Keahlian Masyarakat Adat, Ranger Sejati, Yang Tidak Banyak Disadari Orang

18 comments
Masyarakat adat


“Hutan seperti rumah sakit. Ia menyediakan udara yang sangat bagus dan tanaman obat bagi anak perempuan.”

Naalarami Meipuki di Maasai, Tanzania


Pernyataan dari seorang masyarakat adat di Tanzania yang membuat mata saya terbuka. Dia sangat benar. Selama ini kita tak sadar peran hutan begitu besar.

Apa yang dirasakan Naalarami tentunya sama seperti apa yang dirasakan oleh masyarakat adat di seluruh dunia.

Hutan adat utik
Hutan Adat Utik (Sumber : Mongabay)

Hutan sebagai ‘Rumah Sakit’ dan ‘Supermarket’

Naalarami dan masyarakat adat lainnya menganggap hutan adalah rumah sakit. Hutan menyediakan oksigen yang bagus bagi anak-anak mereka, bagi orang sakit dan bagi orang dewasa.

Di hutan, tersedia berbagai macam-macam obat-obatan alami berupa tumbuh-tumbuhan yang bisa diolah untuk menyembuhkan penyakit. Tanpa harus membayar mahal, mereka mendapatkan obat yang diperlukan.

Tak hanya sebagai rumah sakit, hutan bagi masyarakat adat juga serupa supermarket. Kak Mina Setri, seorang Deputi IV Sekjen AMAN Urusan Sosial dan Budaya saat webinar bersama #EcoBloggerSquad, Jumat, 12 Agustus 2022, mengatakan bahwa hutan merupakan supermarket terbesar bagi masyarakat adat. Semua apa yang dibutuhkan masyarakat adat ada di sana.

Perempuan Suku Dayak Mengambil Sayur (Sumber: Mongabay)


Masyarakat adat bisa mengambil sayur-sayuran segar langsung dari hutan, daging dari hewan yang tinggal di sana, ikan dari sungai yang mengalir di tengah hutan, obat dari tanaman herbal, buah-buahan, padi, dan lain sebagainya. 

Di ‘supermarket’ mereka memiliki beras yang kadaluarsanya bisa sampai 6-7 tahun loh. Padi lokal mereka lebih tahan lama dibanding padi yang biasa kita makan, yang hanya bisa bertahan tiga bulanan. Keren kan!

Nah, sayangnya, kita tidak banyak tahu tentang pangan lokal yang bisa menjadi pengganti pangan impor kita saat ini. Mungkin karena kurangnya promosi membuat kita tidak paham tentang pangan lokal yang ada di hutan.

Misalnya, kol yang berasal dari luar, jagung dari Amerika latin. Sedangkan jagung asli dari kampung yang sudah jarang dijual itu rasanya seperti ada beras. Berbeda dengan jagung yang dibeli di pasar yang banyak airnya.

Pangan lokal
Pangan lokal


Gambar di atas merupakan pangan lokal yang berasal dari hutan, seperti labu kampung, terong asam yang biasa untuk makan dengan sop iga, juga buah-buahan yang banyak berasal dari hutan. Banyak sekali pangan lokal kita yang bisa kita manfaatkan dan tidak kalah bergizi dengan pangan impor.

Masyarakat Adat Tidak Bodoh

Masyarakat adat itu punya banyak keunikan dan kelebihan loh. Apa yang kita bisa, memang belum tentu mereka bisa. Tapi jangan pernah menganggap mereka bodoh ya. Atau melecehkan mereka seperti yang pernah terjadi pada salah satu stasiun televisi yang membuat acara seolah-olah masyarakat adat itu sangat bodoh, kolot, primitif dan hal negatif lainnya.

Sama saja seperti kita, tidak semua hal kita tahu dan bisa. Orang yang pintar mekanik mungkin belum tentu pintar dalam bidang medis. Belum tentu juga pintar menari dan melukis. Apakah orang yang pandai berbahasa Inggris sudah dikatakan anak pintar? Apakah yang tidak bisa kita katakan bodoh? Tidak bisa kita men-generalisir kepintaran maupun kebodohan.

Mereka juga belajar menulis dan membaca. Di beberapa masyarakat adat, sekolah adat didirikan. 

Anak Suku Dayak Iban Menari (sumber: Mongabay)


Anak-anak suku ini juga belajar di pendidikan formal pemerintah swasta. Mereka juga mendapat selembar kertas yang shahih untuk melamar pekerjaan seusai lulus dari pendidikan mereka. 

Di kampung mereka, selembar kertas berstempel itu memang belum bisa dipraktekkan di kampungnya. Atas dasar itu, mereka pergi ke kota untuk memanfaatkan apa yang bisa dilakukan dari lembar legitimasi tersebut. Mereka memilih menjadi masyarakat urban untuk mencari penghidupan. Bersaing dengan masyarakat kota lainnya. Kampung mereka hampir kehilangan generasi muda.

Pada akhirnya, kampung dengan kearifan lokalnya lama-kelamaan akan punah. Kearifan lokal yang mereka miliki harusnya menjadi warisan turun-temurun untuk anak cucu mereka. Sayangnya, kearifan lokal itu tergerus zaman dan seolah tidak memiliki identitas pada masyarakat adat.

Kearifan lokal masyarakat adat menjadi tata cara dalam kehidupan sehari-hari. Mereka punya sesuatu hal yang arif atau bijak dalam menjalankan sistem sosial mereka. Jadi jangan pernah katakan mereka bodoh.

Keahlian Masyarakat Adat Berbalut Kearifan Lokal

Masyarakat adat punya keahlian berbalut local wisdom atau kearifan lokal yang tidak diketahui banyak orang. Delapan keahlian masyarakat adat ini sudah seperti sebuah sistem sosial di wilayah adat mereka. Sistem yang saling terhubung dan koheren antar masyarakat untuk menjalankan pemerintahan kecil dalam wilayah adat mereka.

Apa saja keahlian masyarakat adat berbalut kearifan lokal itu?

1. Ahli tenun

Kita semua tahu kerajinan tenun itu dihasilkan oleh masyarakat suku dengan motif tenun yang berbeda-beda. Motif ini mereka pelajari secara turun temurun dengan pola dan warna tertentu. 

Uniknya, masyarakat adat ini tidak punya ‘cetak biru’ pola tenun untuk memudahkan mereka menyelesaikan tenun mereka. Pola satu kain tenun dengan kain tenun lainnya pun tidak sama.
 
Tenun ikat kalimantan
Tenun ikat Sintang, Kalimantan Barat


Mereka bisa menghasilkan satu kain tenun yang rapi dan sama atau simetris dari ujung ke ujung. Mereka mengandalkan ingatan mereka yang kuat untuk membuat pola tenun. Meskipun diselesaikan dalam jangka waktu berbulan-bulan dan bertahun-tahun, mereka tetap ingat polanya. Apalagi mereka mengerjakan benang per benang dan itu bagi kita tentu sangat sulit. Makanya kalau kalian beli kain tenun dengan harga mahal pantas saja karena pembuatannya pun tidak gampang.

Tenun dari Kalimantan
Tenun Kalimantan

Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun berasal dari alam, baik benang maupun pewarnaannya. Ahli tenun yang menggunakan pewarnaan alam ini merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat adat. 

Dan urusan pewarnaan benang ini dilakukan bukan satu benang satu warna tapi satu benang untuk beberapa warna. Seberapa panjang ukuran benang setiap warna menjadi penentu dalam pola tenun yang dihasilkan. 

Amazing banget nggak sih!

Menenun suku Dayak Iban (Sumber: Mongabay)


Di beberapa suku, kemampuan menenun ini menjadi syarat diperbolehkannya menjalani rumah tangga loh karena dianggap sudah bisa mengurus keluarga. Kalau menurut saya mungkin berhubungan dengan melatih kesabaran ya. Menenun termasuk cara melatih kesabaran kan. Sedangkan berumah tangga juga sangat melatih kesabaran dan emosi. Hehe.

Bagaimana jika tidak ada generasi ahli penenun seperti masyarakat adat? Mungkin identitas bangsa yang lekat dengan budaya bisa hilang.

2. Ahli pertanian dan perkebunan

Masyarakat adat hidup sangat bergantung dengan alam. Mereka lebih banyak mengolah tanah untuk bertani dan berkebun dengan cara mereka sendiri. Tentu, pengolahan lahan pertanian atau perkebunan yang sangat memperhatikan kearifan lokal.

Saat mereka akan menebang pohon mereka punya aturan-aturan saat menebangnya, yang dilihat dari usia dan jumlahnya. 

Masyarakat suku berladang
Masyarakat suku berladang (betangfilsafat.org)


Begitu juga saat berladang, aturan mereka memberlakukan bahwa saat membakar lahan, mereka harus melihat arah angin dan memperhatikan lahan-lahan yang mudah terbakar. 

Jika angin mengarah ke lahan-lahan yang mudah terbakar, mereka tidak akan melakukannya. Dan pembakaran lahan yang mereka lakukan juga tidak seluruh lahan tapi mereka menebang rumput-rumput ladang kemudian mengumpulkannya dalam satu titik dan membakar rumput-rumput yang terkumpul itu. Jadi tidak seluruh lahan yang dibakar. Mereka juga membuat sekat api agar api tidak menjalar kemana-mana.

Ibarat rambut yang dipotong atau dicukur tanpa harus menggunakan bahan kimia membuat rambut tumbuh lebih subur. Sama seperti rumput di ladang. Mereka tidak menggunakan pupuk kimia untuk mematikan rumput karena dianggap bisa membuat tanah lebih subur.

Berabad-abad masyarakat suku sudah mempraktikkan cara berladang dengan kearifan lokal mereka. Tak ada masalah. Justru saat gencar-gencarnya eksplorasi dan eksploitasi hutan, kejadian karhutla semakin banyak.

Dan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diperbolehkannya membuka lahan dengan cara membakar dengan memperhatikan kearifan lokal daerah masing-masing. Jadi selain masyarakat adat yang akan membuka lahan, seharusnya bertanya dulu proses membakar lahan yang sesuai dengan kearifan lokal. Jika tidak, mereka seharusnya bisa dipidanakan.

Di Sulawesi Selatan, sekelompok pemuda berhasil berkebun dan menghasilkan produk perkebunan sehingga membuat pemuda-pemuda yang pergi ke kota kembali ke desa untuk membangun desa. Gerakan ini dinamakan Gerakan Pulang Kampung yang diinisiasi oleh pemuda adat yang ikut dalam peserta pelatihan kepemimpinan pemuda adat. Dan gerakan tersebut berhasil anak muda kampung yang ada di kota kembali ke kampung mereka.

3. Seorang ‘Ranger’ sejati

Dalam konvensi internasional, baru disadari bahwa masyarakat adat sangat penting untuk menjaga hutan.

Masyarakat adat hanya mengambil secukupnya dan tidak berlebihan sesuai kebutuhan hari itu. Mereka pikir kalau dihabiskan sekarang, anak cucunya akan makan apa?


Penjaga hutan
Masyarakat hutan, Ranger Sejati (Sumber: Republika)


Mereka punya hukum adat yang secara tidak langsung menjaga keseimbangan ekosistem. Jika ada yang melanggar hukum adat, mereka akan dikenai sanksi.

Maka pantaslah mereka disebut sebagai Ranger Sejati alias penjaga hutan sejati. Aturan-aturan adat yang dibuat memperhatikan sisi ekologis, sosial dan budaya.

4. Ahli apoteker alami

Seperti yang sudah dijelaskan, hutan bagi mereka adalah apotek hidup. Banyak jenis tanaman hutan yang bisa diolah untuk obat-obatan. Di sini, perempuan menjadi peran sentral dalam mengolah tanaman obat-obatan.

Di Kalimantan, ada tanaman obat yang dipercaya untuk menyembuhkan penyakit. Akar Bajakah memiliki khasiat yang bagus. Kandungan yang terdapat dalam Akar Bajakah seperti fenolik, flavonoid, tanin dan saponin, memiliki khasiat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti diabetes, kanker, penyakit kronis, artritis, dan lain-lain.

Tak hanya akar Bajakah, masih banyak tanaman hutan lain yang bisa dijadikan obat-obatan seperti Bawang Dayak untuk obat tumor, Pasakbumi untuk obat vitalitas pria, Sungkai untuk malari, Gula Gundri untuk hipertensi, dan lain-lain.

5. Ahli astronomi

Masyarakat adat juga bisa disebut ahli astronomi di kalangan masyarakat mereka. Untuk menentukan musim tanam pertanian, hari baik atau buruk pelaksanaan acara, juga untuk upacara ritual pengobatan, masyarakat adat biasa menghitung dengan ilmu perbintangan.

6. Ahli bangunan

Tanpa harus sekolah arsitektur, masyarakat adat juga paham cara membangun rumah tradisional adat berbalut kearifan lokal. Bahan-bahan yang mereka pakai juga dari alam. Bangunan dibuat berkolom untuk melindungi mereka dari bahaya binatang buas, banjir dan perang antar suku di zaman dulu. 

Rumah Betang panjang
Rumah Betang Utik Kalimantan (PKN.id)

Yang unik, rumah-rumah tradisional adat tidak memakai paku tetapi persambungan antar tiang menggunakan sistem pasak dan pengait. Jadi saat gempa, kemungkinan besar rumah roboh sangat kecil karena rumah hanya ikut bergoyang mengikuti gerakan gempa bumi.

Tak cuma Rumah Betang saja, rumah adat tradisional di Indonesia lainnya, seperti rumah Limas, rumah Tongkonan, dan lainnya, memiliki konsep yang sama yaitu mencegah banjir, melindungi dari gempa, hewan buas dan perang antar suku..

7. Pemusik dan Penari

Masyarakat adat juga pintar bermain musik khas dan menari tarian suku masing-masing. Setiap gerakan tarian memiliki makna dan filosofis dalam kehidupan mereka. Bisa dikatakan mereka adalah seniman.

8. Ahli pengairan

Masyarakat adat juga tentu mengerti tentang masalah irigasi pertanian. Kita bisa melihat sistem irigasi Subak di Bali yang memiliki manajemen pengairan yang baik. Masyarakat Bali sudah mengenal sistem irigasi sejak abad ke-10. Semua lahan pertanian mendapat bagian pasokan air.

Sistem subak bali
Pengairan sistem Subak di Bali (buleleng.bulelengkab.go.id)


Peran penting dari kehadiran masyarakat adat ini adalah sebagai ranger atau penjaga hutan. Hutan yang menjadi paru-paru dunia. Ketika masyarakat adat yang pandai menjaga hutan ini mulai hilang perannya dan kearifan lokalnya maka yang merasakan dampaknya adalah seluruh manusia di bumi. 

Pemanasan global, banjir, kekeringan dan dampak-dampak lainnya yang juga mempersulit kehidupan masyarakat adat yang sangat bergantung dengan alam. 

Ketamakan manusia membuat hutan habis. Masyarakat adat yang bergantung dengan alam tak mampu bertahan hidup akibat banyak hutan adatnya rusak. Kemudian, pemanasan global mempengaruhi kehidupan masyarakat pada umumnya.

Dari keterangan di atas, mereka memiliki profesi yang hampir sama dengan kita yang ada di kota seperti apoteker, seniman, ranger, tukang irigasi, arsitektur, astronomi, dan lain-lain

Kira-kira apa lagi ya keahlian mereka?

Perlindungan Masyarakat Adat

Banyak yang belum menyadari pentingnya masyarakat adat untuk menjaga hutan. Banyak juga yang belum tahu 80% biodiversitas dunia dipegang oleh masyarakat adat. Mereka yang punya kearifan lokal untuk menjaga hutan sayangnya tidak ada perlindungan sama sekali terhadap masyarakat adat.

Pemerintah sampai sekarang pun belum mengesahkan RUU masyarakat adat karena dianggap takut akan menghambat pembangunan dan investasi di daerah.

Korporasi-korporasi besar sangat berpengaruh disahkan atau tidaknya RUU masyarakat hukum adat. Mereka secara tidak langsung punya andil besar dalam peraturan tersebut. 

Padahal siapa sih yang punya kearifan lokal? Yang menjadi ranger sejati atau penjaga hutan sejati yang hidup dari dan untuk alam? Kita sendiri mengakui betapa pentingnya hutan, kenapa kita sendiri yang membiarkan dicaplok banyak pihak untuk dikonversi menjadi guna lahan lain?

Kita yang tidak punya kearifan lokal kenapa dibiarin aja ngambil apa-apa di hutan berlebih-lebihan? Kalau mereka terjaga dengan baik, hutan-hutan kita pun terjaga dengan baik. Ayo #SahkanRUUMasyarakatAdat! Kita perlu penjaga hutan kita tetap eksis.

~~~

Referensi :

http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=841

https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/6111e13e1bad8/7-manfaat-kayu-bajakah-sebagai-obat-herbal-untuk-kesehatan

https://aman.or.id/news/read/sekolah-adat

https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/6/30/1460/menyoal-ruu-masyarakat-hukum-adat.html

https://www.mongabay.co.id/2021/09/24/ekofeminis-dari-ladang-masyarakat-adat-bakumpai/amp/

https://www.suara.com/health/2019/08/27/142056/jadi-surga-keanekaragaman-hayati-ini-3-tanaman-obat-di-kalimantan-timur?page=2#

https://www.republika.co.id/amp/qes615423
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

18 komentar

  1. Masyarat adat adalah punggawa menjaga hutan dan alam sekitar ya, Mbak. Mereka arif dan bijak dalam memanfaatkan yang ada. Pemikiran mereka luas ke depan, agar nantinya anak cucu bisa terus menikmati hasil hutan dan alam. Masyarat adat belajar dari alam. Dengan kearifan lokal yang masayarat adat miliki, kita harus banyak belajar pada mereka.

    BalasHapus
  2. Peranan masyarakat adat untuk menjaga bumi sungguh tidak bisa dipandang sebelah mata. Saya suka sekali berkunjung ke destinasi wisata yang berbasis kearifan lokal. Selalu ada cerita bagaimana mereka menjaga warisan leluhur dan menjaga alam demi masa depan anak cucu.

    BalasHapus
  3. Yuk! Kita bersama menjaga hutan dengan segala aspek di dalamnya, termasuk suku-suku yang mendiami hutan serta ikut menjaga kelestarian hutan Indonesia.

    BalasHapus
  4. Setuju banget kalau hutan itu kita ibaratkan sebagai rumah sakit dan supermarket dalam arti tempat rujukan kita ketika sakit dan membutuhkan segala sesuatu. Tapi sayang banget masih banyak yang merusakkan itu semua. Tidak berpikir bagaimana pemenuhan kebutuhan dan lainnya

    BalasHapus
  5. Kadang miris ya melihat hutan yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh tangan-tangan yang tak bertanggungjawab. Padahal banyak sekali manfaat hutan bagi kehidupan kita. Termasuk masyarakat hutan dengan segala keahlian alami yang dimilikinya harusnya kita dukung agar mereka menjadi ranger sejati yang mampu mempertahankan hutan dari kepunahan.

    BalasHapus
  6. Bener banget mbaa, setiap ilmu yang berkembang pun juga berawal dari mereka meskipun nggabisa dibuktikan secara ilmiah oleh mereka sendiri, dan bukti ilmiahnya diteliti sama orang kota,jadilah teori. Ranger sejati ini mah

    BalasHapus
  7. Hayuuk yuk ikut kontribusi juga bareng masyarakat adat untuk melestarikan hutan kita, karena kita yang memanfaatkan hutan maka kita pula yang harus merawatnya

    BalasHapus
  8. Betul sekali peranan masyarakat ada dalam menjaga hutan patut kita acungi jempol. Selain melestarikan hutan mereka juga hanya mengambil secukupnya saja

    BalasHapus
  9. Kalau pergi2 ke tempat wisata, selalu tertarik dengan produk2 lokal, seperti bangunan, masakan dan kerajinannya. Unik dan otentik menurutku. Meskipun hidup di alam, mereka ini peduli dan jauh dari kata merusak ya mbak

    BalasHapus
  10. Ah iya
    Masyarakat adat itu garda terdepan dalam menjaga hutan ya mbak
    Dengan kearifan lokalnya, mereka mengelola hutan secara bijak

    BalasHapus
  11. justru dengan adanya masyarakat Adat semakin menambah pengetahuan juga, aku aja seneng mengetahui hal-hal baru soal Adat, karena meskipun tinggal di Indonesia, nggak semua tradisi adat yang ada di negara sendiri tahu.
    Bener juga ya mbak masyarakat adat bisa dibilang peranan adatnya lebih besar ya, kayak Suku Dayak gitu, terus warganya juga guyub gitu ya

    BalasHapus
  12. ah iya bener banget mba. memang banyak yg kurang sadar yaa.. menurutku masyarakat umum itu tau masyarakat adat karena dari kultur. seperti baju, karya, dll.. selain itu karena kasus aja. jarang ada yang tau soal peran mereka terhadap hutan dan alam secara keseluruhan.

    BalasHapus
  13. masya Allah kagum ya sama keahlian masyarakat adat ini. mulai dari ahli bangunan hingga membaca astronomi. meski katanya bener sih digamabrkannya primitif soalnya ya jadi kita berpikir mereka tidak melek teknologi padahal secara kemampuandalam menjaga hutan luarbiasa

    BalasHapus
  14. Mayarakat adat dengan kearifan lokalnya dapat menjaga alam dan hutan, mengapa kita yang dibanjiri informasi justru menyepelekannya? Semoga kedepannya semakin bertambah kesadaran untuk menjaga alam ya..

    BalasHapus
  15. Masyarakat adat kereen selain melindungi budaya juga melindungi warisan leluhur. Semoga ramee lagi sektor pariwisatanya (gusti yeni)

    BalasHapus
  16. Suka banget sama opening quotesnya "Hutan seperti rumah sakit. Ia menyediakan udara yang sangat bagus dan tanaman obat bagi anak perempuan.”

    Dan setuju banget kalau hutan perlu dijaga sekaligus dilestarikan

    BalasHapus
  17. Itulah kenapa kita wajib menjaga kelestarian alam. Karena alam sudah memberikan segalanya untuk kita.. Semua yang kita butuhkan

    BalasHapus
  18. yes, sejatinya masyarakat adat tuh pinter banget! traditional knowledge nya mengantarkan mereka survive sampe sekarang dan bahkan menjaga lingkungan ada sampe sekarang yaa karena spiritualitas mereka yaaa

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower