

Kontrol setelah khitan

Sebenarnya ada yang merasa tidak perlu khitan karena sudah kering jahitannya. Padahal ketika kontrol itu dokter akan melihat lebih detail apakah lukanya sudah kering atau sedikit lagi kering. Biasanya dokter juga akan menyarankan sesuatu saat kontrol, seperti mandi air hangat ketika lukanya sudah kering (waktu itu dokternya bilang hari sabtu). Dokternya bilang sudah mulai kering jangan dikasih air dulu. Hari sabtu sudah boleh mandi dengan berendam air hangat. Tapi hari sabtu sekarang aku masih belum berani memandikan berendam air hangat. Katanya anak-anak kadang masih sedikit sakit kalau dibersihkan dengan tisu. Kadang muncul darah sedikit. Alhamdulillah obat habis sudah nggak kelihatan lukanya. Cuma Raceqy belum berani lepas celana khitannya. Haha.


Bersyukur banget bisa ikutan khitan yang diadakan Unisma dalam rangka Harlah NU. Mungkin kalau tidak begitu, aku malah menunda-nunda mengkhitankan anak. 


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

1 komentar

  1. Sama.. Pas aku dmapingin khitan massal..anak2 dialihkan liat video heheh..
    Lumayan membantu tuh video

    BalasHapus

Follower