Bila Kau Lelah Dengan Panasnya Hari, Datanglah Kemari!

34 comments
Sebenarnya panas bukan sesuatu yang menyebalkan buatku. Karena aku memang terlahir di daerah tropis. Di Samarinda yang panasnya bikin kulit semakin gelap, aku tinggal bertahun-tahun lamanya.

Kemudian, aku sempat menikmati tinggal di Tanjung Redeb, Kalimantan Utara. Kota yang tidak jauh dengan Pulau Derawan dan Maratua yang terkenal itu. Bersyukurlah aku pernah tinggal di sana karena aku bisa menikmati perjalanan 15 jam naik bis kecil sempit nan pengap tanpa AC menerobos hutan-hutan Kalimantan.

Setelah itu, aku pindah ke kota yang makin ke utara yaitu Tarakan, pulau dekat perbatasan Malaysia. Jika di Samarinda terbiasa dengan Mall, maka di Tanjung Redeb dan Tarakan bukan sesuatu yang biasa. Mall tak ada sama sekali. Tempat rekreasi di sana hanyalah berupa alam.

Yang begitu teringat di kepalaku adalah aku dan adikku menjelajah pulau Tarakan. Kami menjelajah hutan Mangrove, Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Tarakan.

Betapa senangnya karena aku menemukan pemandangan baru yang tak pernah aku lihat. Sekelompok bekantan berhidung besar dan berbulu pirang berkumpul sambil makan pisang yang sudah disediakan oleh penjaga. Aku takjub karena baru kali itu melihat Bekantan hidup bebas di kawasan konservasi itu.

Bekantan Mangrove Tarakan
Bekantan di Mangrove Tarakan


Kita tahu sendiri Bekantan ini hewan yang langka dan terancam punah karena hutan bakau tempat mereka tinggal dan sumber pangan Bekantan juga banyak yang rusak akibat aktivitas manusia.

Jika kalian pernah lihat maskotnya Dufan berhidung besar, maka itulah Bekantan. Hutan mangrove benar-benar membuat mereka begitu nyaman tinggal di sana.


Pantai di Tarakan
Pantai di Tarakan

Setelah mengunjungi Hutan Mangrove di pinggir kota, kami pergi ke pantai yang masih asri dan jauh dari tempat kami tinggal. Pasirnya masih putih. Tidak ada aktivitas manusia di dalamnya. Hanya ada kapal nelayan yang bersandar. Sedangkan aktivitas nelayan tak terlihat di sana.

Bukit Bangkirai Balikpapan


Ketika pindah ke kota pesisir di Balikpapan, aku suka mengunjungi pantai dengan anginnya yang sepoi-sepoi. Sesekali, aku dan keluarga mengunjungi kawasan wisata Hutan Bangkirai, Samboja, Kaltim yang dikelola oleh kantor tempat kerja bapakku dulu. Perjalanan antar kota lebih didominasi pemandangan hutan.

Bukit Bangkirai Balikpapan


Meski jalanan jelek, tidak mengubah mood bahagiaku ketika melihat banyak pepohonan. Begitu sampai Bukit Bangkirai, aku dan keluarga masih harus berjalan melewati hutan-hutan untuk sampai ke Bukit Bangkirai. Hanya ada jalan tanah saja. Terkadang kami harus melewati pohon yang roboh.

Semua lelah dan ketakutan saat menaiki menara pohon Bangkirai yang tinggi itu hilang ketika kami sampai di atas menara. Kami menyeberangi jembatan tajuk yang bergoyang. Meski agak takut, aku sampai juga di ujung jembatan. Ada sekitar 5 jembatan kayu yang menghubungkan satu pohon Bangkirai ke pohon Bangkirai lainnya. Usia pohon ini sudah ratusan tahun loh. Tapi masih kokoh berdiri.

Canopy Bridge Bukit Bangkirai Balikpapan


Bangkirai (Shorea laevis) merupakan pohon Kalimantan yang biasanya digunakan untuk membangun hunian. Kayu Bangkirai sama kuatnya dengan kayu Jati meskipun lebih berat. Tinggi pohonnya bisa sampai 40an meter. Kalau di Malaysia namanya kayu Balau.

