Day 2: Keseruan Teman EBS Menanam Mangrove di Kawasan Mangrove Jakarta

12 comments

Yey! Acara menanam mangrove yang dinanti-nanti pun tiba. Setelah check out dari hotel dan beberapa teman yang sudah check out menitipkan tas di lobby hotel, kami pun berangkat dari Pop! Hotel Kemang—yang sudah aku review beberapa hari lalu di blog ini—sekitar pukul 8 pagi dengan menggunakan bus menuju Kawasan Wisata Mangrove Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Kehebohan terjadi di dalam bus. Offline gathering ini memang membuat kita jadi saling kenal dan rekat. Meski sempat terkendala di jalan karena jalan masuk yang akan dilewati terhyata diberi palang dan bus terpaksa harus memutar jalan.

Dan saya sempat gatal-gatal dong di bagian paha. Entah karena ada nyamuk di sekitar kursinya. Untungnya, ada panitia yang siap membawa obat-obatan. Saya pun minta ke panitia. Alhamdulillah gatal-gatalnya berkurang tapi sesekali muncul. Haha.

Akhirnya kami tiba di PIK sekitar setengah setengah 10 (kalo gak salah inget).

Kawasan ekowisata mangrove jakarta

Di sana, kami disambut oleh calon Duta Mangrove Indonesia. Eh, saya juga bertemu dengan Kak Yani yang udah bantu Teman EBS melaksanakan campaign lingkungan ini. Habis ngobrol-ngobrol singkat, kami pun berkumpul dan berbaris dua-dua sebelum masuk ke kawasan Mangrove.

Masuk ke kawasan mangrove ini disarankan untuk memakai lotion nyamuk. Sayangnya saya lupa bawa jadi minta panitia lagi deh. Saya pakai spray anti nyamuk ke seluruh tubuh. Takutnya tuh moncongnya nyamuk bisa nembus ke pakaian sampai ke dalam kulit. Haha.

Hutan mangrove
Jangan lupa sandal jepit gesss

Beberapa izin ke kamar mandi dulu yang ada di bagian depan pintu masuk. Karena saya belum kebelet jadi lanjut aja.

Masuk ke kawasan mangrove memang mengingatkan saya di masa remaja saya yang berwisata ke kawasan mangrove Tarakan. Pada waktu itu, Tarakan memang belum ada mall jadi hanya tempat wisata alam di Tarakan yang menjadi tujuan wisata saya.

Kalau saya... ngelihat yang hijau-hijau tuh kayak hormon endorfin saya keluar. Rasa stres, capek, suntuk seperti hilang aja (meski untuk sementara waktu). Dan mungkin karena dari kecil sudah terbiasa hidup cukup dekat dengan ‘hutan’ jadi rasanya aneh kalau saya tidak menyempatkan sedikit waktu untuk ke hutan.

Yang dikatakan Hutan Itu Indonesia waktu acara hari pertama offline gathering, kalau hutan itu memberi manfaat untuk penghilang stres (asal jangan tersesat di hutan ya. Itu beda lagi. Hehe). Sedangkan manfaat mangrove sendiri banyak ya. 

Selain menjaga habitat satwa, hutan mangrove juga bermanfaat sebagai penjernih dan penyaring air asin; penahan abrasi dan erosi, mencegah intrusi air laut dan tsunami; serta menyerap karbon 5x lebih banyak dari hutan lainnya.


Ketika saya melihat dedaunan hijau yang banyak di sekitar saya, saya merasa senang. Udara terasa begitu segar. Apalagi Jakarta juga masih butuh lahan terbuka hijau karena polusi udara yang mendominasi kota megapolitan tersebut.

Di kawasan mangrove PIK memang hampir sama dengan kawasan mangrove lainnya. Ciri mangrove tidak jauh berbeda dengan kawasan mangrove lainnya yang pernah saya datangi seperti:

  • Akar yang bercabang banyak dan mencuat ke permukaan
  • Tumbuh di perairan payau (campuran air tawar dan asin)
  • Berada di tanah berlumpur
  • Tanamannya cenderung homogen
  • Dipengaruhi pasang surut air laut

Bedanya, mangrove di kawasan PIK ini nggak ada bekantan-nya! Haha. Saya masih ingat banget, sekitar 17 tahun lalu di kawasan mangrove di Tarakan masih ada bekantan yang tinggal di sana.

Seorang calon duta Mangrove Indonesia menjelaskan bahwa hewan-hewan yang ada kawasan mangrove PIK ini ada banyak hewan reptil.

Sebelum kami melakukan aksi penanaman mangrove, kami diminta untuk duduk di sebuah tempat lapang yang telah diberi terpal. Di sana sudah banyak perwakilan duta mangrove di beberapa daerah di seluruh Indonesia. Mereka memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang mangrove. 

