Alasan Anak Milenial Harus Datang ke Museum Colomadu

16 comments

Saat pulang kampung ke Sragen, saya dan suami mengunjungi Museum de Tjolomadoe, di Karanganyar. Memang selama ini Pabrik de Tjolomadoe dikenal berada di Surakarta (Solo) karena memang tempatnya berdekatan dengan Solo. Sebenarnya Pabrik de Tlojomadoe atau Colomadu yang menjadi destinasi wisata favorit di Solo dan sekitarnya berada di Kabupaten Karanganyar.


Beberapa kali saya melewati destinasi wisata bersejarah Museum Colomadu tapi baru ini saya berkunjung. Bangunannya yang berada di pinggir jalan antar kota dengan cerobong asap yang tinggi dan halaman yang luas memang menarik perhatian saya setiap melewati jalan tersebut.


Hanya saja, baru pulang kampung beberapa bulan lalu kami baru sempat mengunjunginya.


Karena Pabrik de Tjolomadoe adalah wisata museum yang mungkin membuat anak-anak kami berlarian kesana kemari bahkan mengajak kami pulang sebelum selesai eksplorasi museum, maka saya memutuskan tidak mengajak anak-anak kami yang masih balita.


Lokasi wisata yang strategis

Saya cukup sering lewat jalur alternatif dari Boyolali menuju tempat ini. Jadi saya sering lihat bangunan de Tjolomadoe ini. Lokasi Museum Colomadu tidak jauh dengan Bandara Adi Soemarmo yaitu berada di Jl. Adi Sucipto No.1, Paulan Wetan, Malangjiwan, Kec. Colomadu, Kabupaten Karanganyar.


Cocok untuk Sesi Foto

Ketika saya baru tiba, saya ditanya oleh Pak Satpam begini, “Maaf, ada keperluan apa Pak?”


Pertanyaan yang sempat bikin kaget. Mungkin kami terlalu pagi datangnya. Sekitar jam 9an, sementara museum buka jam 10an. Tapi kami tetap saja bingung. Lah, memangnya selain berkunjung ke museum, mau ngapain lagi ya? Setelah kita bilang berkunjung, kemudian kami dipersilakan masuk setelah membayar uang parkir. Katanya nanti tiket parkir itu akan dikembalikan uangnya khusus pengunjung museum.


Sepertinya kami pengunjung pertama karena di area parkir yang sangat luas itu tidak ada kendaraan. Ada sih kendaraan di area yang lain tapi bukan tempat parkir. Beberapa orang saya lihat keluar dari halaman gedung yang ada di belakang dengan tampilan modis. Saya bisa menebak mereka pasti habis sesi foto.


Nah, saya pun tidak mau melewatkan kesempatan ini. Mumpung parkiran lagi sepi dan belum banyak orang berlalu lalang di depan gedung, saya pun mengambil foto-foto dengan latar gedung Pabrik de Tjolomadoe. Pabrik gula yang sudah ada sejak tahun 1861.


Keren banget kok!


Museum de Tjolomadoe


Jam buka dan tiket masuk

Jam buka Wisata Museum De Tjolomadoe ini dari hari Selasa sampai Ahad/Minggu pukul 10.00 – 17.00 WIB.


Harga tiketnya untuk satu orang dewasa sekitar 35 ribu. Kalau tidak salah harga parkir mobilnya gratis bagi pengunjung museum tapi kita ditarik uang parkir dulu saat melewati pos jaga. Nanti dikembalikan uangnya saat di loket tiket masuk. 


Museum Colomadu yang Modern 

Saat masuk, saya diminta berdiri di depan layar dengan kamera terpasang untuk diperiksa suhu tubuh dan wajah saya terlihat di layar. Baru kali ini tubuh saya dicek dengan teknologi layar thermal. 


Setelah cek suhu tubuh, saya langsung disuguhkan dengan mesin penggiling tebu yang besar. Bentuknya seperti roda dengan jari-jari dua kali tinggi orang dewasa. Saya sih langsung bertanya-tanya dalam hati bagaimana prosesnya.