Bayangkan saja kita menaiki tangga sampai 30an meter ke atas. Tapi semua terbayarkan ketika melihat hutan hujan tropis dari ketinggian pohon Bangkirai.

Selama tinggal di Kalimantan, pemandangan hutan adalah hal yang biasa bagiku. Semenjak melanjutkan sekolah ke Malang yang lebih sejuk, aku sudah jarang melihat hutan. Kalaupun ingin berwisata alam aku harus pergi jauh dari tempat tinggalku, seperti kebun raya Purwodadi, waduk, air terjun ataupun pantai.

Penat dan bosan sering menghampiri ketika melihat banyaknya bangunan tinggi lebih mendominasi pandangan mata ketika ingin refreshing.

Beberapa kali aku mengajak suami untuk jalan-jalan ke hutan mangrove yang ada di Surabaya. Sampai sekarang pun belum kesampaian. Tapi setidaknya sedikit terhibur ketika mengunjungi Taman Flora yang banyak dengan pepohonan.

Baru-baru ini, aku mengunjungi Hutan Pinus Mangunan yang begitu sejuk dan sudah dikelola dengan baik. Tak perlu lagi takut tergelincir karena telah dipasang kayu-kayu untuk berjalan sehingga semua usia bisa berkunjung ke sana. Udara yang segar seolah membuang semua rasa suntuk selama ini.

Hutan Pinus Mangunan
Hutan Pinus Mangunan (dokumen pribadi)


Tak hanya itu, liburan ke rumah orang tua di Sragen kusempatkan bersepeda setiap hari melewati sawah-sawah yang terbentang hijau dan begitu menyegarkan mata.

Apa sih manfaat wisata alam?

Aku merasa setiap wisata alam aku merasa lebih segar dan happy, meski kadang capek karena perjalanan yang jauh dari tempat tinggal. Hanya saja setidaknya kerinduanku dengan alam terbayarkan.

Beberapa manfaat wisata alam yaitu mengurangi stres, memengaruhi kesehatan mental, meningkatkan fokus dan memori.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa seorang pasien pulih lebih cepat ketika melihat pepohonan dari jendela kamar. Tak hanya itu, seseorang yang tinggal di apartemen dengan jendela menghadap ke taman lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu dibanding menghadap ke bangunan. Bahkan penduduk yang terus-terusan berada di lingkungan yang memiliki kebisingan tinggi akan mudah tersinggung, gangguan mental dan perilaku impulsif. Bahkan anak-anak yang tinggal dikelilingi oleh alam cenderung memiliki masalah perilaku yang sangat sedikit dan lebih fokus dalam mengerjakan tugas mereka.

Resiko gangguan kejiwaan (depresi atau kecemasan) akan berkurang ketika hidup di lingkungan yang penuh dengan pepohonan.

Bahkan di Amerika sendiri, untuk mengurangi obesitas, masyarakatnya diminta untuk berwisata ke alam, seperti ke taman nasional, pantai, kolam pemancingan, air terjun, dan lain-lain. Mereka diminta untuk melawan gaya hidup “di rumah saja” agar kesehatan mereka tetap terjaga.

Alam bisa meningkatkan kinerja otak kita dari segala kepenatan di daerah perkotaan. Jadi ketika kalian lelah dengan segala aktivitas kalian, cobalah untuk sering-serung mengunjungi alam kita yang indah ini.

Tempat-tempat untuk menenangkan hati

Tempat-tempat menenangkan hati memang bisa kita eksplorasi di kota kita sendiri. Kalian bisa pergi ke hutan kota atau pantai jika ada pantai tak jauh dari kota kalian. Pergilah ke waduk, sawah, air terjun atau pegunungan jika memang bisa dijangkau oleh kalian. Datanglah ke tempat-tempat yang penuh dengan pepohonan.

Namun, bagaimana kalau tempat-tempat itu mulai rusak?

Apakah kita bisa menikmati hijaunya pepohonan ketika semua ditebang? Apakah kita bisa melihat langitnya biru ketika polusi udara mendominasi langit?

Dampak deforestasi

Sebenarnya, penebangan pohon sudah semakin merajalela. Di Kalimantan sudah banyak pohon-pohon ditebang sebagai dampak dari urbanisasi. Kebakaran hutan pun cukup sering terjadi. Deforestasi semakin merebak. Polusi udara meningkat.

Pengertian deforestasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi area hutan menjadi fungsi lain, seperti area pertanian, urbanisasi, kegiatan penambangan, dan lain-lain dengan cara penebangan pohon atau pembakaran hutan.

Menurut FAO, pertanian merupakan sektor terbesar (80%) yang menjadi penyebab deforestasi. Selanjutnya, pembangunan infrastruktur menjadi penyebab terjadinya deforestasi sebesar 10%. Peningkatan populasi atau urbanisasi juga berkontribusi pada berkurangnya area hutan sebesar 5%.

Dampak deforestasi sangat berpengaruh pada ekosistem alam, biodiversitas, dan iklim.

Dampak deforestasi pada biodiversitas

Dengan merusak hutan, maka ekosistem hutan akan rusak, membuat ketidakseimbangan alam, dan kehidupan flora fauna di dalamnya akan terancam.

Dampak deforestasi pada kehidupan masyarakat lokal

Hutan-hutan di dunia mendukung kehidupan 1,6 miliar masyarakat lokal yang tinggal di dalamnya. Masyarakat lokal sangat tergantung dengan sumber daya yang ada di hutan.

Jika hutan rusak, maka kehidupan masyarakatnya juga akan terancam. Mereka tak bisa hidup mengandalkan hutan lagi dan harus mencari penghidupan di luar hutan yang mungkin tidak bisa membuat mereka bertahan hidup.

Dampak deforestasi terhadap ketahanan pangan masa depan

Dengan adanya penggundulan hutan tentu saja akan mengakibatkan erosi tanah yang mempengaruhi produksi pangan. Dengan produktivitas tanah yang rendah akan membuat penurunan hasil produksi bahan pangan dan dapat menyebabkan rendahnya ketahanan pangan. Tentu saja, ketika jumlah pangan dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan penduduk akan rentan terjadi kelaparan massal.

Dampak deforestasi terhadap bencana alam

Penggundulan hutan yang terjadi bisa menyebabkan tanah tanah dan banjir. Ketika hutan masih ada, air biasanya akan langsung terserap tanah. Namun, ketika hutan gundul, air tidak langsung meresap ke dalam tanah tapi mengalir melalui permukaan tanah. Tanah-tanah tersebut ikut terbawa air hingga terjadi longsor dan banjir di bagian hilir.

Dampak deforestasi terhadap perubahan iklim

Yang paling parah, deforestasi bisa menyebabkan perubahan iklim. Panas dari matahari tidak bisa terserap ke dalam tanah tetapi langsung terpantul dan kembali ke lapisan ozon sehingga menyebabkan panas di atmosfer semakin meningkat. Peningkatan pemanasan global ini yang akan berpengaruh pada kehidupan manusia dan spesies lain di dalamnya.

Jika hutan tak ada, kita akan terus mengalami cuaca yang panas. Seperti lagunya Laleilmanino bahwa jika kalian lelah karena panasnya hari maka segeralah datang ke tempat-tempat yang masih banyak berdiri pepohonan, seperti hutan.

Dampak deforestasi terhadap kesehatan

Deforestasi yang dilakukan dengan pembakaran hutan akan menyebabkan kualitas udara memburuk. Polusi udara ini tak hanya membuat langit menjadi kelabu tetapi juga membuat kesehatan manusia memburuk seperti terjadinya ISPA.

Bila Kau Jaga Aku, Aku Jaga Kau Kembali

Kalau kita baca dampak deforestasi, sebenarnya apa yang kita lakukan toh akan kembali pada diri kita lagi.

Ketika kita menjaga kehidupan hutan, secara tidak langsung hutan juga kita akan terhindar dari kelaparan, bencana alam, dan penyakit pernafasan. Ketika kita jaga lingkungan, kita juga yang merasakan dampak positifnya.

Salah satu lirik dari Laleilmanino yang judulnya Dengar Alam Bernyanyi yaitu:

“...Bila Kau Jaga Aku, Aku Jaga Kau Kembali...”

Menurutku, lirik itu benar banget.

Ketika kita nggak jaga hutan, pohon ditebang saja dimana-mana, coba lihat pasti daerah sekitarnya akan mengalami banjir dan tanah longsor. Perubahan iklim juga memberi dampak pada kehidupan kita.

Ketika aku berkunjung ke Samarinda sekitar tahun 2014, tempat aku lahir dan dibesarkan, aku banyak sekali melihat perbukitan-perbukitan yang gundul di pinggir kota Samarinda terutama dekat sekolah SMA ku.

Kata temanku, kalau dulu depan SMA masih jarang banjir, sekarang malah banjir. Di bawah flyover ke jembatan kembar Samarinda dulu nggak pernah banjir, sekarang malah sering banjir meskipun tidak lama. Daerah Suryanata dan Simpang Tiga Kadrie Oening Samarinda sekarang lebih sering banjir meskipun cepat surut. Padahal jaman aku sekolah SMA sekitar tahun 2003 daerah tersebut belum banjir seperti sekarang.

Daerah Tenggarong saja, tempat keluargaku, sekarang sudah langganan banjir padahal dulu masih hijau. Masih belum ada Mall. Akibat di daerah hulu pohon-pohon banyak ditebang.

Jadi sebenarnya ya kita sendiri yang merasakan dampaknya dari perbuatan kita juga.

Bagiku berdiri di antara pepohonan itu begitu menyenangkan. Hutan yang menjadi paru-paru dunia kenapa harus dihancurkan. Betapa segarnya ketika menghirup udara yang dikelilingi oleh pepohonan. Betapa menyenangkannya melihat langit biru tanpa polusi. 

Lirik lagu Laleilmanino membuatku seolah kembali ke masa kecil yang masih begitu dekat dengan hutan.

“...Pandanglah indahnya biru yang menjingga. Simpanlah gawaimu hirup dunia. Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada. Dengar alam bernyanyi…”

Karena dengan memandang pepohonan, moodku lebih terjaga karena suasana hati begitu bahagia merasakan sejuknya udara hutan, tingginya pepohonan, dan hijaunya tanaman yang terbentang luas.

Lagu Dengar Alam Bernyanyi dari Laleilmanino ini merupakan ajakan untuk melihat bumi dari sebuah lagu dan untuk menjaga hutan agar perubahan iklim bisa dihindari.
Dengar Alam Bernyanyi Laleilmanino


Yuk, teman-teman dengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi dari Laleilmanino di Spotify atau Youtube.

Kalau kalian mendengarkan lagu ini, itu sama saja kalian menyumbangkan sebagian royalti musik untuk konservasi dan restorasi hutan adat di Kalimantan.

Begitulah kisahku dengan hutan. Ketika aku lelah dengan panasnya haru, memang aku lebih memilih untuk mengunjungi wisata alam yang banyak pepohonan. Lebih sejuk dan menyenangkan hati dan mata.

Kalian punya kisah tentang hidup berdampingan dengan hutan? Kalau kalian sedang lelah, apakah kalian akan mengunjungi wisata alam? Atau memilih wisata buatan?


Salam natural,


Lita
#EcoBloggerSquad





Referensi:

https://youmatter.world/en/definition/definitions-what-is-definition-deforestation-causes-effects/

https://m.liputan6.com/lifestyle/read/4729760/keunikan-kawasan-konservasi-mangrove-dan-bekantan-di-kota-tarakan

https://www.tentangkayu.com/2009/08/kayu-bangkiraiyellow-balau.html?m=1

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

34 komentar

  1. Saya juga sangat suka wisata alam, Mbak. Waktu tinggal di kebumen, saya bisa seminggu 3 kali menjelajah wisata di sana. Dari pantai, gua, bukit sampai batu purba. Nah, baru bulan di Depok, saya sudah pengin sekali ngebolang lagi hahaha. Seperti cerita Mbak Lita. Walau di Tarakan (dulu) tidka ada mall, tapi bisa lihat bekantan langsung.
    Jadi memang agar alam terus bisa dinikmati, harus kita jaga dan lestarikan.

    BalasHapus
  2. Senangnya kalau masih banyak hutan begini, ya. Oksigen merata untuk melepas penat dan paru-paru dunia tetap bernapas.

    BalasHapus
  3. Aku sependapat dengan kakak. Bahwa ketika kita penat dengan aktifitas harian. Kita bisa bersenang-senang dengan menyaksikan keindahan alam. Entah itu pepohonan yang rindang. Atau ombak yang berkejaran di pantai.

    BalasHapus
  4. Selain penghasil batu bara, Kalimantan memang terkenal dengan hutannya yaa Mbak. Saya belum pernah menginjakkan kaki di Kalimantan, tapi dengar cerita dari teman-teman yang domisili disana, hutan-hutannya banyak sebagai tempat wisata.

    BalasHapus
  5. Wisata alam itu gak hanya merenungi ciptaan Tuhan, tetapi juga jadi pengingat agar kita bisa menjaga kelestariannya

    BalasHapus
  6. Sukaak dengan lagunya kak Lita. Semoga tidak ada lagi kebakaran hutan maupun penebangan liar yaa.

    Kakk Lita aku pernah ke Tarakan, Tanjung Redeb aku pernah kesana dan punya temen juga disana, balikpapan juga, kak cobain camping di bukit embun seruu lho.

    (Gusyi yenifamtrip)

    BalasHapus
  7. Aku dengerin lagu ini bolak balik rasanya nyess banget di hati tapi juga bisa bangkitkan semangat di pagi hari pas memulai aktivitas. Biar ngga ngeliatin hape terusss hahahaha

    BalasHapus
  8. alam semakin panas. kudu banget menjaga lingkungan supaya tetap terjaga dan bisa merasakan alam yang indah dengan udara segar. Kita harus saling mengingatkan agar alam dapat terjaga dan dinikmati bersama

    BalasHapus
  9. Sy lebih suka healing keair terjun atau pegunungan kak.. Hati berasa adem & nyaman is the best..

    BalasHapus
  10. Dampak deforestasi memang sudah kita rasakan saat ini.
    Sehingga banyak langkah yang kita bisa lakukan bersama untuk mempertahankan kondisi bumi dan semoga bisa memperbaiki. Dengan bernyanyi bersama Lagu "Dengar Alam Bernyanyi" bisa kembali menyalakan semangat menjaga lingkungan bersama dengan cara yang riang.

    BalasHapus
  11. aku kepengin loh masuk ke hutan di kalimantan, mba. dulu pernah lihat ayahku foto2 di sana, keinget banget dan kurasa menyenangkan. unik dan seru yaa..

    BalasHapus
  12. Jadi inget nih pas jalan-jalan ke Balikpapan beberapa tahun lalu, emang panas banget kota pesisir satu itu. Aku jadi pengen lebih menjelajah alam-alam dan hutan di Kalimantan deh kak, semoga makin banyak kegiatan konservasi hutannya agar abadi

    BalasHapus
  13. Paling seneng memang wisata alam tuh, karena bisa merasakan udara yg masih segar ya.. semoga hutan di Indonesia tetap lestari ;)

    BalasHapus
  14. Manfaat pohon dan hutan memang sangat besar. Saya pun tinggal di tempat yang banyak pohon dan hutan. Sebagian besar milik perhutani. Ada plus minusnya sih. Karena milik perhutani jadi hutan ini nggak bisa dijadikan permukiman warga sehingga pohon tetap Banyak dan menyumbang oksigen. Minusnya ya keadaan jalan yang melewati hutan biasanya minim penerangan jadi lumayan ngeri jika lewat di sana malam hari. Mudah2an ke depan banyak lampu jalan di dekat hutan2 ini.

    BalasHapus
  15. kita harus bisa membantu menghentikan deforestasi yang semakin masiv, sebagai anak Kalimantan, langsung merasakan langsung dampaknya. Makanya diriku seriing menyuarakan dukungan buat terus melakukan penghijauan. Ngga bisa ditunda sih campaign dan gerakan penghijauan ini

    BalasHapus
  16. Kalau aku dalam pikirannya yang namanya wisata itu ya ke alam seperti gunung dengan hutan hijau dan lebatnya, pantai dengan pasir dan ombaknya. Rasanya jiwa jauh lebih fresh setelah wisata alam. Semoga hutan yang masih tersisa tetap terjaga baik hingga nanti.

    BalasHapus
  17. Ke Kalimantan aku baru sampai Balikpapan. Belum explore hutan di Kalimantan deh. Udara segar kalau wisata alam meman engga ada duanya deh. AC Mall aja kalah...

    BalasHapus
  18. Akuuu sukaa lagunyaa Dengarlah Alam Bernyanyi, aq putar putar terus sama buat backing musik video famtrip yg berlatar keindahan alam indonesia.

    BalasHapus
  19. Saya juga suka berwisata alam. Rasanya senang melihat pepohonan, air terjun, sawah, gunung. Bikin adem pikiran dan hati.

    BalasHapus
  20. Waktu SMU study tour ke hutan wisata rasanya tuh seneng, dan bikin Deket dengan alam. Semoga ya hutan kita terus terjaga kelestariannya

    BalasHapus
  21. Sayangnya sejak pandemi saya sudah nggak pernah wisata alam. Bali juga semakin banyak bangunan. Padahal kangen juga bisa menikmati alam.

    BalasHapus
  22. setuju ya, kalau kita jaga hutan, maka hutan pun akan menjaga kita, gak ada banjir, gak ada longsor karena pohon-pohon bisa menyerap air dengan baik.
    wisata alam jauh lebih segar dong dibanding buatan, bisa berkunjung ke wisata alam itu menyenangkan, apalagi jelas gak butuh banyak biaya yang harus dikeluarkan.

    BalasHapus
  23. Eh senang banget lho bisa main ke hutan yang masih asri itu. Banyak yg bilang capek, padahal di sana kita bisa jumpa udara bersih. Bayangkan udara bersih itu kan susah didapat dalam kehidupan di perkotaan. Daripada bayar rumah sakit, saya sih mending main ke hutan aja

    BalasHapus
  24. Cakep banget hutan pinusnya. Semoga tetap terjaga lestari, gak kena pembabatan hutan. Aku jadi pengen main ke hutan nih.

    BalasHapus
  25. Wisata alam sudah menjadi wisata favorit keluarga saya, Mbak. Alhamdulillah meskipun hidup di Ibukota dengan godaan aneka pusat perbelanjaan, tapi anak2 tetep lebih suka main di alam. panas, keringat, lelah, tapi ujungnya selalu lebih seru dan fresh jiwa raga.

    BalasHapus
  26. Hutan Indonesia memang sangat kaya dengan keanekaragaman biodiversitasnya. Dan sangat disayangkan sekali bila manusia memanfaatkannya dengan cara berlebihan. Sungguh indah lagu "Dengar Alam Bernyanyi" yang liriknya indah menyentuh kalbu agar kita sebagai manusia sadar bahwa tidak bisa hidup tanpa adanya alam dan hutan yang indah.

    BalasHapus
  27. Aku timnya yang juga suka wisata alam mbak. Karena lebih plong bisa menghirup udara segar. Apalagi kalau alamnya masih alami banget.

    Dari dulu aku penasaran sama kota Tarakan, karena dekat dengan wisata Kakaban, jadi sering disebut teman juga

    BalasHapus
  28. di sini adanya hutan pinang. seru kali ya kayak di ig liat pada main ke hutan.

    BalasHapus
  29. Waaah, mba Lita suka ngebolang juga ya. Seru bisa bersentuhan dengan alam, dan memang terbukti sering-sering grounding (bersentuhan dengan tanah) bagus buat imun tubuh. Itu foto hutan pinus Mangunan keren banget mbaaa....

    BalasHapus
  30. Aku baru sekali ke kalimantan. Tepatnya Tanjung Puting, Kalimatan Tengah. Ngeliat orangutan hidup bebas di hutan, bergelantungan bebas di atas pohon. Seru banget. Jadi pengen ke sana lagi.

    BalasHapus
  31. Saya juga lebih suka wisata alam, misalnya duduk di taman terasa lebih healing daripada jalan ke mall

    BalasHapus
  32. Wisata alam seperti ini memang menyenangkan. Bisa melepaskan lelah dan resah. Healing banget lah pokoknya.

    BalasHapus
  33. Bener banget. Alam selalu jadi tempat terbaik untuk mengobati penat. Rasanya kayak lepas semua beban gitu mbak.

    BalasHapus
  34. Salah satu kota yang ingin ku kunjungi.. Btw kapan Lita k kalimantan?

    BalasHapus

Follower