Wisata di ekowisata mangrove jakarta
Para duta mangrove yang berdiri di belakang

Dari situ, saya jadi tahu mangrove dan bakau itu berbeda, loh. Ada yang tahu? Awalnya saya mengira tidak adz perbedaan mangrove dan bakau. Ternyata beda ya. Jadi mangrove itu banyak jenisnya sedangkan bakau menjadi salah satu jenis mangrove yang ada di hutan mangrove dengan genus Rhizophora.

Nah, kalian jadi tahu kan perbedaan mangrove dan bakau apa... hehe.. saya juga kalau nggak dijelaskan sama Duta Mangrove Indonesia kayaknya masih nggak paham, hehe.

Kami juga dijelaskan cara menanam mangrove oleh Kakak dari Mangrove Jakarta.

Kakak dari Mangrove Jakarta (kanan) yang menerima kenang-kenangan

Selain itu, kami juga disuguhkan makanan dan minuman yang berasal dari mangrove, seperti teh mangrove yang rasanya segar seperti minuman asam, dodol mangrove rasa rujak yang pedas dan dodol mangrove rasa manis dan keripik mangrove. Semuanya rasanya memang ada asam-asamnya. Rasanya juga enak, kok. Bumbunya terasa.

Tak lama, ketika kami akan bersiap menanam mangrove, ternyata hujan mulai turun. Maklum lah, selain sudah masuk musim hujan, hutan juga menciptakan iklim mikro hutan yang mempengaruhi pola curah hujan di sekitar hutan. Peran hutan yang lebih besar adalah sebagai penangkap karbon apalagi di Jakarta yang sangat besar tingkat polusinya tentu karbon yang dikeluarkan kendaraan ini bisa ditangkap oleh hutan yang ada di pesisir Jakarta Utara tersebut. Pastinya, hutan akan mengurangi emisi gas rumah kaca dan akan mengendalikan perubahan iklim seperti yang pernah saya tulis.

Kami pun menunggu hujan reda. Terus terang, saya dalam hati berdoa semoga hujan mereda dan kami bisa menanam mangrove. MasyaAllah, ahamdulillah Allah izinkan. Meskipun kondisinya tidak sederas sebelumnyantapi masih gerimis. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 12 siang. Akhirnya panitia pun menawarkan bagi yang ingin tetap menanam mangrove dipersilakan mengikuti panitia dengan menggunakan jas hujan yang sudah diberi panitia.

Bodohnya, saya lupaaa bawa jas hujan dari panitia. Semua barang saya titipkan di lobby hotel. Huff. Syukurnya ada panitia yang bersedia memberikan jas hujannya pada saya. Huwaa.. thanks kak! (Saya ingat wajahnya tapi saya lupa namanya. Haha).

Kami pun jalan kaki ke tempat penanaman mangrove sekitar 500 meter.

Sepanjang jalan yang terbuat dari paving, saya melihat beberapa warga yang memancing di pinggir sungai. Memang sungai itu membelah dua kawasan hutan mangrove di PIK.

Ekowisata jakarta

Saya melewati kamar mandi dan musholla semi terbuka. Di kanan saya melihat beberapa mangrove yang baru ditanam berjajar rapi dengan papan nama setiap instansi yang melakukan penanaman. Ada juga dari beberapa negara lain. Kami melewati jalan tanah yang becek dan licin.

Akhirnya kami tiba juga di tempat penanaman mangrove yang digenangi air rawa dengan jalan kecil yang terbuat dari bambu sebagai jalur melintas. Beberapa batang bambu terpasang tegak dengan jarak sekitar 3-5 jengkal. Kami bisa melihat jelas kendaraan yang melintasi jalan tol. Hujan masih rintik-rintik.

Menanam Mangrove di PIK Jakarta

Dan kami pun sibuk mencari rekan yang bisa membantu mengambil dokumentasi. Haha. Iya. Seribet itu memang content creator. Saya meminta Mbak Nurul buat merekam kegiatan saya. Begitu juga ketika dia sedang menanam mangrove, saya yang akan mendokumentasikannya.

Saya pun turun ke rawa tempat menanam mangrove tanpa perlu menyingsingkan celana khusus menanam mangrove. Kedalamannya sekitar lutut saya. Agak,heboh banget waktu turun karena tanahnya kan berlumpur.

Saya mengingat kembali cara menanam mangrove yang udah dijelaskan tadi. Saya mengambil satu bibit dan mulai menggali tanah dengan tangan yang saya lapisi plastik tempat bibit. Maklum kuku nggak mau kemasukan tanah wkwkwk. Semakin dalam saya gali, tanah di sekitarnya semakin menimbun.

Cara menanam mangrove
Menanam mangrove

Karena tanahnya nggak terlihat jadi saya hanya meraba-raba saja. Agak-agak kebayang sih kalau yang saya gali itu ada ularnya wkwk.

Setelah saya rasa cukup dalam menggali tanahnya, saya pun memasukkan bibit mangrove yang sudah dibuka plastiknya. Saya tumpuk dengan tanah yang saya gali tadi dan saya tekan meski tanahnya lunak dan seperti kurang padat. Setelah itu, saya ikat dengan tali rafia di batang bambu yang sudah dipasang sama pihak ekowisata mangrove.

Aksi penanaman mangrove

Bisa menanam satu batang mangrove aja senang. Ternyata saya ketagihan menanam beberapa batang mangrove sekalian sudah basah kan ya.. Teman yang lain pun kebanyakan juga nggak cuma satu kali menanam bahkan saat waktu habis, masih ada saja yang masih menanam padahal hujan masih rintik-rintik.

Bismillah semoga mangrove yang ditanam Teman EBS tumbuh semua sampai besar hingga anak cucu dan menjadi amal sedekah kelak.

Alhamdulilah akhirnya acara offline gathering Eco Blogger Squad selesai sudah. Rasanya senang tak terkira.

Aksi tanam pohon

Setelah selesai, akhirnya kami kembali ke tempat kami berkumpul untuk mencuci kaki dan makan siang. Saya sempat ke kamar mandi untuk BAK. Setelah makan siang, kami berkumpul bersama untuk berfoto dan pulang dengan bus yang sama. Beberapa teman yang tinggal di Jabodetabek bahkan ada yang pulang duluan.

Ternyata saat pulang, hujan semakin deras, AC bus cukup dingin dan jalanan macet. Saya kebelet BAK sampai pengen nangis. Huaaaa. Mana nggak ada rest area kan ya di jalan tol kotanya. Duh, nahanin banget sampai akhirnya keluar jalan tol di daerah Jaksel. Dan ternyata nggak Cuma saya aja. Banyak Teman EBS juga yang kebelet ke kamar mandi. Hahaha.

Semoga tahun depan Teman EBS ada acara offline gathering gini lagi. Seru-seruan kemanaa gitu kan yaa.. pastinya tetep bertema lingkungan.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

12 komentar

  1. wah seru sekali kegiatannya ini. bermanfaat pula bagi lingkungan. saya senang melihat yang muda2 semangat ikut kegiatan lingkungan seperti ini

    BalasHapus
  2. Sarat pengetahuan sangat. Baru tahu bakau itu turunan mangrove ya. Akhirnya BAK tersalurkan setelah berapa jam nahan itu, Mbak? 😅🤭

    BalasHapus
  3. Kegiatan seru dan sangat bermanfaat ya kak bisa ikut menanam mangrove di PIK, jadi semakin cinta dan peduli dengan alam. Wah kapan-kapan boleh dong aku diajakin kegiatan seperti ini kak. hehehe

    BalasHapus
  4. Wah seru banget kegiatan kaya gini tuh 😍 aku baru tahu loh mangrove bisa dijadikan makanan dan minuman juga. Rasanya tetep enak ya mbak, tapi aku nggak bisa bayangin gimana rasanya mangrove, hehe 🙈

    BalasHapus
  5. Nyamuk itu memang nyebelin, soalnya saya juga suka dikerubungi. He-he. Padahal golongan darah saya A, katanya mereka suka sama yang bergolongan darah O, ya. By the way, acaranya seru banget. Jangankan tau perbedaan mangrove dan bakau, tau di Jakarta ada hutan mangrove aja baru dari tulisan ini. Memang kurang jauh, nih, mainnya :')

    BalasHapus
  6. Nyamuk itu memang nyebelin karena saya suka dikerubungi juga. Padahal golongan darah saya A, katanya mereka sukanya sama yang golongan darah O, kan. By the way, acaranya seru banget. Jangankan tau perbedaan hutan mangrove dan hutan bakau, tau di Jakarta ada hutan mangrove saja baru dari artikel ini. Memang kurang jauh, nih, mainnya.

    BalasHapus
  7. Wah seru banget ya acaranya EBS ini, ternyata ada offlinenya, semoga kapan-kapan bisa ikutan lagi pada acara EBS ini, bisa berkontribusi untuk alam Indonesia

    BalasHapus
  8. Pengen banget ikut keseruannya, sayang gk punya kesempatannya.

    Kira-kira kapan lagi ada kegiatan seperti ini??

    BalasHapus
  9. Aaaa jadi kangen banget sama teman-teman EBS, emang yaahhh kegiatan ini tuh seru banget apalagi bisa ketemu sama teman-teman blogger yang cinta lingkungan se Indonesia. Semoga kita bisa ketemu dan ikut kegiatan seru ini lagi ya mbak 💚

    BalasHapus
  10. Wah keren banget mba kegiatan ini. Walau resiko digigit nyamuk ya. Tapi memang kegiatan pelestarian lingkungan seperti menanam mangrove ini memberikan dampak yang besar untuk kebaikan lingkungan serta satwa sekitar.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower