Proses Ganti Kacamata Pakai BPJS

7 comments
Sejak SMA, belum pernah ganti kacamata (lensanya juga). Sekarang lerasa banget kalau frame sudah nggak jelas miring-miring karena sering keinjak, ketindihan badan, sampe ditarik-tarik si kecil sampai patah tu gagangnya. Mau ganti itu males, udah kadung jatuh hati soalnya, hehe. Tapi kalau malam kadang masih nggak jelas kalau lihat tulisan pada jarak tertentu.

Pernah nyoba pakai lensa kontak udha disesuaikan sama minusnya tapi kok malah bikin pusing, terus nggak nyaman.

Nah, gara-gara itu jadi terbayang kalau ganti lensa kacamata apa bikin kepala pusing?

Akhirnya aku ke dokter mata di RSUB Malang buat ganti kacamata dengan memanfaatkan BPJS. Padahal sih malas banget soalnya prosesnya lumayan bikin capek.


Prosesnya pun agak panjang. Aku harus ke dokter umum yang jadi faskesku untuk minta surat rujukan ke dokter mata. Kebetulan dokterku itu di rumah sakit yang nggak jauh dari rumah.



Pas ke RSUB ternyata dokternya pindah ke poliklinik UB di kampus. Setelah di sana, mendaftar, menunggu hampir 1 jam, terus akhirnya dapat juga surat rujukan. Nah waktu itu ditanya mau pilih di rumah sakit mana untuk dokter spesialis mata. Aku pilih di RSUB aja yang dekat rumah.

Sampai di sana, aku masih harus melakukan pendaftaran dan menunggu. Sekitar hampir satu jam sampai akhirnya dipanggil dokter spesialis mata.

Di ruangan dokternya sudah ada beberapa alat dan tivi kecil. Seperti biasa, mata diukur.

Dari berkunjung ke dokter ini, akhirnya aku tau kalau memasang lensa kontak tidak bisa sembarangan. Biasanya kita cuma mengukur di optik untuk minus dan plus nya. Ternyata tidak cuma itu tapi harus periksa ke dokter untuk menghitung ukuran bola mata. Kalau lensa kontak tidak pas di bola mata, misal terlalu renggang maka akan membuat kuman tumbuh. Kalau terlalu ketat maka akan membuat peredaran darah di mata berkurang dan itu seperti jari tangan yang kejepit.

Makanya kenapa pengguna lensa kontak yang sangat sering menyebabkan mata merah, perih, dll. Itu karena lensanya kurang pas di mata. Tidak hanya plus minusnya tapi juga ukuran bola matanya.

Di Malang ini adanya di rumah sakit syaiful anwar. Kalau mau ke sana bilang saja ke dokter mata mau pakai lensa mata.
Dan sepertinya tidak ditanggung BPJS kecuali yang mengalami kelainan dan harus pakai lensa proskratik (apa gitu namanya hehe).

Setelah diperiksa mataku, ternyata mata sebelah kiri nambah seperempat. Kanan -3,00 dan kiri -2,50. Pantesan kadang kalau lihat tulisan sedikit rabun.

Dokternya pun bilang kalau cuma seperempat nggak ganti juga nggak apa-apa. Walaupun akhirnya si dokter memberiku surat rujuk untuk ganti kacamata. Dokternya pun bilang harusnya tiap tahun periksa mata untuk yang jarak jauh dan dekat. Kalau kurang dari minus 4 pemeriksaan dilakukan setiap setahun sekali atau ganti kacamata setahun sekali. Kalau diatas minus 4 (-5, -6, -7, dst) harus periksa atau ganti kacamata tiap enam bulan sekali. Lah, aku malah dari SMA nggak pernah ganti.




Sampailah di optik yang menanggung BPJS seperti optik internasional. Ada lagi sih optik lain (interkontinental, internasional, vista, dll). Nah aku cari paling dekat dengan rumah. Sampai di sana, memang sudah dipisah kacamata per kelas bpjs. Kalau mau lensa yang bagus atau di luar kelas harus nambah harga.

Semangat banget milih-milih, tapi ternyata rujuk dari dokter harus dilegalisir BPJS. Alhasil belum bisa beli kacamata itu.

Untung masih Jumat, jadi pagi hari aku langsung ke BPJS. Kebayang donk antriannya yang bikin males banget. Sampai di sana emang ramai. Tapi untuk antrian klaim pembayaran cuma sedikit jadi aku datang cuma antri dua orang terus dipanggil. Dapatlah legalisir di kertas aslinya. Gak perlu fotokopi.

Malamnya langsung deh cuuss cari kacamata. Sampainya di optik, aku langsung tanya kacamata yang ditanggung bpjs kelas 1. Kebanyakan memang frame full. Ada yg frame setengah juga sih. Bahannya pun rata2 metal, mika atau dof.

Karena kacamata sebelumnya frame setengah dan dari metal maka pengennya sekarang full frame sama bahan selain metal. Kekurangan bahan metal itu lapisannya cepat mengelupas.

Sayangnya, kacamata pilihan BPJS terbatas, jadi kalau mau diluar pilihan itu harus nambah lagi tergantung harga frame-nya. Cari dari harga 600an ribu sampai 1 jutaan, ternyata nggak mudah.

Setelah menimbang-nimbang akhirnya aku memilih full frame dengan bentuk tidak kotak seperti kacamata sebelumnya.

Setelah memilih frame, di optik nanti diukur lagi. Setelah itu menunggu tiga hari lensa jadi. Ada juga optik yang membutuhkan waktu 1 jam selesai tapi itu kalau stok lensanya ada.

Ini mah pilihan suami dan keluarga, katanya biar nggak kotak terus kacamatanya

Akhirnya bisa diambil juga. Oiya, cara ngelap lensa kacamata harus satu arah ya, nggak boleh bolak-balik kayak seterikaan. Nanti lensanya tergores dan itu tidak ditanggung garansi dari optiknya. Mereka hanya menanggung lapisan UV nya aja dalam jangka waktu tertentu.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

7 komentar

  1. Sulungku dari pertama periksa, sekitar 1,5 tahun yang lalu belum pernah periksa lagi. padahal dulu dari optik di kasih pesan, 6 bulan sekali harus periksa.
    Setiap saya tanya, ada keluhan nggak di matanya, dia bilang nggak ada. Ya udah, nggak berangkat buat periksa deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, sama kalau nggak ada keluhan nggak ke dokter hehe

      Hapus
  2. Oh bisa pakai bpjs ya buat ganti kacamata :o

    BalasHapus
  3. Wah makasih infonya mbak, ternyata di RSUB bisa ya? Asyik, aku juga mau ganti lensa ah, sekalian frame sih hahahha
    Awal aku bikin kacamata pakai askes, ya ampun ngurusnya bikin capek banget, lebih lama dar sampeyan karena aku ngurus di RSSA :))
    Makanya rada kapok mau ganti dn harus ke sana. Kuasih tahu pak suami ah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe kmren dutwari mba mau dirumah sakit mana pas minta rujuk dr poli ub nya... sy juga ga mau kalo k rssa selin jauh, psti rame bangettt

      Hapus
  4. Enak yaa cuma bentaran doank , lha aku klaim udah hampir 3 minggu gajadi2 😄😃😃😃

    BalasHapus

Follower