Ilmu Baru di Hari Keempat UWRF

No Comments
Tak terasaa akhirnya sudah hampir di ujung acara UWRF yaitu di Hari Keempat UWRF. Banyak ilmu dan pengalaman yang saya peroleh dari festival ini.


Sabtu, 27 Oktober 2019

Begitu lega saya setelah mengisi workshop kemaren, saya jadi lebih santai. Hari ini ada banyak sesi menarik untuk diikuti. Saya sudah menjadwalkan akan mengikuti lima sesi Main Program tapi kenyataannya saya hanya bisa satu sesi saja karena saya harus ikut private roundtable jam 2 siang padahal di jam-jam itu, sesi nya banyak yang menarik.

Main program : Precious Peatlands

Saya sempat mengikuti sesi ini meski sedikit terlambat. Sesi ini berbicara tentang konservasi hutan diisi oleh Nirarta Samadhi, Butet Manurung, I Wayan Juniarta, Saras Dewi,  dan Nirwan Dewanto. Saya benar-benar tidak pernah terpikir untuk menulis tentang konservasi hutan dimana materi itu sebenarnya tidak jauh dari materi kuliah saya. Kalau mengingat kembali materi kuliah saya, sebenarnya banyak sekali yang bisa dijadikan bahan cerita. Hanya saja memang butuh diolah sehingga tidak kaku.
Saya memang sudah mengetahui tulisan-tulisan yang berbau lingkungan atau disebut dengan Sastra Hijau tapi memang saya belum mencoba menuliskannya. Padahal tema-tema lingkungan ini sangat dekat dengan kehidupan kita.

Wawancara dengan Literary Podcasts Malaysia


Oiya, saya lupa di hari ini, saya janji dengan Honey ahmad, seorang warga Malaysia yang memiliki toko buku dan juga Literary podcasts di sana. Janji itu adalah sebuah wawancara untuk podcast nya. Ia pun mengeluarkan peralatan untuk merekam. Pertanyaannya juga sederhana seperti latar belakang pendidikan, kapan mulai menulis, buku yang sudah diterbitkan, dan pesan-pesan bagi yang siapapun terutama ibu rumah tangga untuk tetap bisa menulis. Ini adalah pengalaman luar biasa bagi saya. Saya jadi banyak mengenal orang. Wawancara pun selesai dalam waktu 18 menit meski sempat tersendat karena anak saya menangis. hehe.
Bersama Honey Achmad dan Nurillah

Main Program : Reza Aslan: God, A Human History

Reza Aslan ini adalah penulis yang hidup pada keluarga syiah, dan dia migrasi ke US saat revolusi Iran terjadi. Kemudian dia convert ke kristen dan pindah lagi ke islam. Dia menceritakan pengalaman kehidupan dia yang berpengaruh dalam proses menulisnya. Dan sesi yang dilaksanakan di Restaurant Industri ini sangat penuuh sekali padahal biasanya pasti ada kursi kosong. Saya juga nggak bisa mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan karena begitu penuh dan soundsystem kurang jelas terdengar bagi saya yang bahasa inggrisnya terbatas jadi saya memilih untuk pulang ke hotel.

Private Roundtable

Setelah mengantarkan anak ke hotel untuk dititipkan ke suami, saya pun pergi ke Blockchain zoo, lokasinya bersebelahan dengan tempat acara. Setelah sudah mencentang nama saya yang ada di daftar peserta, saya dan teman-teman emerging lainnya naik ke ruangan atas. Di dalamnya sudah ada beberapa penulis dari USA dan Australia.

Moderator Inno (kiri) dan Jim Coney (kanan)





Jadi sesi ini memang dihadiri khusus penulis dan mendiskusikan beberapa kondisi dunia kepedulian dari negara yang berbeda. Topik yang dibahas pun juga sesuai permintaan audiensi.  Jim Coney, lulusan RMIT University ini bekerja di penerbitan di Australia. Dia menjadi moderator pada sesi ini bersama dengan Innogato, penulis USA yang masa kecilnya tinggal di Indonesia.
Setelah mengadakan voting pada topik yang dibahas maka didapatlah empat topik utama yang menjadi bahasan tiap kelompok. Saya tertarik dengan audiobook jadilah saya ikut kelompok audiobooks. Cerita tentang audio books akan saya tulis secara khusus nanti ya.

Kik benar-benar membantu saya dalam menginterpretasi pembicaraan para speaker. Mereka berbicara sangat cepat sekali dan banyak istilah atau idiom yang tidak begitu saya pahami.
Setelah sesi itu, saya pun pergi ke rental motor untuk memperpanjang penyewaan sampai minggu malam. Saya harus menambah 30 ribu karena menambah 6 jam lagi.

Oya, sebenarnya setiap malam, UWRF mengadakan acara Live music and art, jadi isinya membaca puisi, pertunjukan musik, menonton film, menari tradisional, dan lain-lain. Sayangnya, saya sudah terlalu lelah jadi saya memilih beristirahat di hotel.

Di Hari Kelima UWRF, saya sempatkan jalan-jalan keliling Ubud dengan sewaan sepeda motor seperti yang saya ceritakan di blog saya yang berjudul Dari Keliling Ubud Hingga Sesi Terakhir di Hari Kelima UWRF (Selesai).

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments

Posting Komentar

Follower