Kemudian di pojok bangunan ada papan berisi foto-foto tentang sejarah revitalisasi pabrik Colomadu dan sejarah Pabrik Gula de Tjolomadoe.


Alasan Anak Milenial Harus Datang ke Museum Colomadu

Setelah itu, saya masuk ke dalam dan saya terkesima karena baru ini saya melihat museum di Indonesia yang keren dan moderen. Kesimpulan saya waktu itu, wah ini kemajuan besar bagi perkembangan museum Indonesia. Wajar sekali jika museum sangat diidentikkan dengan wisata sejarah yang membosankan dan kurang atraktif. Namun, tidak saya rasakan di Museum Colomadu ini. Apa saja alasan kalian harus ke Museum Colomadu ini?


Peninggalan bangunan yang menjadi estetis 

Sisa-sisa peninggalan benda pada bangunan pabrik gula Colomadu yang berubah menjadi estetis dan indah dipandang. Contohnya mesin penggilingan, tempat pemurnian, mesin ketelan, bahkan akar pohon yang merayapi dinding saja dibiarkan.

Wisata sejarah de Tjolomadoe

Diorama sederhana, mudah dimengerti tapi tampak elegan

Diorama adalah wujud benda tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk menggambarkan suatu pemandangan atau adegan agar lebih mudah dipahami. 


Diorama yang paling menarik saya adalah diorama proses penggilingan tebu yang ditutup dengan kotak kaca dan lampu sorot kecil di setiap sudutnya sehingga tampak elegan. 


Dari diorama itulah, saya jadi tahu bagaimana proses penggilingan tebu yang dibawa oleh petani tebu dengan gerobak kecil, kemudian digiling di miniatur Pabrik Colomadu dan hasilnya dibawa lagi oleh pekerja dengan gendongan bambu.

Diorama Museum Colomadu


Peta penyebaran pabrik gula yang interaktif 

Saya paling suka dengan media informasi sejarah yang berupa peta ini. Misalnya peta jalur kedatangan  gula di Hindia Belanda. Peta jalur ini tidak seperti peta yang kita lihat di buku Atlas dulu tapi ditampilkan di dinding dengan ukuran besar. Informasi yang ada di dalam petanya pun tidak penuh sehingga pengunjung tidak pusing dengan informasi yang diberikan.


Peta lainnya yang menurut saya begitu mengesankan adalah peta pabrik gula di pulau Jawa yang berupa topografi tapi berbentuk animasi. Sebenarnya peta ini ditampilkan dalam sebuah layar gelap dan posisinya tertidur. Ketika pulau Jawa ditampilkan seolah-olah pulau itu muncul berbentuk tiga dimensi dan ada konturnya padahal hanya ditampilkan di layar datar.

Peta pabrik gula di Pulau Jawa


Deskripsi bilingual Indonesia dan Inggris

Museum ini tidak hanya ditujukan untuk warga lokal saja tapi juga orang asing karena informasi yang diberikan ada dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.


Maket dan denah bangunan pabrik Colomadu

Denah pabrik Colomadu yang dibuat ini  merepresentasikan kondisi pabrik tahun 1998. Denah yang dibuat tampak biasa meski maket yang dibuat menurut saya benar-benar Jawasentris karena dibuat dari bahan kayu seperti rumah Jawa.


Linimasa perkembangan pabrik gula Colomadu

Untuk mengetahui sejarah suatu tempat biasanya museum akan menampilkan linimasa sejarah tersebut. Kadang linimasa hanyalah untaian kata-kata panjang begitu menjemukan. Namun, hanya dengan tambahan foto, narasi singkat dan penambahan garis linimasa dari tahun ke tahun justru memudahkan pengunjung Wisata Museum Colomadu menyerap informasi.


Infografis yang informatif pada dinding museum 

Saya temukan banyak sekali infografis-infografis berukuran besar di dinding museum. Informasi yang diberikan mulai dari sejarah pabrik gula Colomadu, jumlah produksi gula Colomadu 1900-1935, distribusi dan ekspor gula, kebijakan politik pemerintah kolonial di Hindia Belanda, alih otoritas Mangkunegaran di Colomadu, kontribusi terhadap masyarakat, dan juga sosial budayanya.


Ruangan warna-warni

Salah satu keunikan dari museum pabrik gula Colomadu adalah adanya ruangan khusus Glow In The Dark dari Artificial Intelligent Architecture. Jadi saat lampunya dimatikan, gambar warna-warni itu akan tetap menyala. 


Gambarnya tentang lansekap gunung Lawu dan pabrik gula Colomadu. Sedangkan tangan besar itu saya nggak paham maksudnya apa. Mungkin ada yang tahu? Karena kurangnya informasi jadi saya kurang mengerti. Ruangan ini cocok untuk kaum milenial yang ingin berswafoto.


Glow in the dark Colomadu


Video tentang sejarah perkebunan tebu

Tak hanya berupa tulisan saja informasi disajikan tetapi juga banyak video-video yang ditampilkan. Mulai dari video lawas orang jaman dulu yang ada di kebun tebu sampai video animasi proses pengolahan tebu termasuk juga proses kimiawinya di Pabrik Gula Colomadu. 


Etalase berisi potongan tebu

Ada lagi etalasae yang di dalamnya terdapat tiga jenis potongan tebu yang dipakai oleh PG Colomadu dulu. Saya tak hapal membedakan ketiganya. Bentuknya kok kayanya sama saja semuanya. Hehe.


Blueprint desain pabrik

Blueprint atau cetak biru ini ditampilkan juga untuk memberi informasi mengenai rancangan mesin, cerobong asap pabrik Colomadu di atas kertas berwarna biru. Blueprint pabrik Colomadu ini dibuat tahun 1916, masih berbahasa Belanda dan beberapa bagian sudah ada yang sobek. 


Cover buku tentang pengolahan tebu

Uniknya lagi, ternyata pabrik Colomadu juga mengeluarkan buku cetak mengenai mesin gilingan tebu, teknik mesin penggilingan nira, proses mesin pemurnian nira, proses mesin penguapan nira, proses mesin kristalisasi, mesin pengeringan, pendinginan dan pengemasan. 

Buku Proses Pengolahan Nira Colomadu


Dan ini sebenarnya suatu perkembangan yang maju di zaman itu karena pabrik gula juga membuat buku tentang mesin pengolahan nira.


Bermain peran jadi petani tebu

Keunikan yang selanjutnya nih, yang baru saya temui di wisata museum (entah mungkin di museum lain juga ada tapi saya belum pernah berkunjung) adalah kita bisa bermain peran jadi petani tebu secara virtual.


Saya berdiri di atas gundukan tanah berumput imitasi (tidak asli). Cangkul di sebelah saya, saya biarkan saja. Di depan saya ada layar yang menampilkan animasi kebun tebu yang mengelilingi saya yang sedang berdiri di atas gundukan tanah. 


Di dalam layar tersebut terlihat seorang petani tebu lain dengan kerbau bajaknya menyapa saya, padahal di ruangan itu tidak ada siapa-siapa. Tanah kosong di dalam layar kemudian mulai diolah sama bapak petani. 


Setelah itu proses penanaman tebu dimulai. Mulai dari mencangkul tanah, memberi bibit, menyirami sampai burung bangau datang dan tebu-tebu tumbuh tinggi. Petani datang lagi memotong semua tebu karena sudah panen. Tebu-tebu itu dibawa mereka ke pabrik.


De Tjolomadoe
Maaf ya ini yang nampang malah suami wkwk


Video animasi pun selesai. Ketika saya turun dari gundukan tanah pura-pura itu, video terhenti. Ketika saya naik kembali, video pun dimulai. Sensor yang ada di gundukan tanah itu yang membuat video berjalan atau berhenti.


Animasi kereta tebu

Satu lagi keunikan yang ada di museum Colomadu yaitu adanya animasi kereta tebu seperti film kartun. Animasi ini merupakan karya anak bangsa. 


Animasi kereta tebu dan pabrik Colomadu


Bagaimana Kesan Saya?

Wisata ke Museum Colomadu kali ini benar berkesan buat saya. Saya sangat senang karena sebenarnya museum di Indonesia bisa berkembang lebih baik, lebih interaktif dan tidak membosankan pengunjung. 


Salah satu alasannya mungkin karena Museum Colomadu tidak melupakan karakter-karakter anak milenial dan era 4.0 sehingga teknologi begitu berperan dalam pengembangan museum. Harusnya memang seperti itu, museum-museum di Indonesia bisa sejalan dengan perkembangan teknologi.


Semoga museum-museum di Indonesia lebih interaktif lagi. Setidaknya bisa seperti Museum Colomadu yang nyaman, tidak panas, dan bisa beriringan dengan era 4.0.


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

16 komentar

  1. Pernah ke sini pas tutup karena pandemi. Ntar kapan2 mampir lagi, deh

    BalasHapus
  2. wah bagus juga ya ternyata, tempat wisata baru kah mbak ini? atau aku yang baru denger ya hehe

    BalasHapus
  3. Seneng rasanya kalau museum-museum bisa sekeren Museum Colomadu ini ya mbak. Pasti anak milenial jadi suka ke museum. Bisa banyak belajar plus bisa foto-foto

    BalasHapus
  4. Wah keren pakai ada berperan jadi petani tebu segala ya di museum ini...
    Beneran keren dan modern ini museumnya. Auto tidak membosankan nih main ke museum ini

    BalasHapus
  5. Keren banget tuh kalo udh menyesuaikan dgn kebutuhan anak zaman skrg. Soalnya museum itu tak ubahnya kayak melihat benda mati. Padahal anak skrg sukanya interaktif. Kalo ga ada yang seru, ya ngapain dilihat. Syukurlah pengelola museum inovatif.

    Nyesel banget sih pas ke Solo cuman lihat sekilas dari bus. Ngga ada tur juga ke sana. Padahal lagi tugas di situ 3 harian.

    BalasHapus
  6. Yeeyyy! Jadi merasa keren aku karena sudah pernah mampir kesana kwkwkw asyik euy. Anakku jg ikut waktu itu, alhamdulillah, punya kenangan di Colomadu

    BalasHapus
  7. Wah keren juga ya museum Colomadu ini
    Kapan kapan mau juga liburan ke sini.ajak anak anak pasti hepi

    BalasHapus
  8. wah menarik nih berkunjung ke Museum Colomadu, interaktif ya biasanya kan kalo ke museum kebanyakn cuma liat2 aja

    BalasHapus
  9. Seandainya ada peta museum di Indonesia ya..
    Jadi ketika mengunjungi sebuah kota, kita bisa langsung mengunjungi museum agar paham mengenai sejarah.
    Kali ini, Museum de Tjolomadoe yang menjelaskan sejarah gula dari zaman penjajah. Keren banget sih yaa.. Anak-anak jadi mempelajari sejarah melalui interaktif seru dengan teknologi canggih yang ada di museum.

    BalasHapus
  10. Belum pernah ke sana dan sepertinya akan diagendakan
    Lama enggak main ke museum soalnya nih
    Apalagi musim liburan

    BalasHapus
  11. Wah baru saja beberapa hari yang lalu main ke museum, sekarang dapat lagi rekomendasi explore museum, catet ahhhh.

    BalasHapus
  12. Dulu aku kalau jalan jalan ke luar kota pasti cari museum alasannya sederhana karena biaya masuknya mutah bakan gratis dan belajat sejarah jadi enggak membosankan

    BalasHapus
  13. Aku kalau ke Solo dari Madiun selalu lewat Kranganyar. Sipp bisa nih diagendakan mampir ke museum Colomadu.

    BalasHapus
  14. Baru tau ternyata ada museum modern kayak gini. Malah udah ada gambar 3 dimensinya. Hehee.. Rekomended buat main.

    BalasHapus
  15. masukin wish list dulu ah :D udah lama ga museum date nih hihihihi

    BalasHapus
  16. aku baru denger loh museum colomadu, kok aku keinget colossseum hahhaha, e tapi sebagai museum bersejarah tapi terlihat terawat yaa apalagi yg ruang aneka warna warni, keliatan fresh engga suram

    BalasHapus

Follower